Hubungan antara Luas Pengusahaan Lahan Sawah dengan

125 maka dalam penelitian ini juga akan dilihat hubungan yang terjadi antara pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi di lokasi penelitian. Analisis hubungan antara pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi di lokasi penelitian diolah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda multiple linear regression. Analisis ini dilakukan untuk menguji lebih dari satu variabel bebas independent variable atau X dan satu variabel tergantung dependent variable atau Y. Oleh karena analisis mengenai pengusahaan lahan sawah dapat dilihat berdasarkan luas pengusahaan lahan sawah dan laju peningkatan luas pengusahaan lahan sawah, maka variable dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedua kategori tersebut.

9.1. Hubungan antara Luas Pengusahaan Lahan Sawah dengan

Pendapatan Usahatani Padi Hasil kajian berikut ini akan memaparkan analisa hubungan antara pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi. Jika variable dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas pengusahaan lahan sawah Y 1 , maka variable independent yang diduga mempengaruhi luas pengusahaan lahan sawah adalah pendapatan usahatani padi X dan dummy status penguasaan lahan terdiri atas: kelompok status pemilik DSP, kelompok status pemilik dan penggarap DSPP, serta kelompok status penggarap DSPGR. Hasil olahan dari analisis regresi linier berganda ini dapat dilihat pada Lampiran 2 yang diringkaskan pada Tabel 52. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa nilai R adalah sebesar 0,783. Nilai R pada model mencerminkan besarnya korelasi antara independent variable dengan dependent variable. Korelasi tersebut semakin kuat jika nilai R mendekati 1. Dengan nilai R sebesar 0,783 maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara independent variable dengan dependent variable relatif kuat. Berdasarkan Tabel 52 juga dapat terlihat nilai R 2 R square adalah sebesar 0,614 yang berarti bahwa kontribusi semua independent variable terhadap dependent varible adalah sebesar 61,4 persen, sehingga 38,6 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk di dalam model. Selain itu, berdasarkan Tabel 52 juga terlihat nilai signifikansi model sebesar 0,000. Hal tersebut 126 mengandung arti bahwa model ini sangat signifikan pada selang kepercayaan mendekati 100 persen. Tabel 52. Hasil Pengujian Regresi Pendapatan Usahatani Padi terhadap Luas Pengusahaan Lahan Sawah b R .783 a R Square .614 Sig .000 a F 10.725 a. Predictors: Constant, X pendapatan usahatani padi, DSPGR dummy status penggarap, DSPP dummy status pemilik penggarap, DSP dummy status pemilik b. Dependent Variable: Y 1 Luas Pengusahaan Lahan Sawah Pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent dalam model dapat dilihat dari nilai signifikansi masing-masing variabel independent seperti pada Tabel 53. Interpretasi Tabel 53 adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi dummy status pemilik DSP terhadap luas pengusahaan lahan sawah Y 1 , maka variabel DSP signifikan pada selang kepercayaan 97,4 persen. 2. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi dummy status pemilik dan penggarap DSPP terhadap luas pengusahaan lahan sawah Y 1 , maka variabel DSPP signifikan pada selang kepercayaan 88,6 persen. 3. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi dummy status penggarap DSPGR terhadap luas pengusahaan lahan sawah Y 1 , maka variabel DSPGR signifikan pada selang kepercayaan 89,9 persen. 4. Berdasarkan nilai signifikansi dari pengujian regresi pendapatan usahatani padi X terhadap luas pengusahaan lahan sawah Y 1 , maka variabel X 1 sangat signifikan pada selang kepercayaan hampir mendekati 100 persen Berdasarkan nilai signifikansi masing-masing variabel bebas independent variable , maka variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap luas pengusahaan lahan sawah adalah variabel pendapatan usahatani padi X. 127 Tabel 53. Nilai Koefisien Regresi Masing-Masing Independent Variable untuk Hasil Pengujian Regresi Pendapatan Usahatani Padi terhadap Luas Pengusahaan Lahan Sawah a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta T Sig. 1 Constant .252 .056 4.493 .000 DSP -.189 .080 -.371 -2.352 .026 DSPP .296 .181 .234 1.633 .114 DSPGR -.111 .065 -.251 -1.697 .101 X .022 .006 .602 4.039 .000 a. Dependent Variable: Y 1 Luas Pengusahaan Lahan Sawah Berdasarkan Tabel 53, maka rumus persamaan garis regresi yang menggambarkan hubungan antara luas pengusahaan lahan sawah Y dengan pendapatan usahatani padi X adalah sebagai berikut: Y 1 = a + b 1 .D_SP + b 2 .D_SPP + b 3 .D_SPGR + b 4 .X Dimana: a = konstanta = 0,252 b 1 = koefisien regresi dummy status pemilik D_SP = -0,189 b 2 = koefisien regresi dummy status pemilik dan penggarap D_SPP = 0,296 b 3 = koefisien regresi dummy status penggarap D_SPGR = -0,111 b 4 = koefisien regresi pendapatan usahatani padi X = 0,022 Berdasarkan data tersebut, persamaan garis regresi yang terbentuk adalah: Y = 0,252 - 0,189.D_SP + 0,296.D_SPP - 0,111.D_SPGR + 0,022.X Dilihat dari model persamaan tersebut terdapat 3 variabel dummy, dengan demikian model persamaan matematika yang terbentuk adalah sebagai berikut: 1. Model untuk kelompok petani pemilik, dimana D_SP = 1 , D_SPP dan D_SPGR= 0, maka model persamaannya adalah: Y SP = 0,063 + 0,022.X ......................................................................... 1 128 2. Model untuk kelompok petani pemilik dan penggarap, dimana D_SPP = 1 , D_SP dan D_SPGR = 0, maka model persamaannya adalah: Y SPP = 0,548 + 0,022.X ....................................................................... 2 3. Model untuk kelompok petani penggarap, dimana D_SPGR = 1 , D_SP dan D_SPP = 0, maka model persamaannya adalah: Y SPGR = 0,141 + 0,022.X ..................................................................... 3 Dimana: Y SP = Luas pengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani pemilik Y SPP = Luas pengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani pemilik dan penggarap Y SPP = Luas pengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani pemilik dan penggarap Y SPGR = Luas pengusahaan lahan sawah untuk kelompok petani penggarap X = Pendapatan usahatani padi Berdasarkan model tersebut, nilai konstanta sebesar 0,063 pada persamaan 1 menunjukkan rata-rata luas pengusahaan lahan sawah kelompok petani pemilik adalah sebesar 0,063 ha jika tidak ada penambahan pendapatan usahatani padi. Nilai konstanta sebesar 0,548 pada persamaan 2 menunjukkan rata-rata luas pengusahaan lahan sawah kelompok petani pemilik dan penggarap adalah sebesar 0,548 ha jika tidak ada penambahan pendapatan usahatani padi. Nilai konstanta sebesar 0,141 pada persamaan 3 menunjukkan rata-rata luas pengusahaan lahan sawah kelompok petani penggarap adalah sebesar 0,141 ha jika tidak ada penambahan pendapatan usahatani padi. Nilai konstanta yang disajikan menggambarkan perilaku petani dalam mengusahakan lahannya. Meskipun petani mengalami kerugian atau tidak memperoleh pendapatan dari usahataninya, mereka akan tetap berusaha untuk mengusahakan lahan pada musim berikutnya dengan rata –rata luas lahan yang berbeda untuk setiap kelompoknya. Berdasarkan besarnya nilai konstanta, terlihat bahwa rata-rata luas lahan yang akan diusahakan paling kecil terdapat pada kelompok petani pemilik. Nilai koefisien regresi sebesar 0,022 menunjukkan pertambahan luas pengusahaan lahan sawah jika terjadi penambahan pendapatan usahatani padi sebesar 1 satuan unit. Dengan demikian, jika petani mengalami peningkatan pendapatan sebesar 1 juta rupiah, maka besarnya peningkatan luas pengusahaan 129 lahan sawah sebesar 0,022 hamusim. Pada persamaan 1, jika terjadi penambahan pendapatan sebesar 1 juta rupiah, maka total rata-rata luas pengusahaan lahan sawah petani pemilik menjadi sebesar 0,085 ha. Pada persamaan 2, jika terjadi penambahan pendapatan sebesar 1 juta rupiah, maka total rata-rata luas pengusahaan lahan sawah petani pemilik dan penggarapb menjadi sebesar 0,570 ha. Pada persamaan 3, jika terjadi penambahan pendapatan sebesar 1 juta rupiah, maka total rata-rata luas pengusahaan lahan sawah petani penggarap menjadi sebesar 0,163 ha. Oleh karena ketersediaan lahan di lokasi penelitian relatif tetap, maka makna terjadinya penambahan luas pengusahaan lahan sawah petani sebesar 0,022 hamusim, misal untuk kasus pada kelompok petani pemilik dan penggarap adalah terjadinya pengalihan investasi setara dengan nilai pengusahaan lahan 0,022 hamusim. Untuk menggambarkan pengalihan investasi setara 0,022 hamusim dengan cara mengalihkan penambahan luas pengusahaan lahan sawah dengan produktivitas padi rata-rata petani yang kemudian dikalikan dengan rata-rata harga Gabah Kering Panen GKP. Dengan asumsi produktivitas 6,9 tonha dan rata-rata harga Gabah Kering Panen GKP sebesar Rp 2.500,00kg, maka akan terjadi pengalihan investasi ke usahatani selain usahatani padi setara dengan Rp 379.500,00musim. Berdasarkan ketiga model tersebut, terlihat dengan peningkatan pendapatan dalam jumlah yang sama, kelompok petani pemilik dan penggarap paling responsif dibandingkan dengan kelompok petani lainnya. Sedangkan kelompok petani penggarap lebih responsif dibandingkan kelompok petani pemilik.

9.2. Hubungan antara Laju Peningkatan Luas Pengusahaan Lahan Sawah

Dokumen yang terkait

Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi Sawah ( Oriza sativa)

79 517 91

Analisis Komparisi Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah Pengguna Benih Sang Hyang Sri dengan Benih Penangkaran Swadaya (Kasus : Desa Naga Kisar Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai)

3 79 94

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi Kasus : Desa Bakaran Batu Dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

1 53 152

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang).

14 80 152

Analisis Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Saluran Irigasi (Studi Kasus: Desa Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun)

8 82 59

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Sikap Petani Padi Sawah Terhadap Kelompok Tani Di Kabupaten Deli Serdang. (Studi Hasil : Kelompok Tani Kampung Baru, Tani Jaya, Hotma Jaya, Desa Pasar Melintang, Kecamatan Lubuk Pakam)

3 44 87

Hubungan Dinamika Kelompok Tani Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kopi (Kasus : Kelurahan Tigarunggu, Kabupaten Simalungun)

18 102 69

Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tegel Kelurahan Situmekar, Sukabumi

8 45 60

Studi Pemekaran Kelurahan Lembursitu Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi.

0 2 15

Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi Sawah ( Oriza sativa)

0 2 16