kehidupan kerja yang berkualitas. Organisasi juga akan diuntungkan dengan adanya pengembangan karir untuk pegawai yaitu meningkatnya semangat pegawai dalam
bekerja, sehingga produktivitas akan meningkat, untuk itu rencana karir pegawai dan rencana karir yang telah ditetapkan organisasi haruslah sejalan agar pengalaman yang
didapat pegawai berguna bagi kepentingan organisasi. Adanya pengembangan karir, pimpinan dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki yang berguna untuk
organisasi. Karena mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan karirnya, pimpinan akan merasa dihargai oleh organisasi. Oleh karena itu pimpinan merasa
puas akan kesempatan yang telah diberikan oleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori dua faktor yang dikemukakan oleh Frederick
Herzberg 1959; dalam Robbins, 2009: 227, faktor motivasi, pegawai akan termotivasi dalam bekerja jika pegawai mendapatkan kesempatan untuk berkembang
dalam organisasi. Seorang pegawai dalam bekerja pasti menginginkan sesuatu yang lebih dalam bekerja, mereka menginginkan kemajuan dalam karirnya. Penelitian yang
dilakukan oleh Septyawati 2013 menemukan bahwa pengembangan karir yang semakin baik akan mengoptimalkan kepuasan kerja pegawai. Karena hal itu
organisasi juga harus memikirkan dan merencanakan karir pegawainya, agar para pegawai tetap setia dan bekerja lebih keras terhadap organisasi. Berdasarkan ulasan
diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan karir berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.
2.9.5 Pengaruh Komunikasi terhadap Motivasi
Teori dua faktor yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg 1959; dalam Robbins, 2009: 227 menjelaskan bahwa fakor hygiene menyinggung kebutuhan akan
pemenuhan hubungan dengan orang lain. Setiap orang mempunyai keinginan untuk menjalin suatu hubungan yang ramah dan akrab dengan orang lain. Seorang pimpinan
juga membutuhkan komunikasi yang baik dengan atasannya, bawahannya, dan juga dengan pimpinan yang lain untuk memudahkan pekerjaannya. Terjalinnya
komunikasi antar pegawai akan memudahkan pegawai dalam bekerja dan dengan adanya komunikasi maka akan menciptakan suasana yang nyaman dalam bekerja
sehingga para pegawai termotivasi karena terciptanya suasana yang nyaman di organisasi. Komunikasi mampu untuk mengendalikan dan membatasi perilaku
pegawai agar tidak berbuat sesuai kehendak pegawai dengan cara saling menegur dan mengingatkan tentang peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Perlu terjalin
komunikasi yang baik antar pimpinan dan bawahan juga antar rekan kerja dalam proses peningkatan motivasi. Komunikasi dapat memotivasi pegawai dengan cara
menjelaskan kepada pegawai apa yang harus dilakukan pegawai dan seberapa baik pegawai melakukan pekerjaannya. Adanya komunikasi yang baik antar pegawai
maka akan terjalin kerja sama yang baik dalam mengatasi segala permasalahan pekerjaan yang terjadi. Oleh karena itu komunikasi yang baik penting dilakukan oleh
pimpinan kepada bawahannya, karena dengan adanya komunikasi yang baik pimpinan mampu merangkul dan memimpin bawahannya untuk mencapai tujuan
organisasi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh filemon 2013, semakin tinggi komunikasi organisasi maka semakin tinggi pula motivasi kerja yang dihasilkan.
Karena komunikasi dapat mendorong dan memotivasi seseorang untuk bertindak maju dan melakukan suatu hal yang baik dan positif, sehingga pegawai akan
bersemangat dalam bekerja, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi berpengaruh secara positif terhadap motivasi.
2.9.6 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Motivasi
Menurut Gunarsa 2008, motivasi adalah kekuatan atau tenaga pendorong untuk melakukan suatu hal atau suatu perilaku, untuk mencapai tujuan, kekuatan atau
dorongan sangat diperlukan dalam bekerja. Menyusun anggaran dalam suatu perusahaan, banyak pihak yang dilibatkan, termasuk para pimpinan, dalam
penyusunan anggaran, ide, gagasan, serta pemikiran pimpinan dibutuhkan demi tercapainya tujuan perusahaan. Pimpinan akan merasa termotivasi karena dia merasa
dibutuhkan dan diakui oleh perusahaan. Berdasarkan pada teori dua faktor yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg
1959; dalam Robbins, 2009: 227, faktor motivasi, pegawai yang menyumbang ide di lingkungan kerja merasa dihargai, berkomitmen dan termotivasi. Pegawai yang
ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan termotivasi untuk bekerja dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena dengan adanya pencapaian tujuan
tersebut seseorang merasa dihargai oleh organisasi.