pengujian atau penempatan staf audit yang berhubungan dengan pengujian substantif yang dilaksanakan pada suatu asersi. Risiko deteksi terjadi akibat
adanya kekeliruan auditor dalam menerapkan prosedur audit, kekeliruan dalam menafsirkan bukti yang sudah diperoleh, serta kesalahan dalam menentukan
prosedur audit. Boynton, 2003:203. Adapun berdasarkan pada hasil penelitian
Werningtyas 2006 dimensi pengukuran dari Audit risk ialah sebagai berikut : a. Perhitungan Fisik;
b. Pengurangan Sampel Audit; serta c. Konfirmasi.
3. Locus of Control
Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian personility, yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya
mengontrol nasib destiny sendiri Kreitner dan Kinicki, 2005. Locus of control adalah cara pandang seseorang taerhadap suatu peristiwa apakah dia merasa
dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya Rotter, 1966. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan external locus of control dimana
perilaku premature sign off audit procedures biasa terjadi pada seseorang yang memiliki extenal locus of control. Lestari 2010 menyebutkan bahwa auditor
yang memiliki
external locus of control
yang tinggi akan meningkatkan probabiltas mereka dalam menghentikan prematur prosedur audit dan temuan pada penelitian
tersebut menunjukan bahwa semakin kuat
external locus of control
auditor, maka akan cenderung melakukan upaya penghentian secara prematur prosedur audit.
Adapun indikator dalam menentukan besarnya external locus of control menurut Crider 1983 adalah sebagai berikut :
a. Kurang memiliki inisiatif. b. Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan kesuksesan.
c. Kurang suka berusaha, karena mereka percaya bahwa faktor luarlah yang mengontrol.
4. Organizational commitment
Organizational commitment merupakan rasa identifikasi ketertarikan dan kepercayaan terhadap tujuan dan nilai organisasi, keterlibatan kesediaan untuk
berusaha sebaik mungkin demi organisasi, serta loyalitas keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang dinyatakan oleh karyawan terhadap
organisasinya Wahyudi, 2013. Konsep organizational commitment didasarkan pada premis bahwa individual membentuk suatu keterikatan terhadap organisasi.
Secara historis, organizational commitment merupakan perspektif yang bersifat keperilakuan dimana komitmen diartikan sebagai perilaku yang konsisten dengan
aktivitas Setiawan dan Ghozali, 2006. Adapun dimensi pengukuran untuk menentukan besarnya organizational commitment menurut Allen dan Meyer 1997
adalah sebagai berikut : a. Komitmen afektif ;
b. Komitmen berkelanjutan ; c. Komitmen normatif.
3.3.4. Operasionalisasi Variabel