34
3.4. Hubungan Penguasaan Lahan dengan Pendapatan Petani
Studi Rasahan 1988 menunjukkan bahwa terdapat dua pola utama yang mencirikan keadaan struktur dan distribusi pendapatan masyarakat perdesaan,
yaitu: 1 Ada hubungan searah antara distribusi pendapatan dengan penguasaan lahan pertanian. Pola ini umumnya dikenal pada masyarakat agraris di mana
sumberdaya lahan land base agriculture memegang peranan sangat dominan dalam menciptakan arus masuk pendapatan masyarakat perdesaan, hal ini tampak
di perdesaan Jawa maupun luar Jawa. Dengan kata lain, ketimpangan maupun pemerataan distribusi pendapatan dapat dijelaskan atau terefleksikan pada
ketimpangan maupun pemerataan distribusi penguasaan lahan ataupun
penggarapan lahan pertanian; dan 2 Ada hubungan terbalik antara konsentrasi pendapatan dengan konsentrasi penguasaan atau penggarapan lahan pertanian.
Kegiatan atau usaha-usaha non-pertanian atau usaha non land base agriculture
dilihat sebagai alternatif sumber pendapatan rumahtangga perdesaan. Usaha tersebut dapat memberikan bias negatif maupun positif terhadap distribusi
masyarakat perdesaan. Bias negatif apabila kehadiran usaha non land base agriculture
sebagai sumber kegiatan menghasilkan arus pendapatan yang justru memperburuk distribusi pendapatan, dan sebaliknya untuk bias positif.
3.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengusahaan Lahan
Pengusahaan lahan sawah oleh petani padi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang memiliki keterkaitan antara faktor yang satu dengan faktor
yang lainnya. Barlowe 1978 dengan teori lahannya mengutarakan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan penggunaan atau pengusahaan lahan,
diantaranya adalah perkembangan teknologi, tingkat pendidikan, proporsi pendapatan usahatani terhadap penerimaan rumah tangga, jumlah tabungan,
perkembangan usia, faktor alam dan dukungan kebijakan pemerintah. Rincian faktor-faktor pengusahaan lahan yang semakin menurun lebih
mendalam lagi telah dipaparkan oleh Soekartawi 1986 mengenai faktor-faktor tingginya petani kecil petani dengan pengusahaan lahan 0,25 ha, baik di dunia
maupun di Indonesia, diantaranya adalah; 1 umur petani yang sudah tua; 2 pendidikan petani yang sangat rendah; 3 Pengalaman petani yang rendah; 4
jumlah ahli waris lahan tinggi sebanding dengan tekanan jumlah tanggungan
35
keluarganya; 5 kekurangan modal kerja untuk usahatani; 6 jumlah tabungan kecil; 7 sulitnya memperoleh penggunaan lahan dari pihak lain; 8 sulitnya
memperoleh pinjaman kredit modal kerja; 9 harga jual hasil panen tidak stabil; 10 jarangnya keikutsertaan petani dalam penyuluhan yang banyak memberi
sumber informasi; 11 perkembangan teknologi yang buruk; 12 tidak mendukungnya kebijakan pemerintah; 13 tidak mendukungnya faktor alam.
3.6. Kerangka Pemikiran Operasional