Hubungan Antara Status Pernikahan Dengan Stress Kerja

126 dilakukan oleh Hansson et al 2001 yang menemukan bahwa tingkat stress kerja yang dialami oleh pekerja berumur tua biasanya cenderung rendah. Hal ini dikarenakan pada pekerja berusia tua, mereka sudah cenderung lebih matang sehingga memiliki kemampuan mengolah stress lebih baik dibandingkan dengan pekerja berusia muda Hansson, Robson, Limas, 2001. Meskipun berhubungan secara positif tetapi variabel umur tidak berhubungan signifikan dengan variabel stress kerja. Hal ini dapat terjadi karena faktor umur tidak mempengaruhi tingkat stress kerja yang dialami para pekerja secara signifikan. Pekerja berumur tua cenderung mengalami stress yang lebih tinggi akibat beban kerja dan tanggung jawab yang besar Juneja, 2004. Pada penelitian ini, faktor tanggung jawab dan beban kerja yang harus diemban oleh pekerja tidak dipengaruhi oleh umur. Baik pekerja yang berusia muda maupun tua memiliki beban kerja yang tidak berbeda sehingga variabel umur tidak berpengaruh dengan tingkat stress kerja.

6.5 Hubungan Antara Status Pernikahan Dengan Stress Kerja

Status pernikahan dapat berpengaruh pada tingkat stress seseorang. Individu yang berstatus menikah biasanya memiliki tingkat stress yang lebih rendah dibandingkan dengan individu yang tidak menikah. Hal ini terjadi dikarenakan apabila pekerja mendapat dukungan dalam karir dari pasangannya maka stress kerja yang dialaminya akan cenderung karena adanya dukungan dari pasangan Fink, 2010. Akan tetapi, pengaruh status pernikahan terhadap stress hanya akan berpengaruh positif apabila pernikahan tersebut berjalan dengan baik. 127 Dari hasil penelitian ini, didapatkan hasil bahwa pekerja yang berstatus menikah 78,3 lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang berstatus tidak menikah 21,7 . Status sebuah hubungan terhadap kesehatan merupakan suatu hal yang penting. Akan tetapi, kualitas hubungan tersebut juga berhubungan dengan kesehatan seseorang. Kebahagiaan sebuah pernikahan merupakan salah satu cara memprediksi kebahagiaan secara global sehingga dapat dikatakan bahwa pernikahan yang tidak bahagia akan menyebabkan stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak menikah Ogden, 2012. Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara status pernikahan dengan stress kerja yang dialami para pekerja di PT X. Hal ini terjadi dikarenakan rata-rata pekerja yang mengalami stress kerja baik pada pekerja yang sudah menikah 1,43 maupun belum menikah 1,39 juga tidak berbeda secara signifikan. Tingkat stress kerja yang cenderung tidak berbeda ini dapat terjadi karena sama tingginya faktor pekerjaan baik pada pekerja yang sudah menikah maupun belum menikah sehingga membuat kedua kelompok pekerja tersebut memiliki tingkat stress kerja yang tidak jauh berbeda. Hal ini yang kemudian mengakibatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status pernikahan dengan stress kerja. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pekerja kesehatan dimana terdapat hubungan antara status pernikahan dengan stress kerja. Pekerja yang berstatus menikah cenderung mengalami stress lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang tidak menikah. Hal ini terjadi dikarenakan pekerja yang berstatus menikah mendapatkan dukungan emosional 128 dari pasangannya yang tidak didapatkan oleh pekerja yang tidak menikah sehingga stress kerja yang dialami cenderung lebih rendah Olatunji Mokuolu, 2014. Dalam penelitian ini, tidak adanya hubungan antara status pernikahan dengan stress kerja juga dapat disebabkan pada pekerja yang sudah menikah dimana terdapat dukungan yang diberikan pasangan tidak terlalu berpengaruh terhadap stress yang dialami akibat pekerjaannya. Sehingga tingkat stress kerja baik pada pekerja yang berstatus menikah maupun tidak menikah tidak terlalu dipengaruhi oleh adanya keberadaan pasangan.

6.6 Hubungan Antara Jumlah Anak Dengan Stress Kerja