praktik premature sign off audit procedures, diharapkan pemicu terjadinya praktik tersebut dapat diminimalisir.
2.1.2. Teori Komitmen Organisasi Organizational commitment theory
Teori mengenai komitmen organisasi organizational commitment populer mulai tahun 1977 setelah dibahas oleh Staw dan Salancik yang
mengajukan dua bentuk komitmen yaitu komitmen sikap attitudinal commitment dan komitmen tingkah laku behavioral commitment. Komitmen sikap adalah
keadaan dimana seorang individu mempertimbangkan sejauhmana nilai dan tujuan pribadinya dapat sesuai dengan tujuan organisasi, serta sejauhmana
keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Pendekatan sikap ini lebih berfokus pada pola pikir seseorang tentang bagaimana
hubungan individu terhadap organisasi tempat ia berada. Sedangkan komitmen tingkah laku didasarkan pada sejauhmana karyawan menetapkan keputusan untuk
tetap berada pada organisasi saat ini dengan menimbang adanya kerugian apabila memutuskan untuk melakukan alternatif lain di luar pekerjaan saat ini.
Pendekatan tingkah laku ini lebih menekankan pada proses dimana individu mengembangkan komitmen tidak pada organisasi melainkan pada tingkah lakunya
terhadap organisasi Mowday dkk, 1979. Mowday, dkk 1979 mendefinisikan organizational commitment sebagai
identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi. Definisi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan aktif dan keinginan
karyawan dalam menjalin hubungan positif serta memberikan kontribusi yang berarti pada organisasinya.
Organizational commitment yang dikemukakan oleh Mowday dkk 1979 ini bercirikan adanya:
1. Kepercayaan yang kuat serta penerimaan terhadap tujuan dan nilai organisasi; 2. Kesiapan untuk bekerja keras; serta
3. Keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi. Komitmen ini tergolong komitmen sikap atau afektif karena berkaitan dengan sejauhmana
individu merasa nilai dan tujuan pribadinya sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi. Semakin besar kongruensi antara nilai dan tujuan individu dengan
nilai dan tujuan organisasi maka semakin tinggi pula komitmen karyawan pada organisasi.
Teori organizational commitment menurut Allen dan Meyer 1990 membagi organizational commitment menjadi tiga komponen organisasi yaitu
komitmen afektif affective commitment, komitmen kontinuans continuance commitment, dan komitmen normatif normative commitment dimana ketiga
komponen tersebut dilihatnya komitmen sebagai kondisi psikologis yang dapat menggambarkan hubungan individu dengan organisasi, dan mempunyai implikasi
dalam keputusan untuk meneruskan atau tidak keanggotaannya dalam organisasi. Adapun definisi dan penjelasan dari ketiga komponen organizational
commitment menurut Allen dan Meyer 1990 adalah sebagai berikut :
1. Komitmen afektif Affective commitment Komitmen ini mengacu pada hubungan emosional anggota terhadap organisasi. Orang-orang ingin terus
bekerja untuk organisasi tersebut karena mereka sependapat dengan tujuan dan nilai dalam organisasi tersebut. Orang-orang dengan tingkat komitmen afektif
yang tinggi memiliki keinginan untuk tetap berada di organisasi karena mereka mendukung tujuan dari organisasi tersebut dan bersedia membantu untuk
mencapai tujuan tersebut. 2. Komitmen berkelanjutan Continuance commitment Komitmen ini mengacu
pada keinginan karyawan untuk tetap tinggal di organisasi tersebut karena adanya perhitungan atau analisis tentang untung dan rugi dimana nilai ekonomi
yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi dibandingkan dengan meninggalkan organisasi tersebut. Semakin lama karyawan tinggal dengan
organisasi mereka, semakin mereka takut kehilangan apa yang telah mereka investasikan di dalam organisasi selama ini.
3. Komitmen normatif Normative commitment Komitmen ini mengacu pada perasaan karyawan dimana mereka diwajibkan untuk tetap berada di
organisasinya karena adanya tekanan dari yang lain. Karyawan yang memiliki tingkat komitmen normatif yang tinggi akan sangat memperhatikan apa yang
dikatakan orang lain tentang mereka jika mereka meninggalkan organisasi tersebut. Mereka tidak ingin mengecewakan atasan mereka dan khawatir jika
rekan kerja mereka berpikir buruk terhadap mereka karena pengunduran diri tersebut.
Pengaruh dari variabel organizational commitment dalam penelitian ini dapat dikaitkan dengan teori organizational commitment ini, dimana apabila
seorang auditor yang memiliki komitmen terhadap organisasi tinggi mereka akan cenderung memandang KAP sebagai komitmen afektif, komitmen afektif
berkaitan dengan emosional karyawan dalam hal ini keterikatan auditor dengan KAP tempat ia bekerja. Pola pikir auditor yang seperti ini memandang
kepentingan organisasi adalah kepentingan pribadi mereka, sehingga mereka akan terus bekerja dengan seluruh kemapuan yang ia miliki untuk organisasi karena
mereka ingin melakukan hal tersebut. Keingingan untuk mengerahkan seluruh kemampuan yang di miliki auditor untuk KAP tempat ia bekerja pada akhirnya
akan berimplikasi secara langsung terhadap perilaku pengurangan kualitas audit RAQ Behaviour yang dalam penelitian ini adalah premature sign off audit
procedures.
2.1.3. Teori Motivasi Kebutuhan Acquired needs theory