DETERMINAN PREMATURE SIGN OFF AUDIT PROCEDURES DENGAN MEDIASI SELF ESTEEM DAN NEED FOR ACHIEVEMENT ( STUDI EMPIRIS PADA KAP di SEMARANG )

(1)

i

DETERMINAN PREMATURE SIGN OFF AUDIT

PROCEDURES DENGAN MEDIASI SELF ESTEEM DAN

NEED FOR ACHIEVEMENT

( STUDI EMPIRIS PADA KAP di SEMARANG )

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

SHANI RURI EFENDI NIM. 7211412132

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

 Tidak boleh seorang menginginkan hak orang lain kecuali dua macam yaitu seseorang yang diberi kekayaan harta oleh Allah lalu digunakannya semata-mata untuk memperjuangkan kebenaran dan seseorang yang diberi ilmu oleh Allah lalu digunakan dan diajarkan kepada manusia (HR. Bukhari-Muslim)

Persembahan

Puji syukur kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-NYA, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

 Almamaterku, Universitas Negeri Semarang yang telah memberiku ilmu dan pengetahuan

 Fakultas Ekonomi terutama Jurusanku Akuntansi tempat dimana saya belajar dan menimba ilmu.

 Bapak dan Ibuku tercinta yang senantiasa mendukung, mendoakan, memotivasi, serta memberi nasehat hingga kini dan seterusnya.

 Kakakku dan Adikku, terima kasih telah menjadi saudara yang selalu memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

 Bapak Agung Yulianto, S,Pd., M.Si. yang telah membimbing serta telah memberikan kesempatan dan pengalaman yang berharga bagi saya.


(6)

vi PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT.,yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya. Segenap usaha, kerja keras dan upaya yang dilakukan peneliti tidak akan membuahkan hasil tanpa kehendak-Nya. Atas rahmat-Nyalah, peneliti

mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Determinan Premature Sign Off Audit Procedures dengan Mediasi Self Esteem dan Need for Achievement (Studi Empiris Pada KAP di Semarang)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Peneliti menyadari sepenuhnya atas terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Wahyono, M.M., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga daat menyelesaikan skripsi dan studi dengan baik.

3. Drs. Heri Yanto, MBA., PhD., selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, atas ijin dan kesempatan yang telah diberikan untuk mengadakan penelitian skripsi.

4. Drs. Fachrurrozie, M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi, atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.

5. Agung Yulianto, S.Pd, M.Si., selaku Dosen pembimbing atas bimbingan, saran, kritik, arahan dan motivasi yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi.

6. Drs. Sukirman, M.Si, QIA., selaku Dosen penguji I yang telah memberikan saran dan masukan pada penyusunan skripsi ini.


(7)

vii

7. Badingatus Solikhah, SE, M.Si, Ak, CA., selaku Dosen penguji II yang telah memberikan saran dan masukan pada penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi UNNES, khususnya dosen Akuntansi, terimakasih atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan. 9. Keluargaku tercinta yang senantiasa mendukung langkahku dengan iringan

do’a dan kasih sayangnya.

10. Sahabat-sahabatku para pejuang skripsi 2016 Ardi, Gilang satu, Gilang dua, Nadim, Yuda, Rivai, Fadil, Catur, Ami, Arif yang memotivasi dan mendukung dalam pembuatan skripsiku ini.

11. Keluarga besar Akuntansi C 2012 yang selalu kompak mendukung satu sama lain demi memakai toga bersama tahun ini.

12. Teman masa kecilku Aswin yang sampai sekarang banyak menolong, menyemangati, dan memotivasiku, makasih banget sampai jauh – jauh ke surabaya cuman buat ngumpulin materi skripsiku ini.

13. Teman – teman KKN yang sampai sekarang masih tetap kompak dan memotivasi dengan caranya masing – masing.

14. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas kebaikan yang telah diberikan. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan pendidikan selanjutnya.

Semarang, 13 Oktober 2016


(8)

viii SARI

Shani Ruri Efendi. 2016. “Determinan Premature Sign Off Audit Procedures Dengan Mediasi Self Esteem dan Need for Achievement (Studi Empiris Pada KAP di Semarang)”. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Agung Yulianto, S,Pd., M.Si.

Kata kunci: time pressure, audit risk, locus of control, organizational commitment, self esteem, need for achievement, premature sign off audit procedures.

Premature sign off audit procedures didefinisikan sebagai sebuah tindakan yang menunjukkan auditor telah menghentikan satu atau lebih prosedur audit tanpa menggantikannya dengan langkah lain. Penelitian ini berdasarkan pada teori atribusi, teori komitmen organisasi, dan teori motivasi kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh time pressure, audit risk, locus of control, organizational commitment terhadap premature sign off audit procedures dengan self esteem, dan need for achievement sebagai variabel mediasi.

Populasi penelitian adalah auditor yang bekerja pada 17 KAP di kota Semarang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 72 responden. Pengumpulan data menggunakan metode kuesioner. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah conveniance sampling. Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM) dengan Partial Least Square (PLS) Path Modelling dengan alat analisis SmartPLS 3.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel time pressure, locus of

control, organizational commitment, serta need for achievement tidak

berpengaruh secara langsung terhadap premature sign off audit procedures. Sedangkan variabel audit risk, dan self esteem berpengaruh secara langsung terhadap premature sign off audit procedures. Variabel organizational commitment berpengaruh signifikan terhadap premature sign off audit procedures dengan mediasi self esteem.

Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk mencari indikator atau variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap premature sign off audit procedures, menggunakan metode pengumpulan sampel lain, memperluas populasi yang akan diteliti, dan penggunaan alat analisis yang berbeda. Sehingga, diharapkan hasil dari penelitian selanjutnya dapat lebih baik dari penelitian yang selanjutnya.


(9)

ix

ABSTRACT

Shani Ruri Efendi. 2016. “Determinant Premature Sign Off Audit Procedures with mediation Self Esteem and Need for Achievement (Empirical Studies on KAP in Semarang)”. Undergraduate Thesis. Accounting Department. Economic Faculty. Semarang State University. Advisor Agung Yulianto, S,Pd., M.Si.

Keyword: time pressure, audit risk, locus of control, organizational commitment, self esteem, need for achievement, premature sign off audit procedures.

Premature sign off audit procedures is defined as an act indicating auditors has stopped one or more audit procedures without replace it with another step. This research based on attribution theory, organizational commitment theory, and acquired needs theory. This research aims to examine and analyze the influence of time pressure, audit risk, locus of control, organizational commitment against premature sign off audit procedures with self esteem, and need for achievement as mediation variable.

Population in this research is an auditor who working on 17 KAP in Semarang. Sample in this research about 72 respondents. Collect the data uses questionnaire method. Sampling method used is conveniance sampling. The analysis method uses Structural Equation Modelling (SEM) with Partial Least Squares (PLS) Path Modelling with SmartPLS 3.0 analysis tools

The research results show that the variable time pressure, locus of contol, organizational commitment and need for achievement do not affect directly against

premature sign off audit procedures. Meanwhile variable audit risk, and self esteem

influence directly against premature sign off audit procedures. Variable organizational commitment significant against premature sign off audit procedures with mediation of self esteem.

Suggestions for further research are expected to look for other indicators or variables that possibility to affect premature sign off audit procedures, use different sample collection method. Expand the scope of population which will be researched. And using the other tools analysis of data. So that the results of the next researchers can be better for the study later.


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 20

1.3. Tujuan Penelitian ... 22

1.4. Manfaat Penelitian ... 23

BAB II LANDASAN TEORI ... 25

2.1. Kajian Teori ... 25

2.1.1.Teori Atribusi ... 25


(11)

xi

2.1.3.Teori Motivasi Kebutuhan ... 31

2.2. Premature Sign Off Audit Procedures (PSO) ... 33

2.2.1.Konsep Premature sign off audit procedures ... 33

2.2.2.Dimensi Pengukuran PSO ... 36

2.2.3.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PSO ... 37

2.3. Time Pressure (TP) ... 38

2.3.1.Konsep Time Pressure ... 38

2.3.2.Dimensi Pengukuran Time Pressure ... 40

2.4. Audit risk (AR) ... 41

2.4.1.Konsep Audit risk ... 41

2.4.2.Dimensi Pengukuran Audit risk ... 44

2.5. Locus of Control (LOC) ... 44

2.5.1.Konsep Locus of Control ... 44

2.5.2.Dimensi Pengukuran Locus of Control ... 47

2.6. Organizational commitment (OC) ... 48

2.6.1.Konsep Organizational commitment ... 48

2.6.2.Dimensi Pengukuran Organizational commitment ... 49

2.7. Self Esteem (SE) ... 51

2.7.1.Konsep Self Esteem ... 51

2.7.2.Dimensi Pengukuran Self Esteem ... 54

2.8. Need for Achievement ... 55

2.8.1.Konsep Need for Achievement ... 55


(12)

xii

2.9. Penelitian Terdahulu ... 60

2.10. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis ... 68

2.10.1.Kerangka Pemikiran Teoritis ... 68

2.10.2.Pengembangan Hipotesis ... 80

BAB III METODE PENELITIAN ... 81

3.1. Jenis dan Desain Penelitian ... 81

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 82

3.2.1.Populasi ... 82

3.2.2.Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 83

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 86

3.3.1.Variabel Laten Endogen ... 86

3.3.2.Variabel Perantara Endogen ... 87

1. Self Esteem ... 87

2. Need for Achievement ... 88

3.3.3.Variabel Laten Eksogen ... 89

1. Time Pressure ... 89

2. Audit Risk ... 89

3. Locus of Control ... 90

4. Organizational commitment ... 91

3.3.4.Operasionalisasi Variabel ... 92

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 94

3.4.1.Metode Angket ... 94


(13)

xiii

1. Premature sign off audit procedures ... 95

2. Time Pressure ... 96

3. Audit Risk ... 96

4. Locus of Control ... 97

5. Organizational commitment ... 98

6. Self Esteem ... 99

7. Need for Achievement ... 100

3.5. Analisis Data ... 100

3.5.1.Analisis Data Deskriptif ... 100

1. Analisis Deskriptif Responden ... 101

2. Analisis Deskriptif Variabel ... 102

3.5.2.Metode Analisis Data ... 109

1. Teknik Analisis Data ... 109

2. Model Pengukuran (Outer Model ) ... 111

3. Model Struktural (Inner Model) ... 112

4. Uji Hipotesis ... 113

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 116

4.1. Hasil Penelitian ... 116

4.1.1.Deskripsi Responden Penelitian ... 116

4.1.2.Deskripsi Variabel Penelitian ... 117

4.2. Hasil Analisis Statistik ... 135

4.2.1.Uji Outer Model atau Measurement Model ... 135


(14)

xiv

2. Uji Reliabilitas ... 141

4.2.2.Uji Inner Model atau Structural Model ... 142

4.2.3.Uji Hipotesis ... 144

1. Pengaruh Langsung (direct effect) ... 144

2. Pengaruh Mediasi (indirect effect) ... 150

4.3. Pembahasan ... 153

4.3.1. Time Pressure Berpengaruh Positif terhadap Premature Sign off Audit Procedures ... 153

4.3.2. Audit Risk Berpengaruh Positif terhadap Premature Sign off Audit Procedures ... 155

4.3.3. Locus of Control Berpengaruh Positif terhadap Premature Sign off Audit Procedures ... 157

4.3.4. Organizational Commitment Berpengaruh Negatif terhadap Premature Sign off Audit Procedures ... 159

4.3.5. Organizational Commitment Berpengaruh Positif terhadap Self Esteem ... 162

4.3.6. Organizational Commitment Berpengaruh Positif terhadap Need for Achievement ... 164

4.3.7. Self Esteem Berpengaruh Negatif terhadap Premature Sign off Audit Procedures ... 166


(15)

xv

4.3.8. Need for Achievement Berpengaruh Negatif terhadap

Premature Sign off Audit Procedures ... 168

4.3.9. Organizational Commitment Berpengaruh terhadap Premature Sign off Audit Procedures melalui Mediasi Self Esteem ... 171

4.3.10. Organizational Commitment Berpengaruh terhadap Premature Sign off Audit Procedures melalui Mediasi Need for Achievement ... 173

BAB V PENUTUP ... 176

5.1. Simpulan ... 176

5.2. Saran ... 178

DAFTAR PUSTAKA ... 180


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ... 60

Tabel 3.1. Daftar Kantor Akuntan Publik Kota Semarang ... 82

Tabel 3.2. Daftar Sampel Kantor Akuntan Publik Kota Semarang ... 84

Tabel 3.3. Hasil Pengumpulan Data Kuesioner ... 85

Tabel 3.4. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 92

Tabel 3.5. Kategori Variabel Premature sign off audit procedures ... 102

Tabel 3.6. Kategori Variabel Time pressure ... 103

Tabel 3.7. Kategori Variabel Audit Risk ... 104

Tabel 3.8. Kategori Variabel Locus of Control ... 105

Tabel 3.9. Kategori Variabel Organizational Commitment ... 106

Tabel 3.10. Kategori Variabel Need for Achievement ... 107

Tabel 3.11. Kategori Variabel Self Esteem ... 108

Tabel 4.1. Data Statistik Responden ... 116

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Variabel PSO ... 118

Tabel 4.3. Distribusi Per-Indikator Variabel PSO ... 119

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Variabel Time Pressure ... 121

Tabel 4.5. Distribusi Per-Indikator Variabel Time Pressure... 122

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Variabel Audit Risk ... 124

Tabel 4.7. Distribusi Per-Indikator Variabel Audit Risk ... 125

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Variabel Locus of Control ... 126


(17)

xvii

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Variabel Organizational commitment .. 128

Tabel 4.11. Distribusi Per-Indikator Variabel Organizational commitment ... 129

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Variabel Self Esteem ... 130

Tabel 4.13. Distribusi Per-Indikator Variabel Self Esteem ... 131

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Variabel Need for Achievement ... 132

Tabel 4.15. Distribusi Per-Indikator Variabel Need for Achievement ... 133

Tabel 4.16. Outer Loadings ... 137

Tabel 4.17. Average Variance Extracted ... 140

Tabel 4.18. Composite Reliability dan Cronbachs Alpha ... 141

Tabel 4.19. Path Coefficient (direct effect) ... 145

Tabel 4.20. Indirect effect ... 150


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ... 79 Gambar 4.1. Uji Full Model SEM PLS Algorithm ... 136 Gambar 4.2. Diagram R Square ... 143


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 187

Lampiran 2. Kisi – Kisi Pertanyaan ... 203

Lampiran 3. Pengumpulan Data Kuesioner ... 214

Lampiran 4. Data Statistik Responden ... 215

Lampiran 5. Hasil Jawaban Responden Variabel Premature sign off audit procedures ... 216

Lampiran 6. Hasil Jawaban Responden Variabel Time Pressure ... 217

Lampiran 7. Hasil Jawaban Responden Variabel Audit Risk ... 222

Lampiran 8. Hasil Jawaban Responden Variabel Locus of Control ... 224

Lampiran 9. Hasil Jawaban Responden Variabel Organizational Commitment ... 226

Lampiran 10. Hasil Jawaban Responden Variabel Self Esteem ... 227

Lampiran 11. Hasil Jawaban Responden Variabel Need for Achievement 230 Lampiran 12. Kriteria Penilaian Persentase Per-Indikator ... 232

Lampiran 13. Uji Validitas ... 233

Lampiran 14. Uji Reliabilitas ... 234

Lampiran 15. Diagram R-Square ... 237

Lampiran 16. Path Coefficient (direct effect) ... 238

Lampiran 17. Path Coefficient (indirect effect) ... 239

Lampiran 18. Uji Full Model SEM PLS Algoritm ... 240


(20)

xx

Lampiran 20. Surat Izin Penelitian... 242 Lampiran 21. Surat Keterangan Penelitian ... 243


(21)

1

Pada hakekatnya pengguna laporan keuangan perusahaan terbagi menjadi dua pihak, yang pertama pihak internal yaitu perusahaan itu sendiri dan yang kedua pihak eksternal. Pihak internal dalam hal ini manajemen perusahaan merupakan pihak yang secara langsung berkaitan dengan aktivitas operasional perusahaan laporan keuangan yang dibuat perusahaan digunakan untuk mengambil keputusan strategis perusahaan yang dijalankan semata – mata untuk memaksimalkan keuntungan dan menarik investor. Sehinga seringkali pihak internal menggunakan berbagai cara untuk membuat laporan keuangan semenarik mungkin. Disisi lain pihak eksternal menginginkan sebuah laporan keuangan yang andal dan relevan dengan keadaan yang sebenarnya agar tidak salah dalam mengambil keputusan berinvestasi. Keadaan ini menjadikan audit sebagai bagian dari jasa assurance yang dianggap penting dan perlu dilakukan.

Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. Jasa semacam ini dianggap penting karena penyedia jasa assurance bersifat independen dan dianggap tidak bias berkenaan dengan informasi yang diperiksa. Individu-individu yang bertanggung jawab membuat keputusan bisnis memerlukan jasa assurance untuk membantu meningkatkan keandalan dan relevansi informasi yang digunakan sebagai dasar keputusannya. Menurut Messier, dkk (2006:63) jasa assurance


(22)

dalam bentuk audit dapat meningkatkan kualitas informasi dalam hal keandalan, kredibilitas, relevansi, dan ketepatan waktu suatu laporan keuangan.

Audit ialah pemeriksaan secara sistematis oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang disusun oleh klien beserta catatan dan bukti pendukung dengan tujuan memberikan pendapat wajar / tidak atas laporan keuangan tersebut kemudian disampaikan kepada pihak yang berkepentingan (Agoes,2012:4). Menurut Arrens (2012) mendefinisikan audit sebagai akumulasi dan evaluasi bukti yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian diatas audit pada akhirnya digunakan oleh pihak yang berkepentingan sebagai dasar pengambilan keputusan. Akan tetapi sering kali hasil audit yang dibuat oleh auditor kurang berkualitas sehingga salah dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan klien. Untuk menjaga dari kesalahan dalam memberikan pendapat, auditor dalam melaksanakan tugasnya harus memperhatikan kualitas dari audit.

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (joint probability), dimana seorang auditor akan melaporkan temuan salah saji material, kekeliruan, dan kelalaian yang terdeteksi pada sistem akuntansi klien. kualitas audit yang baik akan menghasilkan informasi yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan. Untuk menjaga agar hasil audit berkualitas dalam hal keandalan, kredibilitas, relevansi, dan ketepatan waktu seorang auditor harus mematuhi standar audit dan juga prosedur audit. Standar audit yang telah ditetapkan Ikatan Akuntan Publik (IAI) dalam Pernyataan Standar Auditing No 1


(23)

(SA Seksi 150) berisi sepuluh standar yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Sedangkan prosedur audit adalah metode atau tekhnik yang digunakan oleh auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang cukup dan kompeten (Boynton, dkk. 2003:191).

Berdasarkan teori yang ada dinyatakan dengan jelas audit yang baik adalah audit yang mampu meningkatkan kualitas informasi beserta konteksnya, namun dalam prakteknya terdapat perilaku auditor yang dapat menyebabkan berkurangnya kualitas audit yang dilakukan oleh mereka (Djohari, 2008). Menurut Alderman (1982) Fenomena perilaku pengurangan kualitas audit semakin banyak terjadi di dalam suatu proses audit.

Perilaku Reduced Audit Quality behaviours (pengurangan kualitas audit) adalah tindakan yang diambil auditor guna mengurangi efektivitas pengumpulan bukti (Weningtyas, dkk. 2006). Pengurangan kualitas audit sering disebut sebagai Reduced Audit Quality (RAQ) yang berarti kegagalan auditor untuk melengkapi langkah program audit yang dilakukan secara sengaja. Pengurangan audit disini diartikan pengurangan mutu dalam pelaksanaan audit yang dilakukan secara sengaja oleh auditor (Coram, dkk. 2008). Pengurangan ini dilakukan oleh auditor dengan mengurangi jumlah sampel, mengambil sampel dari klien dengan jumlah yang sedikit atau melakukan review secara dangkal, tidak memperluas pemeriksaan saat terjadi sesuatu yang masih perlu dipertanyakan dan pemberian opini saat semua prosedur yang dipersyaratkan belum dipenuhi oleh auditor. Hal ini muncul karena adanya dilema antara inherent cost (biaya yang melekat pada


(24)

proses audit) dan kualitas yang dihadapi oleh auditor dalam lingkungan auditnya (Kaplan, 1995). Salah satu perilaku pengurangan kualitas audit (RAQ behaviors) adalah premature sign off audit procedures (Coram, dkk. 2008).

Premature sign off audit procedures merupakan sebuah tindakan yang menunjukkan auditor telah menghentikan satu atau lebih prosedur audit tanpa menggantikannya dengan langkah lain. (Maulina, dkk. 2010). Praktik premature sign off audit procedures ini berdampak secara langsung terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Hal ini disebakan apabila salah satu langkah dalam prosedur audit dihilangkan, maka kemungkinan auditor akan membuat judgment / opini yang salah semakin tinggi (Weningtyas, dkk. 2006). Menurut Herningsih (2001) yang menegaskan bahwa kesalahan pembuatan opini atau judgment yang disebabkan karena auditor tidak melakukan prosedur audit yang mencukupi dapat menyebabkan auditor dituntut secara hukum. Dalam penelitian Herningsih (2001) ditemukan bahwa terdapat 50% dari responden telah melakukan premature sign off audit procedure.

Perkembangan kasus dalam bidang pengauditan memperlihatkan adanya sinyal ketidakpuasan para pengguna laporan keuangan terhadap kualitas audit. Hal ini terjadi pada tahun 1999 yang menunjukkan dari hasil peer review Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) atas kertas kerja auditor. Kecurigaaan masyarakat ini sebenarnya ditangkap oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan ditindaklanjuti dengan keinginan pada bulan April 1999 untuk membentuk tim di bidang penegakan disiplin. Tim ini akan ditugaskan untuk meneliti kertas kerja kantor akuntan publik (KAP) yang mengaudit laporan


(25)

keuangan 37 bank beku usaha (BBKU). Hal ini juga ditujukan agar auditor lebih menjaga kualitas pekerjaan, menjalankan kode etik dan SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), yang nantinya berujung agar para bankir tidak lagi melakukan rekayasa laporan keuangan. Tetapi sayangnya niat tersebut tidak terlaksana, oleh karena itu Direktorat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai, Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan pada Oktober 1999 meminta BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) untuk menggantikan niat IAI dan melakukan peer review terhadap kertas kerja auditor bank bermasalah untuk tahun buku 1995, 1996, 1997 (agamfat.wordpress.com).

Namun setelah dilaksanakan peer review oleh BPKP atas kertas kerja auditor bank-bank bermasalah ternyata menunjukkan bahwa 93% auditor dari 10 KAP yang mengaudit laporan keuangan 37 bank bermasalah telah melakukan premature sign off audit procedures serta melanggar SPAP (Fathir, 2011). prosedur audit yang dilanggar antara lain hampir semua KAP tidak melakukan pengujian yang memadai atas suatu akun, 70% dokumentasi audit kurang memadai, terdapat auditor yang tidak memahami bisnis klien (peraturan perbankan) akan tetapi menerima penugasan audit terhadap bank, tidak melakukan perencanaan sampel yang baik, tidak melakukan pengujian fisik, kesalahan dalam pengklasifikasian atas suatu transaksi. Sungguh ironis mengetahui dari keseluruhan kertas kerja auditor yang direview, hanya satu KAP yang menurut BPKP tidak terdapat temuan penyimpangan. Kondisi tersebut merupakan masalah yang memerlukan perhatian yang berkelanjutan dari para


(26)

praktisi maupun organisasi profesi agar auditor dapat mempertahankan kualitas pekerjaan audit (agamfat.wordpress.com).

Kasus kredit macet pada UD Raden Motor pada tahun 2010 menjadi salah satu contoh akibat dari auditor tidak melakukan prosedur audit yang mencukupi, kasus ini bermula ketika perusahaan PT RPL / UD Raden Motor mengajukan permohonan pinjaman ke BRI Jambi dengan mengagunkan 36 item surat berharga yang nilai likuiditasnya mencapai Rp100 miliar sebagai jaminan, melakukan pinjaman sebesar Rp52 miliar dalam beberapa tahun. Namun, Penggunaan kredit tersebut oleh PT RPL tidak sesuai dengan peruntukan, sebagaimana pengajuan pinjamannya kepada BRI. Dari itu di nilai ada penyimpangan, dan hingga jatuh tempo pada 14 April 2008. Dana pinjaman kredit sekitar Rp 52 miliar itu tidak bisa dikembalikan oleh pihak PT RPL/ UD Raden Motor. Berdasarkan penyelidikan dikatakan, adanya dugaan kesalahan prosedur dalam pemberikan kredit sehingga ditemukan kerugian negara senilai Rp52 miliar. Penyidik intelijen Kejati Jambi terakhir memeriksa saksi ahli adalah Direktur Utama PT RPL Zien Muhammad, mantan account officer (AO) BRI cabang Jambi Effendi Siam, dan akuntan publik Biasa Sitepu yang saat itu belum ditahan. Untuk mengetahui prosedur dan kesalahan dalam masalah pemberian kredit dari BRI ke Raden Motor (Kompas 18 Mei 2010).

Setelah dilaksanakan penyelidikan ditemukan terdapat empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat oleh akuntan publik, sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan korupsinya. Keterangan dan fakta tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan


(27)

dikonfrontir dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik di Kejati Jambi. Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor, tidak dibuat oleh akuntan publik. Hal tersebut terjadi akibat dari akuntan publik dengan sengaja melakukan premature sign off audit procedures yang menjadikan akuntan publik Biasa Sitepu diduga terlibat dalam kasus kredit macet UD Raden Motor. Seharusnya auditor melaksanakan tugasnya sesuai dengan berdasarkan etika profesi yang ada dan aturan-aturan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) serta melaksanakan prosedur audit dengan semestinya (Aji, 2013).

Teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena terjadinya perilaku premature sign off audit procedures adalah teori. Menurut Heider (1958), setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Terdapat dua sumber atribusi tingkah laku (1) Atribusi internal atau atribusi disposisional. (2) Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan. Pada atribusi internal menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului tingkah laku). Pada atribusi eksternal menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh situasi tempat atau lingkungan orang itu berada.


(28)

Apabila dikaitkan dengan teori atribusi, secara teoritis faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku auditor melakukan penghentian prematur prosedur audit dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan.

Secara empiris penelitian mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi premature sign off audit procedures telah banyak dilakukan, antara lain penelitian dilakukan oleh Yusrawati dan Ari (2009) yang menduga adanya pengaruh faktor eksternal time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas terhadap premature sign off audit procedures serta faktor internal locus of control terhadap premature sign off audit procedures. Kemudian penelitian Fathir (2011) beranggapan bahwa time pressure, risiko deteksi, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas sebagai faktor eksternal, sedangkan locus of control dan self esteem sebagai faktor internal yang dapat mempengaruhi premature sign off audit procedures. Penelitian Akhsan (2014) yang menduga faktor yang mempengaruhi premature sign off audit procedures adalah time pressure, tindakan supervisi, etika profesi sebagai faktor eksternal, sedangkan locus of control, organizational commitment, dan turnover intensions sebagai faktor internal. Kemudian penelitian dari Kholidiah (2014) menduga selain dari faktor – faktor yang sudah disebutkan diatas terdapat satu lagi faktor internal yang dapat mempengaruhi premature sign off audit procedures yaitu need for achievement.


(29)

Berdasarkan dari dugaan penelitian terdahulu mengenai faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perilaku auditor melakukan premature sign off audit procedures. Peneliti ingin menguji kembali faktor - faktor tersebut dengan mengacu pada penelitian Akhsan (2014) peneliti memodifikasi variabel yang akan diteliti dengan menghilangkan variabel tindakan supervisi, etika profesi dan turnover intention kemudian menambah variabel baru yaitu audit risk, need for achievement, serta self esteem. Sehingga peneliti mengambil 4 variabel eksogen yaitu time pressure, risiko audit, locus of control, dan organizational commitment. Sedangkan untuk variabel self esteem dan need for achievement digunakan sebagai mediasi variabel organizational commitment.

Time pressure merupakan keadaan dimana auditor dituntut untuk

mempertimbangkan faktor ekonomi (waktu dan biaya) di dalam menentukan jumlah dan kompetensi bukti audit yang dikumpulkan. Jika dengan memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan yang sama tingginya dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, auditor memilih untuk memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit berdasarkan pertimbangan ekonomi biaya dan manfaat. Apabila auditor menyelesaikan tugas melebihi batas waktu yang dianggarkan, maka auditor cenderung dinilai memiliki kinerja yang buruk oleh atasannya. Kriteria seorang auditor untuk mendapatkan peringkat yang baik adalah pencapaian anggaran waktu. Tuntutan-tuntutan seperti inilah yang menimbulkan time pressure (Kholidiah, 2014).

Time pressure yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada auditronya bertujuan untuk mengurangi biaya audit (Efisiensi biaya dan waktu


(30)

pelaksanaan audit). Semakin cepat waktu pengerjaan audit, maka biaya pelaksanaan juga akan kecil. Adanya time pressure membuat auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah dianggarkan (Liantih, 2010).

Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti menduga adanya pengaruh faktor time pressure terhadap perilaku premature sign off audit procedures. Dugaan ini diperkuat oleh argumen Weningtyas, dkk (2006) yang mengatakan untuk menepati anggaran waktu yang telah ditetapkan, ada kemungkinan bagi auditor untuk melalukan pengabaian terhadap prosedur audit bahkan pemberhentian prosedur audit.

Penelitian yang dilakukan Yusrawati (2009), La Ane (2011), dan Kholidiah (2014) Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh positif pada variabel time pressure terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. akan tetapi hasil berbeda ditunjukan pada penelitian Wahyudi (2011) justru variabel time pressure tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

Audit risk adalah risiko yang terjadi akibat dari auditor tanpa disadari, tidak dapat memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (SA Seksi 312). Audit risk adalah risiko yang timbul bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Messier dkk, 2006:88). Saji material ini bisa terjadi karena adanya kesalahan (error) atau kecurangan (fraud). Error merupakan kesalahan yang tidak


(31)

disengaja (unintentional mistakes) sedangkan Fraud merupakan kecurangan yang disengaja. Audit risk merupakan permasalahan yang sering auditor hadapi, audit risk ini muncul akibat dari auditor tidak memeriksa 100% saldo akun transaksi dari asersi, melainkan hanya mengambil beberapa sampel yang dapat di generalisasikan untuk setiap akun yang ada.

Audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji material, akan tetapi terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor. Semakin tinggi kepastian yang ingin diperoleh auditor dalam menyatakan pendapat yang benar, semakin rendah audit risk yang akan ia terima. Jika 99% kepastian diinginkan, maka audit risk adalah 1%, sementara jika kepastian sebesar 95 % dianggap memuaskan, maka audit risk adalah 5%. Biasanya pertimbangan professional berkenaan dengan keyakinan yang memadai dan keseluruhan tingkat audit risk dirancang sebagai satu kebijakan kantor akuntan publik, dan audit risk akan dapat dibandingkan antara satu audit dengan audit lainnya. (Boynton dkk, 2003:202).

Berdasarkan penjelasan tersebut audit risk juga dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan seluruh prosedur audit yang direncanakan. Dengan demikian muncul dugaan bahwa terdapat pengaruh audit risk terhadap premature sign off audit procedures yang menjadikan dasar pemilihan variabel audit risk. Hal ini diperkuat dengan pendapat Weningtyas, dkk (2006) yang mengatakan ketika auditor menetapkan risiko rendah, maka auditor harus lebih banyak melakukan prosedur audit sehingga kemungkinan melakukan premature sign off audit procedures rendah.


(32)

Penelitian yang dilakukan Yusrawati (2009), La Ane (2011), Fathir (2011), dan Nisa (2013) Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh positif pada variabel audit risk terhadap premature sign off audit procedures. akan tetapi hasil berbeda ditunjukan pada penelitian Wahyudi (2011) justru variabel risiko audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap premature sign off audit procedures dan berbeda pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Kholidiah (2014) yang justru menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan negatif risiko audit terhadap premature sign off audit procedures.

Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian, dimana seseorang individu yakin jika mereka mampu mengontrol nasib dirinya sendiri (Rotter, 1966). Locus of control / locus pengendalian merupakan kendali individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Lokus pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu lokus pengendalian internal yang mencirikan seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka di organisasi. Sedangkan lokus pengendalian eksternal yang mencirikan individu yang mempercayai bahwa perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih dikarenakan faktor di luar diri yaitu organisasi.

Konsep dari Rotter (1966) ini menggolongkan individu apakah termasuk ke dalam locus internal atau locus external. Internal locus of control adalah individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan external locus of control adalah individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan (Robbins dan Judge,


(33)

2007). Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau event-event dalam kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of control. Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau event-event yang terjadi dalam kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki external locus of control.

Berdasarkan penjelasan tersebut muncul dugaan bahwa locus of control yang dalam penelitian ini menggunakan external locus of control memiliki pengaruh terhadap premature sign off audit procedures yang menjadikan dasar pemilihan locus of control. Hal ini diperkuat dengan pendapat Lestari (2010) yang menyebutkan bahwa auditor yang memiliki external locus of control yang tinggi akan meningkatkan probabilitas mereka dalam menghentikan prematur prosedur audit dan temuan pada penelitian tersebut menunjukan bahwa semakin kuat external locus of control auditor, maka akan cenderung melakukan upaya penghentian secara prematur prosedur audit.

Penelitian yang dilakukan oleh Yusrawati (2009) yang meneliti KAP di Pekanbaru. Didapatkan hasil pada variabel locus of control tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap premature sign off audit procedures. Akan tetapi penelitian lainnya oleh Fathir (2011), Akhsan (2014), dan Kadek dkk (2014) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif locus of control terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Pendapat berbeda lainnya muncul dari La Ane (2011) yang mengungkapkan bahwa justru terdapat


(34)

pengaruh signifikan negatif locus of control terhadap premature sign off audit procedures.

Konsep organizational commitment didasarkan pada premis bahwa individual membentuk suatu keterikatan terhadap organisasi. Secara historis, organizational commitment merupakan perspektif yang bersifat keperilakuan dimana komitmen diartikan sebagai perilaku yang konsisten dengan aktivitas (Setiawan dan Ghozali, 2006). Mowday, dkk (1979) mendefinisikan organizational commitment sebagai identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi. Definisi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan aktif dan keinginan karyawan dalam menjalin hubungan positif serta memberikan kontribusi yang berarti pada organisasinya.

Teori organizational commitment menurut Allen dan Meyer (1990) membagi organizational commitment menjadi tiga komponen organisasi yaitu komitmen afektif (affective commitment), komitmen kontinuans (continuance commitment), dan komitmen normatif (normative commitment) dimana ketiga komponen tersebut dilihatnya komitmen sebagai kondisi psikologis yang dapat menggambarkan hubungan individu dengan organisasi, dan mempunyai implikasi dalam keputusan untuk meneruskan atau tidak keanggotaannya dalam organisasi. Menurut Mowday dkk (1979) mengatakan bahwa karyawan yang memiliki organizational commitment yang tinggi akan lebih termotivasi untuk hadir dalam organisasi dan berusaha mencapai tujuan organisasi. Sementara itu, Greenberg & Baron (2008) menyatakan bahwa organizational commitment berkaitan dengan keinginan yang tinggi untuk berbagi dan berkorban bagi organisasi.


(35)

Berdasarkan penjelasan tersebut muncul dugaan bahwa organizational commitment memiliki pengaruh terhadap premature sign off audit procedures yang. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Irawati dan Mukhlasin (2005) yang berpendapat bahwa komitmen pada organisasi merupakan alat prediksi yang sangat baik untuk beberapa perilaku penting, diantaranya adalah perputaran pegawai, kesetiaan pegawai kepada nilai organisasi dan keinginan untuk melakukan pekerjaan melebihi apa yang seharusnya dikerjakan. Individu dengan organizational commitment yang tinggi akan lebih tidak terlibat dengan perilaku premature sign-off. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk tetap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tempat mereka bekerja (Srimindarti 2012).

Hasil penelitian Srimindarti (2012) terdapat pengaruh signifikan negatif variabel organizational commitment terhadap premature sign off audit procedures. Sedangkan hasil penelitian Maryanti (2005) menyatakan bahwa organizational commitment berpengaruh positif terhadap dysfunctional audit behavior. Hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Irawati dan Mukhlasin (2005) yang menunjukkan hubungan tidak signifikan antara variabel organizational commitment dengan perilaku penyimpangan dalam audit. Serta penelitian Akhsan (2014) yang menunjukkan hubungan tidak signifikan antara variabel organizational commitment terhadap premature sign off audit procedures.

Self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah “personal


(36)

judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya. (Coopersmith, 1967). Menurut Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan self esteem sebagai tingkat menyukai atau tidak menyukai dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia.

Fathir (2011) beranggapan bahwa individu yang memiliki self esteem rendah memandang diri mereka sendiri dalam pemahaman yang negative. Mereka tidak merasa baik dengan diri mereka sendiri dan dipenuhi rasa tidak percaya akan kemampuan yang dimilikinya. Individu yang memiliki self esteem rendah adalah individu yang mudah terpengaruh orang lain dan hanya bergantung pada orang lain, sehingga mereka melakukan sesuatu hanya dengan meniru orang yang dihormati dan dianggap benar meskipun orang yang diikuti tersebut belum tentu benar.

Berdasarkan pada penjelasan tersebut peneliti menduga jika variabel self esteem ini dapat mempengaruhi perilaku auditor melakukan premature sign off audit procedures. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Robbins dan Judge (2007) yang mengatakan individu dengan self esteem tinggi memiliki kecenderungan mengambil lebih banyak risiko dalam memilih pekerjaan dan memiliki kemungkinan besar melakukan tindakan popular, sedangkan individu dengan self esteem rendah cenderung mencari persetujuan dari orang lain, menyesuaikan diri pada keyakinan dan perilaku orang yang mereka hormati. Self esteem yang tinggi berhubungan dengan sifat optimis dan tingkat kecemasan yang dimiliki seseorang (Suharyati, 2003). Peneliti menduga dengan pribadi yang mudah terpengaruh oleh


(37)

orang lain dan tidak memiliki kepercayaan diri atau sifat optimis cenderung lebih banyak menerima perilaku premature sign off audit procedures.

Pada penelitian Fathir (2011) diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan positif self esteem terhadap premature sign off audit procedures, namun pada penelitian serupa yang dihasilkan dari penelitian Irawati dan Mukhlasin (2005) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh self esteem terhadap penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit. Serta Malone dan Robert (1996) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh self esteem terhadap perilaku pengurangan kualitas audit.

Dalam penelitian ini selain menguji variabel self esteem secara langsung terhadap premature sign off audit procedures. Peneliti juga menggunakan variabel self esteem sebagai variabel mediasi antara organizational commitment dengan premature sign off audit procedures. Alasan mendasar penggunaan variabel self esteem ini sebagai variabel mediasi adalah pernyataan dari Steers (1977) bahwa komitmen berkaitan dengan intensi bertahan dalam organisasi akan tetapi tidak secara langsung berkaitan dengan kinerja karena untuk mengetahui kinerja berkaitan pula dengan motivasi, kejelasan peran, dan kemampuan. Sedangkan kualitas kinerja auditor akan berimplikasi terhadap perilaku auditor dalam melakukan kecurangan seperti premature sign off audit procedures. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Donnelly, dkk (2003) yang mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kinerja dengan perilaku disfungsional audit dimana premature sign off audit procedures merupakan bagian dari perilaku disfungsional audit. Dalam hal ini variabel self


(38)

esteem dianggap mewakili aspek motivasi, sebab seseorang yang memiliki self esteem tinggi kecenderungan memiliki harga diri yang tinggi dimana akan menjadikan pribadi yang percaya diri serta percaya terhadap kemampuan yang dimilikinya.

Need for achievement adalah hasrat seseorang untuk meraih prestasi dalam hidupnya, ini merupakan proses pembelajaran yang stabil yang mana kepuasan akan didapatkan dengan berjuang dan memenuhi level tertinggi untuk dapat menjadi ahli dalam bidang tertentu (McClelland, 1961). Dengan kata lain motivasi untuk berprestasi merupakan tingkat dimana seseorang memiliki kemauan untuk menjadi sukses di bidangnya. Menurut Aamodt (1991) need for achievement merupakan keinginan untuk menantang pekerjaan yang sulit, yang mana orang yang memiliki need for achievement yang tinggi memiliki kontrol terhadap prilaku mereka dan menyukai tantangan yang sulit, sementara karyawan yang memiliki need for achievement yang rendah mudah dipuaskan dengan tantangan yang sedikit.

Bagi mereka yang memiliki need for achievement tinggi cenderung menyukai pekerjaan yang menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai, karena apabila jalan yang mereka tempuh untuk mencapai kesuksesan memiliki risiko rendah, mereka akan menganggap bahwa itu bukanlah pencapaian kesuksesan yang sesungguhnya. Sebaliknya seseorang yang memiliki need for achievement rendah akan cenderung mengambil pekerjaan yang mudah untuk meminimalisasi risiko kegagalan.


(39)

Berdasarkan pada penjelasan tersebut peneliti menduga jika variabel need for achievement ini dapat mempengaruhi perilaku auditor melakukan premature sign off audit procedures. individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, dan individu yang mampu mempertahankan standard kinerja tinggi dan mempunyai keinginan untuk menyelesaikan tugas yang sulit. Motivasi untuk tetap mempertahankan standard kinerja akan berkaitan dengan pilihan auditor dalam melakukan / tidak melakukan perilaku premature sign off audit procedures.

Penelitian mengenai pengaruh need for achievement terhadap premature sign off audit procedures dilakukan oleh Almar’atus (2013) dan Kholidiah (2014). Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa terdapat need for achievement berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures. hal yang menarik adalah didalam penelitian Kholidiah (2014) ditemukan bahwa besarnya pengaruh dari need for achievement terhadap premature sign off audit procedures adalah 6,35 % jumlah tersebut menurut peneliti cukup besar jika dibandingkan dengan variabel lainnya seperti materialitas yang hanya 3,69 %.

Dalam penelitian ini selain menguji variabel need for achievement secara langsung terhadap premature sign off audit procedures. Peneliti juga menggunakan variabel need for achievement sebagai variabel mediasi antara organizational commitment dengan premature sign off audit procedures. Alasan mendasar penggunaan variabel need for achievement ini sebagai variabel mediasi adalah pernyataan dari Steers (1977) bahwa komitmen berkaitan dengan intensi bertahan dalam organisasi akan tetapi tidak secara langsung berkaitan dengan kinerja karena untuk mengetahui kinerja berkaitan pula dengan motivasi,


(40)

kejelasan peran, dan kemampuan. Sedangkan kualitas kinerja auditor akan berimplikasi terhadap perilaku auditor dalam melakukan kecurangan seperti penghentian prematur atas prsedur audit. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Donnelly, dkk (2003) yang mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kinerja dengan perilaku disfungsional audit dimana premature sign off audit procedures merupakan bagian dari perilaku disfungsional audit. Dalam hal ini variabel need for achievement juga dianggap dapat mewakili aspek motivasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah apakah time pressure, audit risk, locus of control, serta organizational commitment berpengaruh terhadap premature sign off audit procedures dengan self esteem dan need for achievement sebagai variabel moderasi. Oleh sebab itu penelitian ini mengambil judul “DETERMINAN

PREMATURE SIGN OFF AUDIT PROCEDURES DENGAN MEDIASI

SELF ESTEEM DAN NEED FOR ACHIEVEMENT (STUDI EMPIRIS

PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SEMARANG”

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, yang menjadi permasalahan utama pada penelitian ini adalah adanya perbedaan hasil penelitian atau tidak terdapat kekonsistenan pada penelitian – penelitian terdahulu Berdasarkan alasan tersebut peneliti melakukan penelitian kembali mengenai pengaruh mediasi self esteem dan need for achievement terhadap determinan


(41)

perilaku premature sign off audit procedures, maka pertanyaan- pertanyaan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah Time Pressure berpengaruh positif terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?

2. Apakah Audit Risk berpengaruh positif terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?

3. Apakah Locus of Control berpengaruh positif terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?

4. Apakah Organizational commitment berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?

5. Apakah Organizational commitment berpengaruh positif terhadap self esteem ?

6. Apakah Organizational commitment berpengaruh positif terhadap need for Achievement ?

7. Apakah Self Esteem berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?

8. Apakah Need for Achievement berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?

9. Apakah Organizational commitment Melalui Self Esteem berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?


(42)

10. Apakah Organizational commitment Melalui Need for Achievement berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara time preassure terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara audit risk terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang.

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara locus of control terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang.

4. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara organizational commitment terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang.

5. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara organizational commitment terhadap self esteem.

6. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara organizational commitment terhadap need for achievement.


(43)

7. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara self esteem terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang.

8. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara need for achievement terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang.

9. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara organizational commitment melalui self esteem terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang.

10. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara

organizational commitment melalui need for achievement terhadap

premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Manfaat Akademis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang ilmu akuntansi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan premature sign off audit procedures (premature sign off ).


(44)

b. Memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara variabel time pressure, audit risk, locus of control, organizational commitment, self esteem, dan need for achievement terhadap perilaku premature sign off audit procedures.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik untuk mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya praktik penghentian prematur prosedur audit.

b. Menjadi bahan informasi bagi perusahaan selaku pengguna jasa audit bahwa terdapat premature sign off audit procedures yang telah dilakukan oleh auditor.

c. Dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini.


(45)

25 2.1. Kajian Teori

2.1.1. Teori Atribusi (Attribution theory)

Dalam penelitian ini, untuk menjelaskan faktor penyebab atau motif perilaku seseorang melakukan premature sign off audit procedures menggunakan teori atribusi yang dikembangkan pertama kali oleh Fritz Heider (1958) kemudian dikembangkan oleh Kelley (1980) dan Bernard Weiner (1974). Menurut Heider (1958), setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Heider (1958) berargumentasi bahwa terdapat dua sumber atribusi tingkah laku (1) Atribusi internal atau atribusi disposisional. (2) Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan. Pada atribusi internal menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului tingkah laku). Pada atribusi eksternal menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh situasi tempat atau lingkungan orang itu berada.

Teori atribusi Harold Kelley (1980) memandang individu sebagai psikologi amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Ia mencoba menemukan apa yang menyebabkan apa atau apa yang mendorong siapa melakukan apa. Respon yang


(46)

kita berikan pada suatu peristiwa bergantung pada interpretasi kita tentang

peristiwa itu. Teori ini diarahkan

untuk mengembangkan penjelasan dari cara-cara kita menilai orang secara berlainan, tergantung makna apa yang kita hubungkan (atribusikan) ke suatu perilaku tertentu. Penyebab perilaku tersebut dalam persepsi sosial lebih dikenal dengan istilah dispositional attributions (penyebab internal) dan situational attributions (penyebab eksternal) (Robbins, 1996).

Atribusi disposisional atau penyebab internal mengacu pada aspek perilaku individual, sesuatu yang ada dalam diri seseorang seperti sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi. Atribusi situasional atau penyebab eksternal mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Penentuan atribusi penyebab apakah individual atau situasi dipengaruhi oleh tiga faktor (Kelley, 1980):

1. Konsensus (consensus): Konsensus adalah situasi yang membedakan perilaku seseorang dengan perilaku orang lainnya dalam menghadapi situasi yang sama. Bila seseorang berperilaku sama dengan kebanyakan orang lain, maka perilaku orang tersebut memiliki konsesnsus yang tinggi. Tetapi bila perilaku seseorang tersebut berbeda dengan perilaku kebanyakan orang maka berarti perilaku tersebut memiliki consensus yang rendah.

2. Konsistensi (consistency): Konsisten adalah derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau peristiwa yang sama pada waktu yang


(47)

berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama.

3. Kekhususan (distinctiveness): Keunikan menujukkan sejauh mana seseorang bereaksi dengan cara yang sama terhadap stimulus atau peristiwa yang berbeda.

Teori atribusi menurut Weiner (1974) dilandaskan pada pandangan satu dimensi yang didasarkan pada asumsi bahwa penyebab tingkah-laku menurut presepsi individu adalah berbeda. Kejadian itu disebabkan (diatribusikan) oleh atau pada individu (diri) atau pada sifat lingkungan. Teori ini membahas masalah yang berkenaan dengan analisis suatu dimensi.Atribusi yang terjadi dalam dimensi yang sama, baik itu internal ataukah eksternal dapat menimbulkan beberapa hasil atau akibat (Weiner, 1974).

Teori ini menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan perilaku seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal, pada penelitian ini akan menguji pengaruh dari time pressure, audit risk, organizational comitment, locus of control, self esteem, dan need for achievement, dimana variabel time pressure, audit risk sebagai faktor eksternal, sedangkan organizational comitment, locus of control, self esteem, dan need for achievement sebagai faktor internal sebagai faktor internal penyebab premature sign off audit procedures.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa teori atribusi dapat digunakan sebagai dasar menemukan penyebab mengapa seorang auditor melakukan premature sign off audit procedures. Dengan mengetahui faktor-faktor


(48)

praktik premature sign off audit procedures, diharapkan pemicu terjadinya praktik tersebut dapat diminimalisir.

2.1.2. Teori Komitmen Organisasi (Organizational commitment theory)

Teori mengenai komitmen organisasi (organizational commitment) populer mulai tahun 1977 setelah dibahas oleh Staw dan Salancik yang mengajukan dua bentuk komitmen yaitu komitmen sikap (attitudinal commitment) dan komitmen tingkah laku (behavioral commitment). Komitmen sikap adalah keadaan dimana seorang individu mempertimbangkan sejauhmana nilai dan tujuan pribadinya dapat sesuai dengan tujuan organisasi, serta sejauhmana keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Pendekatan sikap ini lebih berfokus pada pola pikir seseorang tentang bagaimana hubungan individu terhadap organisasi tempat ia berada. Sedangkan komitmen tingkah laku didasarkan pada sejauhmana karyawan menetapkan keputusan untuk tetap berada pada organisasi saat ini dengan menimbang adanya kerugian apabila memutuskan untuk melakukan alternatif lain di luar pekerjaan saat ini. Pendekatan tingkah laku ini lebih menekankan pada proses dimana individu mengembangkan komitmen tidak pada organisasi melainkan pada tingkah lakunya terhadap organisasi (Mowday dkk, 1979).

Mowday, dkk (1979) mendefinisikan organizational commitment sebagai identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi. Definisi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan aktif dan keinginan


(49)

karyawan dalam menjalin hubungan positif serta memberikan kontribusi yang berarti pada organisasinya.

Organizational commitment yang dikemukakan oleh Mowday dkk (1979) ini bercirikan adanya:

1. Kepercayaan yang kuat serta penerimaan terhadap tujuan dan nilai organisasi; 2. Kesiapan untuk bekerja keras; serta

3. Keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi. Komitmen ini tergolong komitmen sikap atau afektif karena berkaitan dengan sejauhmana individu merasa nilai dan tujuan pribadinya sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi. Semakin besar kongruensi antara nilai dan tujuan individu dengan nilai dan tujuan organisasi maka semakin tinggi pula komitmen karyawan pada organisasi.

Teori organizational commitment menurut Allen dan Meyer (1990) membagi organizational commitment menjadi tiga komponen organisasi yaitu komitmen afektif (affective commitment), komitmen kontinuans (continuance commitment), dan komitmen normatif (normative commitment) dimana ketiga komponen tersebut dilihatnya komitmen sebagai kondisi psikologis yang dapat menggambarkan hubungan individu dengan organisasi, dan mempunyai implikasi dalam keputusan untuk meneruskan atau tidak keanggotaannya dalam organisasi.

Adapun definisi dan penjelasan dari ketiga komponen organizational commitment menurut Allen dan Meyer (1990) adalah sebagai berikut :


(50)

1. Komitmen afektif (Affective commitment) Komitmen ini mengacu pada hubungan emosional anggota terhadap organisasi. Orang-orang ingin terus bekerja untuk organisasi tersebut karena mereka sependapat dengan tujuan dan nilai dalam organisasi tersebut. Orang-orang dengan tingkat komitmen afektif yang tinggi memiliki keinginan untuk tetap berada di organisasi karena mereka mendukung tujuan dari organisasi tersebut dan bersedia membantu untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Komitmen berkelanjutan (Continuance commitment) Komitmen ini mengacu pada keinginan karyawan untuk tetap tinggal di organisasi tersebut karena adanya perhitungan atau analisis tentang untung dan rugi dimana nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi dibandingkan dengan meninggalkan organisasi tersebut. Semakin lama karyawan tinggal dengan organisasi mereka, semakin mereka takut kehilangan apa yang telah mereka investasikan di dalam organisasi selama ini.

3. Komitmen normatif (Normative commitment) Komitmen ini mengacu pada perasaan karyawan dimana mereka diwajibkan untuk tetap berada di organisasinya karena adanya tekanan dari yang lain. Karyawan yang memiliki tingkat komitmen normatif yang tinggi akan sangat memperhatikan apa yang dikatakan orang lain tentang mereka jika mereka meninggalkan organisasi tersebut. Mereka tidak ingin mengecewakan atasan mereka dan khawatir jika rekan kerja mereka berpikir buruk terhadap mereka karena pengunduran diri tersebut.


(51)

Pengaruh dari variabel organizational commitment dalam penelitian ini dapat dikaitkan dengan teori organizational commitment ini, dimana apabila seorang auditor yang memiliki komitmen terhadap organisasi tinggi mereka akan cenderung memandang KAP sebagai komitmen afektif, komitmen afektif berkaitan dengan emosional karyawan dalam hal ini keterikatan auditor dengan KAP tempat ia bekerja. Pola pikir auditor yang seperti ini memandang kepentingan organisasi adalah kepentingan pribadi mereka, sehingga mereka akan terus bekerja dengan seluruh kemapuan yang ia miliki untuk organisasi karena mereka ingin melakukan hal tersebut. Keingingan untuk mengerahkan seluruh kemampuan yang di miliki auditor untuk KAP tempat ia bekerja pada akhirnya akan berimplikasi secara langsung terhadap perilaku pengurangan kualitas audit (RAQ Behaviour) yang dalam penelitian ini adalah premature sign off audit procedures.

2.1.3. Teori Motivasi Kebutuhan (Acquired needs theory)

Teori motivasi kebutuhan David McClelland (1961) mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis kebutuhan motivasi yaitu motivasi untuk mencapai prestasi (need for achievement / n-ach ), motivasi untuk mendapatkan kekuasaan / otoritas (need for power / n-pow), dan motivasi untuk berafiliasi (need for affiliation / n -affil).

Adapun definisi dan penjelasan mengenai tiga jenis kebutuhan motivasi menurut Mc Clelland (1961) adalah sebagai berikut :


(52)

Motivasi untuk berprestasi (need for achievement) adalah motivasi atau hasrat seseorang untuk meraih prestasi dalam hidupnya, ini merupakan proses pembelajaran yang stabil yang mana kepuasan akan didapatkan dengan berjuang dan memenuhi level tertinggi untuk dapat menjadi ahli dalam bidang tertentu. Dengan kata lain motivasi untuk berprestasi merupakan tingkat dimana seseorang memiliki kemauan untuk menjadi sukses di bidangnya. Bagi mereka yang memiliki need for achievement tinggi cenderung menyukai pekerjaan yang menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai, karena apabila jalan yang mereka tempuh untuk mencapai kesuksesan memiliki risiko rendah, mereka akan menganggap bahwa itu bukanlah pencapaian kesuksesan yang sesungguhnya. Sebaliknya seseorang yang memiliki need for achievement rendah akan cenderung mengambil pekerjaan yang mudah untuk meminimalisasi risiko kegagalan.

2. Motivasi untuk berkuasa (need for power)

Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itui tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan memengaruhi orang lain. Kebutuhan kekuasaan sangat berhubungan dalam pencapaian posisi kepemimpinan. Karena seorang pemimpin membutuhkan kekuasaan yang besar untuk dapat mengendalikan anggota agar dapat terwujud tujuannya sebagai seorang pemimpin. Artinya seseorang yang memiliki need for power adalah seseorang yang memiliki personal power dan


(53)

kekuasaan yang dapat digunakan untuk mengatur, dan mengendalinan orang lain dalam pencapaiannya memenuhi tujuan.

3. Motivasi untuk berafiliasi (need for affiliation)

Kebutuhan akan afiliasi atau bersahabat adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.

McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.

Pengaruh need for achievement terhadap premature sign off audit procedures dalam penelitian ini dapat dikaitkan dengan teori motivasi kebutuhan. Dimana need for achievement merupakan tingkat keinginan seseorang untuk mempertahankan standard kinerja dan keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan yang sulit secara efektif. hal ini dapat dijadikan dasar dalam menentukan perilaku pengurangan kualitas audit (RAQ behaviour) yang dalam penelitian ini adalah premature sign off audit procedures.

2.2.Premature Sign Off Audit Procedures


(54)

Perilaku disfungsional auditor merupakan perilaku menyimpang yang dilakukan auditor dalam melaksanakan audit. Premature sign off merupakan salah satu dari perilaku disfungsional auditor. Menurut Donnely, dkk (2003) Perilaku disfungsional meliputi tindakan melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek daripada waktu yang sebenarnya ( underreporting of audit time ), mengubah prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan ( replacing and altering original audit procedures ), dan menyelesaikan langkah-langkah audit yang terlalu dini tanpa melengkapi keseluruhan prosedur ( premature signing off of audit steps without completion of the procedure ) (Donnely dkk, 2003).

Menurut Kholidiah (2014) Penghentian premaur prosedur audit merupakan tindakan yang dilakukan oleh auditor dengan tidak melaksanakan atau mengabaikan satu atau beberapa prosedur audit yang disyaratkan, akan tetapi mendokumentasikan semua prosedur audit telah diselesaikan secara wajar.

Premature sign off audit procedures merupakan penghentian satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan dalam prosedur audit tanpa menggantikan dengan langkah lain (Maulina dkk, 2010). Prosedur- prosedur audit tersebut menurut (Mulyadi, 2002: 87) antara lain :

1. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)

Prosedur ini terdiri dari kegiatan mempelajari dan membandingkan data yang memiliki hubungan. Dalam prosedur ini digunakan data finansial dan non finansial yang menghasiilkan bukti analitis.


(55)

Prosedur ini melakukan pemeriksaan secara teliti atas dokumen, catatan, pemeriksaan fisik atas sumber berujud.

3. Mengkonfirmasi (Confirming)

Prosedur ini dilakukan melalui pengajuan pertanyaan yang memungkinkan auditor untuk mendapatkan informasi langsung dari sumber independen di luar organisasi klien.

4. Mengajukan Pertanyaan (Inquiring)

Prosedur ini dilakukan secara lisan dan tertulis kepada sumber-sumber intern dalam perusahaan, seperti manajemen dan karyawan.

5. Menghitung (Counting)

Prosedur ini dilakukan dengan penghitungan fisik atas barang-barang berujud dan penghitungan atas dokumen bernomor urut tercetak.

6. Menelusur (Tracing)

Prosedur ini dilakukan dengan menelusur informasi sejak awal data direkam pertama kali pada dokumen hingga pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.

7. Mencocokkan ke dokumen (Vouching)

Prosedur ini dilakukan dengan pencocokan dokumen untuk mendeteksi terjadinya pencatatan di atas semestinya dalam catatan akuntansi.

8. Mengamati (Observing)

Prosedur ini dilakukan dengan melihat pelaksanaan sejumlah kegiatan atau proses yang terjadi dalam perusahaan.


(56)

9. Melaksanakan ulang ( Reperforming)

Prosedur ini dilakukan dengan menghitung ulang dan membuat rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien/perusahaan.

10. Teknik audit berbantuan komputer (Computer assisted audit techniques) Prosedur ini dilakukan jika perusahaan menyelenggarakan catatan akuntansi dalam media elektronik.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil simpulan bahwa premature sign off audit procedures ialah salah satu tindakan disfungsional yang dilakukan oleh auditor dengan menghentikan satu atau beberapa prosedur audit yang diperlukan tanpa menggantikan prosedur tersebut dengan langkah lain sebgai pengganti, namun semua prosedur audit yang disyaratkan didokumentasikan secara lengkap dan wajar.

2.2.2. Dimensi Pengukuran Premature sign off audit procedures

Premature sign off audit procedures merupakan tindakan yang dilakukan oleh auditor dengan tidak melaksanakan atau mengabaikan satu atau beberapa prosedur audit yang disyaratkan, akan tetapi mendokumentasikan semua prosedur audit telah diselesaikan secara wajar (Kholidiah, 2014). Berdasarkan hasil penelitian Herningsih (2001) dimensi pengukuran variabel premature sign off audit procedures ialah sebagai berikut :

1. Pemahaman bisnis klien;

2. Pertimbangan pengendalian intern klien; 3. Pengujian substantif;


(57)

4. Pertimbangan internal auditor; 5. Prosedur analitis;

6. Konfirmasi ;

7. Menggunakan representasi manajemen;

8. Melaksanakan uji kepatuhan terhadap pengendalian atas transaksi dalam aplikasi sistem online;

9. Mengurangi jumlah sampel; serta 10. Pemeriksaan fisik.

2.2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Premature sign off audit procedures

Berdasarkan penelitian Alderman dan Deitrick (1982), serta Raghunathan (1991) terdeteksi beberapa alasan mengapa auditor melakukan prosedur penghentian prematur prosedur audit (Prematur Sign- Off Audit Procedures), yaitu terbatasnya jangka waktu pengauditan yang ditetapkan, adanya anggapan prosedur audit yang dilakukan tidak penting (risiko kecil), prosedur audit yang tidak material, prosedur audit yang kurang dimengerti, adanya batas waktu penyampaian laporan audit, serta adanya pengaruh faktor kebosanan dari auditor.

Dari alasan tersebut Weningtyas, dkk. (2006) menyimpulkan bahwa proses premature sign off audit procedures dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor karakteristik personal dari auditor (faktor internal) dan faktor situasional saat melakukan audit (faktor eksternal).


(58)

Faktor Situasional (Faktor Eksternal) yang dapat mempengarui tindakan Premature sign off audit procedures antara lain :

1. Tekanan waktu, 2. Risiko Audit, 3. Meterialitas,

4. Prosedur Review dan Kontrol kualitas, 5. Tindakan Supervisi.

Faktor karakteristik personal (Faktor Internal) yang mempengarui Premature sign off audit procedures antara lain :

1. Locus of control, 2. Etika Profesi,

3. Self esteem in relation to ambition, 4. Turnover Intention,

5. Komitmen Profesional, 6. Komitmen Organisasi, 7. Job Level,

8. Need approval, 9. Need for achievement, 10. Competitive type behavior.


(59)

2.3.1. Konsep Time Pressure

Perikatan merupakan langkah awal dalam kesepakatan antara klien dengan auditor sebelum dilaksanakannya audit atas laporan klien, dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan menentukan batas waktu pengerjaan serta besarnya biaya yang disepakati kemudian auditor menyetujui dan sanggup melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan komitmen profesionalnya.

Salah satu kunci keberhasilan karir auditor di masa depan adalah dapat menyelesaikan pekerjaannya dan memenuhi permintaan klien secara tepat waktu. Hal ini merupakan tekanan bagi auditor untuk menyelesaikan audit sesuai dengan waktu yang dianggarkan. Apabila auditor menyelesaikan tugas melebihi batas waktu yang dianggarkan, maka auditor cenderung dinilai memiliki kinerja yang buruk oleh atasannya. Kriteria seorang auditor untuk mendapatkan peringkat yang baik adalah pencapaian anggaran waktu. Tuntutan-tuntutan seperti inilah yang menimbulkan time pressure (Kholidiah, 2014).

Time pressure memiliki dua dimensi yaitu time budget pressure dan time deadline pressure. Time budget pressure adalah keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat. Time deadline pressure adalah kondisi dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya (Weningtyas, dkk, 2006).


(60)

Time Pressure yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada auditornya bertujuan untuk mengurangi biaya audit. Semakin cepat waktu pengerjaan audit, maka biaya pelaksanaan audit akan semakin kecil. Keadaan-keadaan itulah yang memaksa auditor menyelesaikan tugasnya sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan (time deadline preassure) dan tekanan akan anggaran yang sudah disepakati (time budget preassure), Agar menepati anggaran waktu yang telah ditetapkan, ada kemungkinan bagi auditor untuk melalukan pengabaian terhadap prosedur audit bahkan pemberhentian prosedur audit (Weningtyas, dkk, 2006).

Time budget pressure merupakan suatu keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku, sedangkan time deadline pressure terjadi jika auditor mendapatkan tekanan waktu dalam penyelesaian tugas atas target yang telah ditetapkan (Margheim, dkk 2005). Berdasarkan uraian diatas dapat diambil simpulan bahwa definisi time pressure dalam penelitian ini adalah keadaan dimana auditor mendapatkan tekanan saat melaksanakan audit, keadaan tersebut antara lain time budget pressure dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun, serta time deadline pressure atau kondisi dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya.


(61)

Time pressure adalah suatu kondisi dimana auditor mendapatkan tekanan dari tempatnya bekerja untuk menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan (Maulina, 2010). Indikator dari variabel time pressure berdasarkan penelitian Maulina (2010) adalah sebagai berikut :

1. Indikator Time budget pressure a. Ketepatan anggaran waktu ; b. Pencapaian anggaran waktu ; c. Keterbatasan sumber daya ;

d. Tingkat efisiensi terhadap anggaran waktu ; serta e. Kepatuhan auditor.

2. Indikator Time deadline pressure

a. Ketidakseimbangan antara tugas dan waktu yang tersedia; dan b. Penetapan batasan waktu.

2.4. Audit risk

2.4.1. Konsep Audit risk

Pada setiap perencanaan pasti akan dihadapkan pada risiko dan bagaimana cara untuk meminimalkan risiko yang ada, tidak terkecuali auditor yang harus mempertimbangkan audit risk yang akan dihadapi. Audit risk adalah risiko yang timbul bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Messier, dkk, 2006:88). Audit risk adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,


(62)

atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (SA Seksi 312).

Konsep keseluruhan mengenai audit risk merupakan kebalikan dari konsep keyakinan yang memadai. Semakin tinggi kepastian yang diperoleh auditor dalam menyatakan pendapat yang benar, semakin rendah audit risk yang akan ia terima. Jika kepastian yang diinginkan sebesar 99% maka audit risk adalah 1%, sementara apabila kepastian sebesar 95 % dianggap cukup, maka audit risk adalah 5%. (Boynton, 2003:202)

Menurut Mulyadi (2002:166) Audit risk, dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : 1. Risiko audit keseluruhan (Overall audit risk)

Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko audit keseluruhan yang direncanakan. Yang merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, padahal kenyataannya laporan keuangan tersebut berisi salah saji material.

2. Risiko audit individual

Karena audit mencangkup pemeriksaan terhadap akun-akun secara

individual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepada akun-akun yang berkaitan.


(63)

Sedangkan terdapat tiga unsur dalam model risiko di atas (Mulyadi, 2002:167):

1. Risiko bawaan(Inherent risk)

Adalah ketentuan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait.

2. Risiko pengendalian (Control risk)

Adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini ditentukan oleh efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk mencapai tujuan umum pengendalian intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas.

3. Risiko deteksi (Detection risk)

Adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditentukan oleh efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak cocok, menerapkan secara keliru prosedur yang tepat, atau salah menafsirkan hasil audit.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dari audit risk adalah risiko deteksi. Risiko deteksi merukapakan risiko dimana auditor tidak dapat mendeteksi salah


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit Ditinjau Dari Faktor Eksternal Dan Faktor Internal Auditor

3 18 165

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU AUDITOR DALAM Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Auditor Dalam Premature Sign-Off Of Audit Prosedures (Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit) Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Di Surakarta Dan Yogyakarta.

0 2 15

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Auditor Dalam Premature Sign-Off Of Audit Prosedures (Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit) Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Di Surakarta Dan Yogyakarta.

0 2 9

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN PREMATURE SIGN-OFF OF AUDIT PROSEDURE PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI JAWA TENGAH.

0 0 1

The Influence Of Time Pressure On The Behaviours Of Premature Sign Off In Audit Procedures

0 0 11

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATAN, NEED FOR ACHIEVEMENT, SELT ESTEEM IN RELATION TO AMBITION, DAN TIME PRESSURE TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA KAP KOTA SEMARANG) - Unika Repository

0 0 17

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATAN, NEED FOR ACHIEVEMENT, SELT ESTEEM IN RELATION TO AMBITION, DAN TIME PRESSURE TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA KAP KOTA SEMARANG) - Unika Repo

0 0 11

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATAN, NEED FOR ACHIEVEMENT, SELT ESTEEM IN RELATION TO AMBITION, DAN TIME PRESSURE TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA KAP KOTA SEMARANG) - Unika Repository

0 0 13

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATAN, NEED FOR ACHIEVEMENT, SELT ESTEEM IN RELATION TO AMBITION, DAN TIME PRESSURE TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA KAP KOTA SEMARANG) - Unika Repository

0 0 38

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATAN, NEED FOR ACHIEVEMENT, SELT ESTEEM IN RELATION TO AMBITION, DAN TIME PRESSURE TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA KAP KOTA SEMARANG) - Unika Repository

0 0 94