166
dengan baik tetapi hal ini bukan merupakan suatu hal yang menyebabkan terjadinya stress. Akan tetapi, terdapat faktor pekerjaan lainnya yang dapat
menimbulkan terjadinya stress.
6.24 Hubungan Antara Tuntutan Mental Dengan Stress Kerja
Tuntutan mental merupakan sumber stress yang signifikan terutama pada pekerjaan yang menuntut interaksi secara langsung dengan klien perusahaan
khususnya pada sektor jasa. Pekerjaan yang mengharuskan berinteraksi dengan orang lain memiliki banyak sumber emosi yang bersifat negatif, seperti
kesedihan, mudah marah, tidak sabar, dll. Secara umum, standar yang diterapkan perusahaan pasti menuntut pekerjanya untuk selalu bersikap ramah
terhadap klien yang dihadapi. Akan tetapi, hal ini bukanlah suatu perkara yang mudah untuk dilakukan seorang pekerja Koradecka, 2010.
Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata tuntutan mental yang dirasakan pekerja yaitu sebesar 3,09 dengan nilai minimum 2,2 dan nilai
maksimum 4. Jika dibandingkan dengan nilai total skor antara 1 – 4 maka rata-
rata skor tersebut sudah melewati nilai median sebesar 2. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa rata-rata skor pada variabel ini memiliki kecenderungan
yang tinggi. Beban kerja berlebih yang dimiliki pekerja dapat menyebabkan kurangnya waktu kerja serta sulitnya bagi pekerja untuk mencapai sasaran
organisasi. Beban kerja yang disertai dengan tuntutan mental dapat menyebabkan terjadinya stress bahkan burnout. Ketika tuntutan mental yang
dihadapi pekerja dalam jumlah yang besar maka mereka akan mengalami frustasi. Menurut Dean Jeffrey Klepfer, frustasi dapat menyebabkan
167
menurunnya kapasitas kerja seseorang dan menyebabkan menumpuknya beban kerja berlebih Gryna, 2004.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapatkan adanya hubungan yang positif dan sedang antara variabel tuntutan mental dengan stress kerja. Hal ini
berarti bahwa semakin tinggi tuntutan mental yang dihadapi pekerja maka akan semaking meningkatkan stress kerja yang mereka alami. Tuntutan mental
secara berlebihan melampaui kemampuan dan kompetensi pekerja dapat menyebabkan terjadinya ketidakmampuan, frustasi bahkan burnout. Pekerjaan
dengan tuntutan mental yang baik seharusnya berada pada level tuntutan mental yang nyaman bagi pekerja sehingga sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinyaGryna, 2004. Meskipun demikian, kedua variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pekerja
sudah merasa terbiasa dengan tekanan pekerjaan yang dirasakannya sehingga tidak menganggap tuntutan mental sebagai penyebab utama stress yang mereka
rasakan akibat pekerjaan. Stress yang dialami pekerja bisa saja lebih dipengaruhi faktor pekerjaan lainnya, seperti jumlah beban kerja yang lebih
banyak dibandingkan tuntutan kerja secara mental. Sehingga variabel ini tidak berhubungan secara signifikan terhadap stress kerja.
Meskipun tidak berhubungan secara signifikan tetapi variabel tuntutan mental berhubungan positif terhadap stress kerja. Oleh karena itu, pihak
manajemen sebaiknya melakukan upaya pencegahan terhadap tuntutan mental yang dirasakan para pekerja. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan
mendesain ulang pekerjaan untuk mencegah tuntutan yang berlebih terhadap pekerja. Desain ulang yang dapat dilakukan berupa pertimbangan ulang
168
mengenai jumlah pekerjaan dengan kapasitas pekerja, rotasi tingkat kesulitan dan tantangan pada tiap pekerja, serta mengembangkan kemampuan dan
performa pekerja dalam bekerja ILO, 2012.
6.25 Hubungan Antara Shift Kerja Dengan Stress Kerja