97
Berdasarkan jenis komoditi yang diusahakan, maka terlihat adanya tiga model pengusahaan tanaman di lokasi penelitian, yaitu:
a. Model pengusahaan kelompok petani pemilik yaitu padi, buah-buahan,
kayu dan bambu, serta sayur sayuran. b.
Model pengusahaan kelompok petani pemilik dan penggarap yaitu padi, kayu dan bambu, serta sayuran.
c. Model pengusahaan kelompok petani penggarap yaitu padi dan palawija.
7.2. Keragaan Pengusahaan Lahan Rumah Tangga Petani untuk
Tanaman Padi Jika uraian sebelumnya membahas mengenai penguasaan lahan untuk
seluruh komoditi yang dibudidayakan oleh petani di lokasi penelitian, maka berikut ini akan dibahas mengenai penguasaan dan pengusahaan lahan khusus
tanaman padi saja. Salah satu konsep yang terkait dengan pengusahaan lahan adalah persil. Persil menunjukkan fragmentasi lahan yang sedang diusahakan. Jika
kita melihat areal pesawahan, kita akan melihat petakan petakan sawah yang dibatasi oleh pematang sawah. Ada petani yang mengusahakan dalam petakan
yang saling berdekatan, ada juga petani yang mengusahakan dalam petakan yang saling berjauhan, bahkan pada hamparan yang berbeda desa.
Tabel 33. Rata Rata Luas Lahan Padi tiap Persil di Kelompok Tani Harum IV,
Kec Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011 Kriteria
Rata-rata Luas Lahan
Padi Ha Rata-rata
Jumlah Persil
Rata-rata Luas Persil Padi ha
A. Pemilik 0.32
2.38 0.14
B. Pemilik Penggarap 0.45
2.78 0.16
Pemilik Penggarap sewa 0.56
2.86 0.19
Pemilik Penggarap akad 0.09
2.50 0.04
C. Penggarap 0.27
1.87 0.17
Penggarap sewa 0.25
2.00 0.14
Penggarap pinjam 0.25
2.00 0.10
Penggarap sewa dan pinjam 0.40
1.00 0.40
Total 0.33
2.25 0.16
98
Tabel 33 menunjukkan rata rata luas lahan padi, rata rata jumlah persil dan rata rata luas persil. Berdasarkan tabel, rata rata luas lahan padi yang diusahakan
tiap rumah tangga petani di lokasi penelitian adalah 0,33 ha yang terfragmentasi dalam 2 persil, sehingga diperkirakan rata rata luas tiap persil sebesar 0,16 ha.
Dilihat dari jumlah persil, kelompok petani pemilik dan penggarap memiliki jumlah persil yang relatif banyak dibandingkan dengan kelompok petani lainnya.
Hal ini disebabkan selain mereka sudah memiliki lahan sendiri, merekapun mengusahakan lahan yang bukan miliknya. Sementara kelompok petani
penggarap memiliki jumlah persil yang relatif kecil disebabkan karena mereka tidak memiliki lahan, sehingga ketersediaan lahan semakin sedikit.
Peningkatan jumlah persil dan luas lahan yang diusahakan dapat tergantung dengan ketersediaan lahan. Ketersediaan lahan pertanian dari tahun ke
tahun mengalami penurunan karena adanya konversi. Sehingga akan sulit bagi penggarap untuk bisa meningkatkan pengusahaannya dalam waktu yang cepat.
Membeli lahan pun bukan perkara yang mudah pada saat harga lahan yang semakin mahal, terlebih daya beli yang mereka miliki relatif rendah. Dengan
demikian, pada kondisi seperti itu peningkatan pengusahaan lahan hanya bisa dilakukan dengan cara mencabut atau mengalihkan hak garapsewa dari petani
satu ke petani lainnya. Relatif terbatasnya ketersediaan lahan dapat dilihat dari luas lahan itu
sendiri. Bisa saja penggarap berharap dapat menggarap lahan yang luas, akan tetapi jika lahan yang tersedia dari pemilik lahan relatif kecil, maka tidak ada
alternatif bagi penggarap selain mengusahakan lahan yang terbatas tersebut. Mengusahakan dengan baik lahan garapannya merupakan salah satu upaya untuk
menjaga kepercayaan dari pemilik lahan. Kepercayaan dari pemilik lahan harus dijaga karena untuk mendapatkan tawaran menggarap lahan ternyata bukanlah hal
yang mudah. Sulitnya mendapatkan tawaran menggarap lahan disebabkan oleh dua hal,
pertama adanya persaingan antar penggarap yang ingin memperluas lahannya, dan kedua disebabkan oleh terbatasnya pemilik lahan. Tabel 34 menunjukkan
fenomena tersebut. Dari 4,78 ha sawah yang digarap dengan sistem sewa oleh 20
99
orang penggarap di lokasi penelitian, maka sebanyak 16 diantaranya menggarap lahan dari satu orang pemilik lahan.
100
Tabel 34.
Luas Lahan Pemilik dan Penggarap Sewa ha pada Pengusahaan Tanaman Padi di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011
Pemilik Lahan Total
Penggarap Lahan
Asep Betty
Ela Esih
Evi Mahpudin
Mirka Ian
Een Kartobi
Ocah Maman
Omi Oom
Istoharo Rinto
Ros Shidiq
Udin
Anang 0.11
0.17 0.28 Asep
0.4 0.4
Atang 0.08
0.08 Bibin
0.1 0.1
Dudin 0.18
0.18 Eman
0.3 0.3
Empud 0.07
0.07
Fatah 0.08
0.13 0.21
Hendi 0.37
0.37 Irah
0.1 0.1
Juri 0.24
0.24
Kandi 0.43
0.25 0.12
0.8
Mamad 0.1
0.1
Oban 0.08
0.07 0.15
Odon
0.15
0.15 Otang
0.25 0.25
Tati 0.11
0.11 Turi
0.35 0.35
Udin 0.48
0.48 Wiwih
0.06 0.06
Total 0.37 0.11
0.08 0.48 0.25 0.91
0.43 0.11 0.08 0.31 0.07
0.1 0.24 0.12 0.4 0.13 0.07
0.35 0.17 4.78
101
Hal ini berarti 1 satu orang penggarap menggarap lahan dari 1 satu orang pemilik lahan dengan rata rata luas garapan sebesar 0,208 ha. Hanya ada 3
orang yang memiliki akses untuk menggarap lebih dari 1 pemilik lahan, yaitu bapak Fatah, Kandi, dan Oban. Kondisi ini menunjukkan bukanlah hal yang
mudah bagi penggarap untuk meningkatkan pengusahaan lahannya. Dari total lahan tersebut, lahan terluas dimiliki oleh Bapak H. Mahpudin, yaitu sebesar 0,91
ha, sedangkan pemilik lahan lainnya hanya memiliki lahan 0,5 ha. Kondisi ini
menggambarkan ketersediaan lahan yang terbatas dan sekaligus mencerminkan timpangnya distribusi lahan. Fenomena sulitnya mendapatkan tawaran menggarap
lahan juga dialami pada kelompok petani penggarap akad. Berdasarkan data pada Tabel 35, terlihat bahwa rata-rata petani penggarap akad tersebut hanya bekerja
sama dengan satu orang pemilik lahan
Tabel 35.
Luas Lahan Pemilik dan Penggarap Akad ha pada Pengusahaan Tanaman Padi di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota
Sukabumi Tahun 2011
Penggarap Akad Pemilik
Total Mumun
M. Eman Cucum Omi
1. Aang 0.04
0.03 0.07
2. Empud 0.05
0.05 3. Idah
0.04 0.04
Total 0.05
0.04 0.04
0.03 0.16
Berdasarkan keragaan penguasaan dan pengusahaan lahan padi musim tanam MT 3 tiga 2010-2011 rumah tangga petani di lokasi penelitian Tabel
36, diperoleh informasi bahwa jumlah pengusahaan lahan padi di lokasi penelitian, yaitu sebesar 8,90 ha. Jika dibandingkan dengan luas total lahan persil
tanaman padi sebesar 10,70 ha, maka terjadi selisih sebesar 1,8 ha. Selisih ini mencerminkan bahwa tidak semua persil yang ada pada saat penelitian sedang
ditanami padi. Dalam prakteknya fakta seperti ini bisa terjadi karena lahan sedang diberakan dan tumpangsari.
Data dari tabel juga menunjukkan total rata-rata pengusahaan lahan padi per rumah tangga petani di lokasi penelitian, yaitu sebesar 0,28 hamusim.
Merujuk data SP 2003, rata-rata pengusahaan lahan padi Indonesia sebesar 0,78
102
hamusim. Dengan demikian rata-rata pengusahaan lahan padi di lokasi penelitian dibawah dari rata rata pengusahaan lahan padi nasional. Berdasarkan data rata
rata, kelompok petani pemilik dan penggarap merupakan kelompok terluas dalam
mengusahakan lahan padi, yaitu sebesar 0,4 ha. Tabel 36.
Keragaan Pengusahaan Lahan Padi MT 3 2010-2011 Rumah Tangga Petani di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota Sukabumi
Tahun 2011
Kriteria N
Jumlah Pengusahaan
Lahan Padi Ha
Rata-rata Pengusahaan
Lahan Padi Per Rumah
Tangga Petani Ha
N Jumlah
Pengusahaan Lahan Padi
Yang Berstatus
Hak Milik Ha
Rata-rata Pengusahaan
Lahan Padi Per Rumah Tangga
Petani yang Berstatus Hak
Milik Ha
A. Pemilik
8 2.1
0.26 8