komitmen afektif berkaitan dengan emosional karyawan dalam hal ini keterikatan auditor dengan KAP tempat ia bekerja. Pola pikir auditor yang seperti ini
memandang kepentingan organisasi adalah kepentingan pribadi mereka, sehingga mereka akan terus bekerja dengan seluruh kemapuan yang ia miliki untuk
organisasi karena mereka ingin melakukan hal tersebut. Keingingan untuk mengerahkan seluruh kemampuan yang di miliki auditor untuk KAP tempat ia
bekerja pada akhirnya akan berimplikasi secara langsung terhadap perilaku pengurangan kualitas audit RAQ Behaviour yang dalam penelitian ini adalah
premature sign off audit procedures.
5. Organizational commitment terhadap self esteem
Organizational commitment adalah keinginan kuat untuk mengerjakan segala upaya atas nama organisasi, suatu keyakinan, nilai dan tujuan pada
organisasi, serta mengedepankan mutu dan kualitas kerja. Sedangkan self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang
dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan
keberhargaan. Teori organizational commitment menurut Allen dan Meyer 1990
membagi organizational commitment menjadi tiga komponen organisasi yaitu komitmen afektif affective commitment, komitmen kontinuans continuance
commitment, dan komitmen normatif normative commitment. Komitmen afektif mengacu pada hubungan emosional anggota terhadap organisasi. Orang-orang
ingin terus bekerja untuk organisasi tersebut karena mereka sependapat dengan
tujuan dan nilai dalam organisasi tersebut. Orang-orang dengan tingkat komitmen afektif yang tinggi memiliki keinginan untuk tetap berada di organisasi karena
mereka mendukung tujuan dari organisasi tersebut dan bersedia membantu untuk mencapai tujuan tersebut. Seseorang dengan tingkat komitmen afektif cenderung
memiliki kepercayaan diri optimis dan harga diri yang tinggi pula.
6. Organizational commitment terhadap need for achievement
Organizational commitment adalah penerimaan tujuan organisasi dan kemauan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi, penelitian membuktikan
organizational commitment sebagai ukuran dari identifikasi karyawan dengan organisasi. Hollinger dan Clark, 1983. Menurut McClelland 1987 mengatakan
need for achievement adalah proses pembelajaran yang stabil yang mana kepuasan akan didapatkan dengan berjuang dan memenuhi level tertinggi untuk
dapat menjadi ahli dibidang tertentu. Sejalan dengan definisi tersebut teori organizational commitment
menjelaskan bahwa individu memiliki keinginan kuat untuk mengerjakan segala upaya atas nama organisasi, suatu keyakinan, nilai dan tujuan pada organisasi,
serta mengedepankan mutu dan kualitas kerja. Sedangkan menurut Jackson 1974 seorang individu yang memiliki need for achievement tinggi adalah individu yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi, dan individu yang mampu mempertahankan standard kinerja tinggi dan mempunyai keinginan untuk menyelesaikan tugas
yang sulit. Sehingga kecenderungan seorang individu dengan organizational commitment tinggi memiliki motivasi diri need for achievement yang tinggi.
7. Self esteem terhadap premature sign off audit procedures