Parameter yang tidak MUTU AIR MINUM

Mekanisme proses koagulasi dengan penambahan anion positif, dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu : a. Proses destabilisasi atau netralisasi dari permukaan partikel koloid yang bermuatan negatif oleh ion positif. b. Penggumpalan pertumbuhan atau bergabungnya partikel-partikel koloid akibat gaya Van der Walls Montgomery, 1985. Dalam proses koagulasi dibutuhkan koagulan yang merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mendestabilisasi partikel tersebut. Koagulan yang sering digunakan pada pengolahan air minum koagulan air adalah Alumunium sulfat tawas Al 2 SO 4 3 .14H 2 O, Ferro Sulfat FeSO 4 .7H 2 O, Ferric Sulfat Fe 2 SO 4 3, Ferric Chloride FeCl 3, PAC Poly Alumunium Chlorida Al m OH n Cl 3m-n. Reaksi koagulasi sangat kompleks, sehingga tidak dapat menghitung dosis koagulan berdasarkan reaksi kimianya saja, menurut perhitungan secara stokiometri. Menurut Reynolds 1982, koagulasi dipengaruhi oleh a kualitas air, b kualitas dan karakteristik bahan koloid, c pH air, d kecepatan pencampuran, waktu flokulasi dan kecepatan pengadukan, e temperature, f alkalinitas, dan g karakteristik-katakteristik ion. Karena itu, untuk menentukan dosis koagulan dan nilai-nilai parameter lainnya dilakukan Jar test. Jar test adalah suatu cara untuk mendapatkan data- data optimum untuk parameter dosis koagulan, pH, metoda pembubuhan koagulan. Dari hasil jartest dapat digunakan untuk mengkoagulasi air baku dalam volume lebih besar.

3. Flokulasi

Unit flokulasi ini merupakan kelanjutan dari unit sebelumnya yaitu koagulasi. Flokulasi merupakan pengadukan secara lambat, dimana pada proses ini flok-flok akan terbentuk, karena terjadinya perpindahan partikel. Perpindahan partikel pada flokulasi diperlukan agar flok-flok dapat terbawa ke bak pengendapan, jika partikel tidak terbawa ke sedimentasi maka flok- flok akan tertahan pada flokulasi. Dengan terbentuknya flok-flok ini, maka penghilangan pada proses sedimentasi akan mudah dilakukan. Tingkat efisiensi terjadi proses flokulasi sebagian besar ditentukan oleh banyaknya tabrakan yang terjadi antara partikel teragulasi dalam satuan unit waktu. Pengadukan secara berlebihan di bak flokulasi mengakibatkan pecahnya flok yang sudah bergabung, menjadi flok-flok yang lebih kecil. Secara garis besar pembentukan flok terdiri atas beberapa tahapan yaitu : a Tahap destabilisasi koloid b Tahap pembentukan mikroflok c Tahap penggabungan mikroflok d Tahap pembentukan makroflok Montgomery 1985 mengatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain unit flokulasi antara lain : a. Kekeruhan air baku dan partikulat tersuspensi termasuk distribusi ukuran partikel dan karakteristik surface charge b. Temperature air c. Tipe peralihan aliran dalam d. Kondisi setempat

4. Sedimentasi

Sedimentasi merupakan proses pengendapan flok-flok yang terbentuk pada saat flokulasi dengan cara gravitasi. Kecepatan pengendapan partikel bertambah sesuai dengan penambahan ukuran partikel dan berat jenisnya Huisman, 1972. Penjernihan air dengan cara pengendapan dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi sedemikian rupa sehingga bahan-bahan terapung di dalam air dapat terendapkan keluar. Laju pengendapan suatu partikel dalam air tergantung pada kekentalan dan kerapatan air maupun ukuran, bentuk, dan berat jenis partikel yang bersangkutan Ray dan Joseph, 1991.

5. Filtrasi

Menurut Huisman 1972, filtrasi adalah proses pemisahkan dari cairan melalui media berpori, di mana air dialirkan ke dalam media berpori sehingga bagian padatan tersuspensi akan tertahan dalam media. Sesuai dengan proses