144
hasil penelitian ini menunjukkan adanya kecenderungan yang tinggi mengenai konflik peran yang dirasakan para pekerja. Oleh karena itu, sebaiknya pihak
manajemen berupaya untuk mengurangi konflik peran yang dirasakan para pekerja. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik
peran, yaitu melalui komunikasi efektif dan pelatihan. Peningkatan komunikasi dengan pekerja dapat mengurangi ketidapastian yang menyebabkan terjadinya
konflik peran. Semakin banyak informasi yang diberikan mengenai tuntutan, tantangan dan kesempatan kerja maka dapat mengurangi konflik peran yang
terjadi. Sedangkan pelatihan diberikan untuk menjelaskan spesifikasi dan memperjelas tanggung jawab pekerjaan sehingga dapat menghindari terjadinya
konflik peran H. Singh, 2009. Dengan tingkat stress yang rendah maka pekerjaan akan berjalan lebih efektif.
6.15 Hubungan Antara Ketaksaan Peran Dengan Stress Kerja
Ketaksaan peran terjadi ketika tidak tersedia cukup informasi mengenai perilaku yang diharapkan dari perusahaan. Informasi yang tidak jelas mengenai
harapan yang harus dipenuhi membuat pekerja harus menjalankan peran yang beragam. Ketidakpahaman pekerja terhadap peran yang harus dijalankan akan
menimbulkan stress di tempat kerja Hubbard, 1998. Ketaksaan peran juga dapat terjadi akibat perubahan teknologi, struktur organisasi, adanya pekerja
baru dalam organisasi, perubahan pekerjaan, supervisor baru, atau tempat kerja baru Barling et al., 2005.
Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil nilai rata-rata skor sebesar 2,48 dengan nilai minimum sebesar 1 dan nilai maksimum 5,33. Jika dibandingkan
dengan nilai median rata-rata total skor sebesar 3,5 maka rata-rata skor tersebut
145
masih cenderung rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketaksaan peran yang dirasakan para pekerja cukup rendah. Rendahnya ketaksaan peran yang
dirasakan para pekerja dapat dipengaruhi oleh adanya dukungan sosial yang baik dari supervisor maupun rekan kerja Sutherland Cooper, 2010. Dengan
adanya dukungan sosial yang baik dari lingkungan di sekitarnya sehingga para pekerja mengetahui dengan baik mengenai pekerjaan yang mereka lakukan.
Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel ketaksaan peran tidak berhubungan signifikan dengan stress kerja yang dialami
para pekerja di PT X tetapi keduanya berhubungan positif. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan ketaksaan peran yang dirasakan para pekerja maka
akan semakin meningkatkan stress kerja yang dialami para pekerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap para
manager industri manufaktur di Pakistan menemukan bahwa ketaksaan peran berhubungan secara signifikan terhadap peningkatan stress kerja. Sehingga
semakin tinggi ketaksaan peran yang dirasakan maka akan semakin tinggi juga tingkat stress kerja yang dialami. Hal ini kemudian berdampak pada
menurunnya potensi kerja mereka sebesar 80 akibat stress kerja yang dialami Ram et al., 2011.
Ketaksaan peran memiliki konsekuensi yang hampir sama dengan permasalahan konflik peran. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
konflik peran dan ketaksaan peran berdampak pada timbulnya stress kerja yang mengakibatkan menurunnya kepuasan kerja dari anggota organisasi, rendahnya
konsentrasi, dan rendahnya kemampuan pengambilan keputusan Vanishree, 2014a dan Anton, 2009. Selain itu, konflik peran dan ketaksaan peran dapat
146
berpengaruh secara tidak langsung terhadap turnover pekerja melalui variabel kepuasan kerja dan komitmen organisasi Rahim, 2011.
Tidak adanya hubungan yang signifikan antara ketaksaan peran dengan stress kerja pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik pekerjaan
yang berbeda dengan penelitian lainnya. Pada penelitian Singh 2000 ditemukan hubungan yang signifikan antara ketaksaan peran dengan stress
kerja pada para pekerja frontline di bidang jasa. Tetapi, dalam penelitian Lord 1996 dan Narayanan et al 1999, tidak ditemukan hubungan antara ketaksaan
peran dengan stress kerja pada pekerja clerical, polisi, dan professor Sams, 2005.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketaksaan peran tidak berhubungan
signifikan dengan
stress kerja.
Meskipun memiliki
kecenderungan yang rendah sebaiknya dilakukan langkah pencegahan secara dini untuk menghindari terjadinya peningkatan ketaksaan peran di waktu yang
akan datang. Pencegahan ketaksaan peran dapat dilakukan melakukan komunikasi yang efektif H. Singh, 2009. Komunikasi efektif ini dapat
dilakukan setiap minggu antara atasan dengan bawahan manajer dengan supervisor atau supervisor dengan pekerja ketika meeting setiap departemen
dilakukan. Melalui komunikasi yang efektif, para pekerja dapat menyampaikan aspirasi mereka mengenai pekerjaan yang mereka lakukan dan atasan dapat
membantu pekerjanya untuk mengatasi hambatan yang dirasakan para pekerja khususnya yang berkaitan dengan ketaksaan peran. Melalui komunikasi ini
pekerja juga dapat mengetahui peran dan tanggung jawabnya secara jelas.
147
6.16 Hubungan Antara Konflik Interpersonal Dengan Stress Kerja