Hubungan Antara Ventilasi Dengan Stress Kerja

139 dampak yang positif bagi kenyamanan pekerja dalam bekerja. Adapun penyesuaian kualitas seragam yaitu dengan mengatur ukuran seragam yang digunakan pekerja harus longgar agar dapat membantu penguapan keringat tetapi tidak terlalu longgar karena juga dapat membahayakan pekerja. Selain itu, bahan seragam sebaiknya terbuat dari bahan alami, seperti katun dan wool untuk membantu pengeluaran panas Labour, 2010. Sedangkan bagi para pekerja disarankan agar apabila merasakan ketidaknyamanan suhu di lingkungan kerja sebaiknya menyampaikannya kepada Departemen HSE setiap safety meeting mingguan dilakukan. Dengan menyampaikan keluhan yang dirasakan nantinya diharapkan akan ada tindak lanjut dari Departemen HSE kepada pihak manajemen untuk dapat melakukan perbaikan terhadap kondisi lingkungan kerja yang dirasa tidak sesuai.

6.13 Hubungan Antara Ventilasi Dengan Stress Kerja

Kualitas udara yang buruk di lingkungan kerja dapat memicu terjadinya sakit kepala dan kelelahan sehingga menyebabkan pekerja sulit berkonsentrasi. Rendahnya kualitas udara ini dapat disebabkan beberapa hal, seperi tingginya konsentrasi polutan di udara, buruknya sirkulasi udara, atau kurangnya ventilasi. Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi kualitas udara yaitu asap rokok, sistem pendingin ruangan, ionisasi akibat peralatan elektronik, terlalu banyak orang di ruangan yang kecil, dan adanya bahan kimia Schroeder, 2013. Dari hasil penelitian ini, pekerja yang merasakan ventilasi di tempat kerja mereka buruk 69,6 lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang menganggap bahwa ventilasi di tempat kerja mereka baik 30,4 . Padahal 140 berdasarkan hasil pengukuran kadar debu, seluruh responden sebenarnya berada pada lokasi kerja dengan kadar debu pada tingkat yang aman. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran ventilasi menunjukkan bahwa sebagian besar responden 86,96 berada tempat kerja yang memiliki ventilasi sesuai dengan standar yang ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan 1405 Tahun 2002. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kadar debu dan ukuran ventilasi yang terdapat di tempat kerja mereka telah sesuai dengan standar yang ditetapkan tetapi persepsi pekerja terhadap kondisi ventilasi di tempat kerja mereka tidak sesuai dengan kondisi aktual. Hal ini bisa terjadi dikarenakan meskipun ventilasi di tempat kerja mereka sudah sesuai dengan standar tetapi pada aktivitas pekerjaan sehari-harinya ventilasi di tempat kerja mereka tidak pernah dibuka. Sehingga pekerja menganggap bahwa sirkulasi udara di tempat kerja mereka tidak baik. Padahal menurut Chandraseker 2011, buruknya kualitas ventilasi dapat berdampak pada menurunnya produktivitas kerja dan kesehatan Ajala, 2012. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Roelofsen 2002 menunjukkan bahwa kualitas udara dan ventilasi memiliki pengaruh yang paling besar dengan kepuasan kerja dan stress kerja Awbi, 2008. Polusi udara juga dapat mempengaruhi timbulnya emosi negatif, menurunkan interaksi interpersonal dan meningkatkan konflik, dan pada kondisi tertentu bahkan dapat meningkatkan perilaku agresif Barling et al., 2005. Meskipun sebagian besar pekerja menganggap ventilasi di tempat kerja mereka buruk, tetapi berdasarkan hasil analisis bivariat tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ventilasi dengan stress kerja yang dialami 141 para pekerja di PT X. Hal ini dapat terjadi dikarenakan tidak terdapatnya perbedaan rata-rata yang signifikan di antara pekerja yang menganggap ventilasi di tempat kerja baik 1,3 maupun buruk 1,47. Sehingga pekerja yang menganggap ventilasi baik maupun buruk tidak memiliki tingkat stress kerja yang berbeda. Akan tetapi sebaiknya pihak manajemen berupaya melakukan perbaikan kondisi ventilasi di tempat kerja. Hal ini dikarenakan persepsi pekerja terhadap ventilasi di tempat kerja mereka cenderung tidak baik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan 1405 Tahun 2002 disebutkan bahwa ruang kerja yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan agar mendapatkan pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu atau jendela atau dengan menggunakan kipas angin. Selain itu, pemeliharan AC berupa pembersihan filter udara juga harus dilakukan secara periodik minimal satu tahun sekali. Hal ini dilakukan agar sirkulasi udara di ruangan dapat berjalan dengan baik sehingga dapat memperbaiki persepsi pekerja terhadap kondisi ventilasi di tempat kerja mereka. Dengan demikian, sirkulasi udara akan berjalan dengan baik serta dapat mencegah timbulnya stress kerja akibat kondisi ventilasi yang buruk.

6.14 Hubungan Antara Konflik Peran Dengan Stress Kerja