Indikator Keaktifan Responden Transaksi Pengadaan Lahan

82 Tabel 24. Alokasi Waktu Kerja Rata Rata Petani di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011 Kriteria Alokasi Waktu Kerja Rata Rata Petani Kegiatan di sektor pertanian HOKMinggu Kegiatan di luar sektor pertanian HOKMinggu Pemilik 3.99 5.25 Pemilik dan Penggarap 5.02 3.88 Pemilik Penggarap sewa 5.31 4.00 Pemilik Penggarap akad 4.00 3.50 Peggarap 5.20 4.13 Penggarap sewa 5.26 3.97 Penggarap pinjam 2.72 7.13 Penggarap sewa dan pinjam 7.31 1.75 Total 4.85 4.23

6.13. Indikator Keaktifan Responden

Berdasarkan Tabel 25, indikator keaktifan responden di lokasi penelitian, dapat diukur berdasarkan: 1 persentase keaktifan responden di kelompok tani, 2 rata-rata lama aktif berorganisasi, dan 3 rata-rata jumlah pertemuan dalam satu musim terakhir. Dari total responden, hanya sebesar 50 persen responden yang aktif dalam kelompok tani. Rata-rata lama aktif responden berorganisasi adalah 9,13 tahun, sedangkan rata-rata jumlah pertemuan dalam satu musim terakhir adalah 2.88 kali. Dari 50 persen responden yang aktif di kelompok tani, sebesar 25 persennya adalah kelompok petani penggarap dan jika dilihat berdasarkan rata-rata jumlah pertemuan dalam satu musim terakhir, kelompok petani penggarap juga merupakan kelompok petani yang paling banyak mengikuti pertemuan, yaitu sebanyak 3,63 kali. Namun jika dilihat berdasarkan rata-rata lama aktif berorganisasi, maka kelompok petani pemilik penggarap yang memiliki waktu terlama, yaitu 12,83 tahun. Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa semakin lama seorang responden terdaftar dalam suatu organisasi, belum tentu menunjukkan keaktifan responden tersebut dalam membangun organisasi. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan angkatan antara satu responden dengan responden lain dalam satu 83 kelompok tani, dimana angkatan tua lebih menyerahkan tanggung jawab untuk mengurus organisasi kepada responden yang masih termasuk ke dalam angkatan muda. Tabel 25. Indikator Keaktifan Responden di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011 Kriteria Persentase Aktif di Poktan Rata rata Lama Aktif Berorganisasi Tahun Rata Rata Jumlah Pertemuan Dalam Satu Musim Terakhir Kali Pemilik 6.25 3.5 2.5 Pemilik dan Penggarap 18.75 12.83 2.0 Penggarap 25.00 7.75 3.63 Total 50.00 9.13 2.88

6.14. Transaksi Pengadaan Lahan

Merujuk data pada Tabel 26, informasi yang dapat diperoleh, yaitu: 1 Total rata-rata pengalaman bertani responden di lokasi penelitian adalah selama 27,25 tahun 2 Total rata-rata jumlah transaksi pengadaan lahan oleh responden di lokasi penelitian adalah sebanyak 5,94 kali 3 Total rata-rata peningkatan penambahan tanah setiap transaksi pengadaan tanah di lokasi penelitian adalah sebesar 0,03 ha atau 315,24 m 2 4 Rata-rata pengalaman bertani untuk kelompok petani pemilik lahan di lokasi penelitian adalah sebanyak 38,63 tahun dengan rata-rata jumlah transaksi pengadaan lahan sebanyak 6,22 kali. Rata-rata peningkatan penambahan lahan untuk setiap transaksi pengadaan lahan sebesar 0,02 ha atau 224,44 m 2 5 Rata-rata pengalaman bertani untuk kelompok petani pemilik dan penggarap di lokasi penelitian adalah sebanyak 21,67 tahun dengan rata- rata jumlah transaksi pengadaan lahan sebanyak 6,88 kali. Rata-rata peningkatan penambahan lahan untuk setiap transaksi pengadaan lahan sebesar 0,05 ha atau 508,78 m 2 6 Rata-rata pengalaman bertani untuk kelompok petani penggarap di lokasi penelitian adalah sebanyak 24,53 tahun dengan rata-rata jumlah transaksi 84 pengadaan lahan sebanyak 5,27 kali. Rata-rata peningkatan penambahan lahan untuk setiap transaksi pengadaan lahan sebesar 0,02 ha 247,54 m 2 . Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa data mengenai rata-rata lama pengalaman bertani dan rata-rata jumlah transaksi pengadaan lahan, didominasi oleh kelompok petani pemilik lahan. Namun disisi lain data mengenai rata-rata peningkatan penambahan lahan untuk setiap transaksi pengadaan lahan didominasi oleh kelompok petani pemilik dan penggarap. Hal ini berarti, semakin lama pengalaman bertani atau semakin banyak jumlah transaksi pengadaan lahan yang dilakukan oleh petani belum tentu menjamin lahan yang dimiliki lebih luas dibandingkan dengan petani yang memiliki lama pengalaman bertani lebih sebentar atau jumlah transaksi pengadaan lahan yang lebih sedikit. Beberapa alasan yang dapat menjelaskan fenomena ini adalah: 1 kemampuan ekonomi dan kebutuhan masing-masing responden berbeda, 2 kestrategisan lokasi lahan bagi masing-masing responden berbeda, dan 3 motivasi untuk meningkatkan penguasaan lahan bagi masing-masing responden berbeda. Tabel 26. Transaksi Pengadaan Lahan di Kelompok Tani Harum IV, Kec Lembursitu, Kota Sukabumi Tahun 2011 Kriteria Rata Rata Pengalaman Bertani Tahun Rata Rata Jumlah Transaksi Pengadaan Lahan kali Rata-Rata Peningkatan Penambahan Tanah Setiap Transaksi Pengandaan Tanah Ha m 2 Pemilik 38.63 6.88 0.02 224.44 Pemilik dan Penggarap 21.67 6.22 0.05 508.78 Pemilik Penggarap sewa 21.29 6.29 0.06 626.39 Pemilik Penggarap akad 23.00 6.00 0.01 97.14 Penggarap 24.53 5.27 0.02 247.54 Penggarap sewa 25.27 5.55 0.02 191.19 Penggarap pinjam 14.50 4.00 0.03 325.00 Penggarap sewa dan pinjam 30.50 5.00 0.05 480.00 Total 27.25 5.94 0.03 315.24

6.15. Rata-Rata Biaya Sewa Garapan Usahatani Padi kgha

Dokumen yang terkait

Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi Sawah ( Oriza sativa)

79 517 91

Analisis Komparisi Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah Pengguna Benih Sang Hyang Sri dengan Benih Penangkaran Swadaya (Kasus : Desa Naga Kisar Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai)

3 79 94

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi Kasus : Desa Bakaran Batu Dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

1 53 152

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang).

14 80 152

Analisis Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Saluran Irigasi (Studi Kasus: Desa Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun)

8 82 59

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Sikap Petani Padi Sawah Terhadap Kelompok Tani Di Kabupaten Deli Serdang. (Studi Hasil : Kelompok Tani Kampung Baru, Tani Jaya, Hotma Jaya, Desa Pasar Melintang, Kecamatan Lubuk Pakam)

3 44 87

Hubungan Dinamika Kelompok Tani Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kopi (Kasus : Kelurahan Tigarunggu, Kabupaten Simalungun)

18 102 69

Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tegel Kelurahan Situmekar, Sukabumi

8 45 60

Studi Pemekaran Kelurahan Lembursitu Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi.

0 2 15

Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi Sawah ( Oriza sativa)

0 2 16