Menurut penelitian yang dilakukan oleh filemon 2013, semakin tinggi komunikasi organisasi maka semakin tinggi pula motivasi kerja yang dihasilkan.
Karena komunikasi dapat mendorong dan memotivasi seseorang untuk bertindak maju dan melakukan suatu hal yang baik dan positif, sehingga pegawai akan
bersemangat dalam bekerja, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi berpengaruh secara positif terhadap motivasi.
2.9.6 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Motivasi
Menurut Gunarsa 2008, motivasi adalah kekuatan atau tenaga pendorong untuk melakukan suatu hal atau suatu perilaku, untuk mencapai tujuan, kekuatan atau
dorongan sangat diperlukan dalam bekerja. Menyusun anggaran dalam suatu perusahaan, banyak pihak yang dilibatkan, termasuk para pimpinan, dalam
penyusunan anggaran, ide, gagasan, serta pemikiran pimpinan dibutuhkan demi tercapainya tujuan perusahaan. Pimpinan akan merasa termotivasi karena dia merasa
dibutuhkan dan diakui oleh perusahaan. Berdasarkan pada teori dua faktor yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg
1959; dalam Robbins, 2009: 227, faktor motivasi, pegawai yang menyumbang ide di lingkungan kerja merasa dihargai, berkomitmen dan termotivasi. Pegawai yang
ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan termotivasi untuk bekerja dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena dengan adanya pencapaian tujuan
tersebut seseorang merasa dihargai oleh organisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Pramesthiningtyas 2011 menemukan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap motivasi.
Dimana semakin meningkat partisipasi dalam penyusunan anggaran maka semakin meningkat pula motivasi untuk bekerja demi kelangsungan dan kesuksesan
organisasi. Pendekatan
partisipasi anggaran
juga merupakan
pendekatan penganggaran yang berfokus kepada upaya untuk meningkatkan motivasi para
pegawai sehingga dapat mencapai tujuan dari organisasi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara signifikan
terhadap motivasi kerja pegawai.
2.9.7 Pengaruh Kompensasi terhadap Motivasi
Teori dua faktor yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg 1959; dalam Robbins, 2009: 227 menjelaskan bahwa faktor hygiene meliputi administrasi dan
kebijakan perusahaan, kualitas pengawasan, hubungan dengan pengawas, hubungan dengan sub ordinat, hubugan dengan pegawai lain, upah, keamanan kerja, kondisi
kerja, dan status. Beberapa individu dalam bekerja lebih berjuang untuk mencapai tujuan pribadi, seperti mendapatkan gaji yang lebih tinggi, mendapat banyak
tunjangan dan kompensasi. jika kompensasi yang diberikan sesuai dengan harapan pegawai, maka pegawai akan merasa puas.
Pegawai dalam bekerja pasti memiliki alasan dan harapan yang tinggi terhadap organisasi, salah satu alasan untuk bekerja adalah harapan untuk
mendapatkan uang. Kemauan seseorang untuk bekerja mencurahkan kemampuan,