157
pekerja dapat menyebabkan menurunnya komitmen mereka terhadap perusahaan, hilangnya kepercayaan terhadap manajemen, perlawanan terhadap
perubahan organisasi dan menurunnya performa kerja Witte, 2005. Oleh karena itu, para pekerja sebaiknya mengatasi perasaan khawatir mereka
terhadap keberadaan kesempatan bekerja di tempat lain. Langkah pengendalian yang dapat yaitu berupa manajemen stress. Manajemen stress yang dapat
mereka lakukan yaitu dengan selalu berpikir positif terhadap kemampuan yang dimiliki dan mengembangkan keterampilan diri dalam bekerja serta
membangun relasi dengan rekan kerja di perusahaan saat ini maupun di tempat lain untuk memudahkan mencari lowongan kerja yang baru. Dengan
melakukan langkah pengendalian tersebut diharapkan para pekerja dapat mengatasi perasaan khawatir mereka serta selalu berpikir positif terhadap
kesempatan kerja yang akan mereka dapatkan.
6.20 Hubungan Antara Jumlah Beban Kerja Dengan Stress Kerja
Jumlah beban kerja merupakan suatu kondisi dimana pekerja memiliki sejumlah pekerjaan yang banyak yang harus diselesaikan dalam waktu yang
terbatas sehingga pekerja memiliki ketidakmampuan untuk menangani beban kerja yang dihadapinya Rahim, 2011. Stress yang diakibatkan jumlah beban
kerja dapat terjadi akibat beban kerja yang berlebih maupun beban kerja yang terlalu sedikit. Jumlah beban kerja yang terlalu banyak terjadi ketika beban
kerja yang ada sangat banyak atau ketika pekerja diharuskan bekerja di bawah tekanan waktu. Permasalahan jumlah beban kerja merupakan masalah umum
yang menyebabkan munculnya stress kerja yang dialami oleh para pekerja di berbagai sektor industri Karwowski, 2006.
158
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan nilai rata-rata skor sebesar 3,26 dengan nilai minimum sebesar 2,55 dan nilai maksimum 4,45. Jika
dibandingkan dengan nilai median rata-rata total skor sebesar 2,5 maka skor yang didapatkan pada variabel ini memiliki kecenderungan yang tinggi.
Berdasarkan rata-rata skor jumlah beban kerja terdapat tiga departemen yang memiliki rata-rata skor tertinggi, yaitu Departemen Project HSE,
Departemen Engineering Maintenance, dan Departemen HRGA. Tingginya skor jumlah beban kerja pada penelitian ini berkaitan dengan banyaknya
jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu yang terbatas. Menurut Claessens, Van Eerde, Rutte dan Roe 2004, beban kerja yang tinggi
dapat menyebabkan rendahnya produktivitas kerja akibat sulitnya melakukan pengaturan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan yang dimiliki. Selain itu,
peningkatan beban kerja dapat menghambat pekerja untuk mencapai sasaran kerja mereka sehingga dapat mengakibatkan terjadinya stress akibat pekerjaan
Perrewe Ganster, 2010. Secara statistik, variabel jumlah beban kerja berhubungan sedang dan
berpola positif sehingga peningkatan jumlah beban kerja yang dialami para pekerja di PT X dapat meningkatkan terjadinya stress kerja. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa beban kerja dapat mengakibatkan gangguang fisik yang cukup serius. Hasil penelitian Buell dan Breslow 1960 menemukan
bahwa pekerja yang memiliki jumlah beban kerja yang tinggi dua kali lebih berisiko mengalami kematian akibat penyakit jantung. Selain itu, menurut Rau
2004, tingginya beban kerja berhubungan dengan peningkatan kadar tekanan darah selama bekerja. Tetapi, tekanan darah tersebut akan kembali pada kadar
159
yang normal ketika seseorang memiliki kesempatan untuk mengontrol pekerjaan yang mereka lakukan Jex Britt, 2008. Dari hasil penelitian ini,
kesempatan pekerja untuk mengontrol pekerjaan masih berada pada tingkat yang lebih rendah sehingga pekerja tidak dapat mengatur beban kerja yang
mereka miliki. Berdasarkan hasil analisis multivariat, variabel jumlah beban kerja
merupakan variabel yang masuk ke dalam model multivariat dan paling dominan berpengaruh terhadap stress kerja yang dialami para pekerja. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Margolis et al 1974, jumlah beban kerja secara signifikan berkaitan dengan munculnya sejumlah gejala
stress, seperti rendahnya motivasi kerja, rendahnya penghargaan diri, tingginya absenteisme, serta perilaku minum alkohol Rose, 1994. Selain itu, dalam
penelitian lainnya yang dilakukan de Jonge et al 2000 menemukan bahwa tingginya beban kerja secara signifikan berhubungan dengan timbulnya
ketidakpuasan dalam bekerja, gangguan emosional, tingkat depresi yang tinggi, dan munculnya sejumlah gejala psikosomatis Koradecka, 2010. Sehingga
secara umum, hasil penelitian ini sejalan dengan teori stress kerja dan penelitian terdahulunya.
Jumlah beban kerja merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap stress kerja yang dialami para pekerja di PT X. Secara
statistik, peningkatan beban kerja ini akan semakin meningkatkan stress kerja. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah pengendalian stress kerja yang saat
ini dialami oleh para pekerja. Langkah pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara mendesain ulang pekerjaan. Desain ulang pekerjaan ini dilakukan
160
untuk mengatur jumlah beban kerja yang diberikan kepada para pekerja serta menyesuaikannya dengan kemampuan fisik dan mental yang dimiliki pekerja.
Selain itu, melalui desain ulang pekerjaan ini juga dapat memberi kesempatan bagi pekerja untuk berdiskusi mengenai penyelesaian pekerjaan yang dapat
mereka lakukan. Dengan melakukan desain ulang pekerjaan ini maka bisa tercipta prosedur dan ekspektasi yang jelas antara atasan dengan bawahannya
Borkowski, 2011. Pengaturan jumlah beban kerja juga harus disertai dengan perencanaan deadline yang bersifat realistis untuk dicapai dan baik bagi
kesejahteraan dan produktivitas pekerja ILO, 2012. Pengaturan jumlah beban kerja ini harus dilakukan saat perencanaan pekerjaan oleh atasan terhadap
bawahan mereka baik manajer terhadap supervisor maupun supervisor terhadap pekerja.
6.21 Hubungan Antara Variasi Beban Kerja Dengan Stress Kerja