149
manufaktur skala kecil dan sedang di Jepang menunjukkan bahwa tingginya konflik interpersonal dapat berpengaruh terhadap peningkatan gejala depresi
Ikeda et al., 2009. Untuk mencegah timbulnya dampak yang merugikan akibat adanya
konflik interpersonal maka pihak manajemen harus berupaya melakukan langkah pengendalian. Langkah pengendalian ini dapat dilakukan dengan
melakukan komunikasi yang efektif dengan pekerja yang bertikai. Komunikasi efektif ini dilakukan dengan cara melakukan komunikasi dua arah yang
menghasilkan umpan balik. Komunikasi yang efektif ini sebaiknya dilakukan secara rutin setiap meeting mingguan tiap departemen untuk mengendalikan
bahkan mencegah terjadinya konflik interpersonal antar pekerja. Melalui komunikasi yang efektif, maka pihak manajemen dapat menggali informasi
mengenai permasalahan yang dihadapi antar pekerja tersebut. Untuk penyelesaian lanjutannya, pihak manajemen dapat menerapkan strategi
manajemen konflik. Strategi yang dapat diterapkan yaitu penyelesaian dengan mengambil jalan tengah atau kompromi atau menggunakan peraturan
perusahaan yang berlaku sebagai cara penyelesaiannya Wijono, 2010.
6.17 Hubungan Antara Ketidakpastian Pekerjaan Dengan Stress Kerja
Ketidakpastian pekerjaan berkaitan dengan ancaman kehilangan pekerjaan di masa mendatang. Ketidakpastian pekerjaan merupakan salah satu
sumber stress yang dapat mengakibatkan menurunnya performa kerja dan menyebabkan pekerja mencoba mencari pekerjaan di tempat lain Stellman,
1998. Ketidakpastian pekerjaan ini dapat direspon berbeda oleh setiap pekerja. Di satu sisi, pekerja akan semakin meningkatkan performanya agar mereka
150
dapat tetap bekerja. Akan tetapi, di sisi lainnya secara tidak langsung dapat menimbulkan kondisi stress atau ketidakpuasan dalam diri pekerja yang dapat
berdampak pada menurunnya produktivitas kerja. Dalam penelitian ini, didapatkan nilai rata-rata skor sebesar 2,7 dengan
nilai minimum sebesar 1 dan nilai maksimum mencapai 5. Jika dibandingkan dengan nilai median rata-rata total skor sebesar 2,5 maka skor tersebut sudah
melebih nilai median dan memiliki kecenderungan cukup tinggi. Selain itu, rata-rata tingkat ketidakpastian pekerjaan yang dirasakan oleh para pekerja
cenderung lebih tinggi pada pekerja yang berstatus pekerja tetap 2,77 dibandingkan dengan pekerja tidak tetap 2,43. Hal ini menunjukkan bahwa
meskipun pekerja telah berstatus sebagai pekerja tetap tetapi keyakinan para pekerja terhadap masa depan karir mereka di perusahaan ini cenderung rendah.
Menurut Filipkowski dan Johnson 2008, ketidakpastian pekerjaan yang dirasakan para pekerja dapat menyebabkan rendahnya komitmen pekerja
terhadap organisasi dan meningkatkan turnover pekerja Perrewe Ganster, 2011. Bagi para pekerja, ketidakpastian pekerjaan mereka di masa depan dapat
dinilai sebagai ancaman karena hal ini memiliki konsekuensi yang serius yaitu dapat mengubah kehidupan seseorang secara drastis dan merubah gaya hidup
secara tidak terduga Perrewe Ganster, 2010. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara ketidakpastian pekerjaan dengan stress kerja yang dialami para pekerja di PT X. Akan tetapi, kedua variabel tersebut saling berhubungan
secara positif yang berarti apabila terjadi ketidakpastian pekerjaan yang terjadi semakin tinggi maka akan menghasilkan tingkat stress kerja yang lebih tinggi
151
juga. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja dimana hasilnya menunjukkan bahwa ketidakpastian pekerjaan
berhubungan signifikan dalam meningkatkan absenteisme pekerja Chirumbolo Areni, 2005. Selain itu, hasil penelitian pada pekerja di rumah sakit juga
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara ketidakpastian pekerjaan dengan stress kerja Zyl, Eeden, Rothmann, 2013.
Ketidakpastian pekerjaan juga dapat terjadi dikarenakan kemungkinan perubahan pekerjaan dan kemungkinan keterampilan yang tidak berguna di
masa mendatang. Kekhawatiran mengenai ketidakpastian pekerjaan bisa terjadi ketika adanya situasi penggabungan perusahannya bekerja. Kekhawatiran yang
terjadinya ini dapat meningkatkan risiko terjadinya stress pada individu tersebut. Stress yang berkepanjangan tersebut dapat berdampak dengan
munculnya gangguan secara psikologis dan fisik. Selain itu, kekhawatiran ini juga dapat memicu terjadinya kelelahan dalam bekerja Robbins, 2009.
Tidak adanya hubungan antara ketidakpastian pekerjaan dengan stress kerja yang dialami para pekerja di PT X dapat dipengaruhi perbedaan
karakteristik pekerja di Indonesia. Pada beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan adanya perbedaan hasil pada pekerja di beberapa negara, seperti
Amerika, Jerman, Hungaria, Jepang, Slovenia, Jepang, Korea, Taiwan dan Inggris Perrewe Ganster, 2011. Selain itu, ketidakpastian pekerjaan yang
dirasakan pekerja memang cenderung tinggi tetapi variabel ini tidak terlalu berpengaruh jika dibandingkan dengan variabel faktor pekerjaan lainnya yang
lebih berpengaruh terhadap stress kerja. Sehingga varibel ini tidak berhubungan dengan stress kerja.
152
Meskipun tidak berhubungan secara signifikan, tetapi harus diperhatikan bahwa ketidakpastian pekerjaan ini lebih banyak dirasakan oleh para pekerja
tetap. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun telah memiliki status pekerjaan yang jelas tetapi mereka cenderung merasa khawatir terhadap pekerjaan
mereka saat ini. Untuk itu, sebaiknya pihak manajemen berupaya untuk mengatasi rasa khawatir yang dirasakan para pekerja. Langkah pengendalian
yang dapat dilakukan berupa meningkatkan upaya kerja yang stabil baik dari pihak manajemen dan pekerja melalui diskusi, kontrak kerja yang jelas
mengenai status pekerja, masa kontrak dan upah yang diberikan, menetapkan kebijakan yang jelas mengenai kepastian pekerjaan serta menghargai hak
pekerja ILO, 2012. Dengan demikian, setelah dilakukan langkah pengendalian diharapkan kekhawatiran mengenai ketidakpastian pekerjaan
yang dirasakan para pekerja dapat berkurang sehingga mencegah timbulnya stress kerja akibat ketidakpastian pekerjaan.
6.18 Hubungan Antara Kurangnya Kontrol Dengan Stress Kerja