2. Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan hasil air olahan
Perusahaan  sudah  memiliki  jadwal  rutin  kebersihan  lingkungan,  pencucian  bak filtrasi, effluent control, reservoir dan dijalankan secara konsisten.
3. Pencegahan kontaminasi silang
Fasilitas  pengolahan  sebagian  sudah  tertutup  seperti  effluent  control,  reservoir, penyimpanan  gas  klorin  dan  koagulan  pada  ruang  tertutup  dan  didistribusikan
melalui perpipaan. Setiap tahapan proses memiliki bak bak pengolahan masing- masing  untuk  mencegah  tahapan  proses  terkontaminasi  proses  sebelumnya
seperti  bak  untuk  koagulasi,  flokulasi,  sedimentasi,  filtrasi,  netralisasi.  Potensi kontaminasi  dari  personel  sangat  minum.  Untuk  area  effluent  control  harus
dibuat  lebih  tertutup  dan  perlu  pengaturan  petugas  dan  tamu  yang  masuk  ke ruang ini  harus ditetapkan supaya tidak mengganggu  higiene dengan memakai
pakaian kerja khusus.
4. Falilitas kebersihan
Pembersihan  fasilitas  pengolahan  air  saat  ini  masih  menggunakan  peralatan sangat  sederhana  seperti  sikat,  lap,  air  dan  deterjen  namun  belum  ada  standar
untuk peralatan untuk fasilitas kebersihan ini.
5. Pencegahan adulterasi
a Setiap kedatangan bahan kimia yang masuk akan diperiksa dan oleh diuji oleh
Laboratorium  serta  wajib  dilampirkan  Certificate  of  Analysis  COA  bila tidak  memenuhi  spesifikasi  masuk  barang  akan  ditolak  dan  dikembalikan
pada pemasok. b
Penyimpanan  masing-masing  bahan  kimia  terpisah  dan  tertutup  mencegah tercampurnya dengan bahan kimia lain.
c Pembubuhan  bahan  kimia  diatur  sedemikian  rupa  menggunakan  sistem
komputerisasi mencegah kelebihan dan kekurangan dosis pembubuhan bahan kimia. Sistem ini rutin divalidasi setiap 6 bulan.
6. Pelabelan penyimpanan dan penggunaan senyawa toksik dengan benar
Bahan kimia disimpan di masing-masing area yang tertutup dan terlindungi dari kontaminasi  dan  sinar  matahari  langsung,  tidak  ada  senyawa  toksik  yang
digunakan sehingga sistem pelabelan tidak diterapkan perusahaan.
7. Kesehatan karyawan
Belum  ada  pemeriksaan  rutin  untuk  kesehatan  karyawan,  medical  check  up MCU dilakukan saat penerimaan karyawan baru saja. Namun perusahaan telah
merencanakan MCU secara periodik untuk seluruh karyawan terkait perusahaan yang  juga  akan  menerapkan  sistem  keselamatan  dan  kesehatan  kerja  OHSAS
ISO 18000:2007 yang telah mewajibkan MCU untuk seluruh karyawan.
8. Pencegahan hama
Untuk  mencegah  adanya  kontaminasi  hama,  perusahaan  sudah  memiliki sistem untuk pest control khususnya untuk hama tikus dan serangga secara rutin
dengan menggandeng PT. Procont sebagai vendor. Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa ke 8 kegiatan SSOP secara
rutin sudah dilakukan sesuai jadwal, namun belum ada secara formal prosedur baku sebagai pedoman pelaksanaanya.
Posisi  pemenuhan  persyaratan  dari  keempat  aspek  tersebut  digambarkan  dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Gambar  5. Grafik  Posisi Pemenuhan Persyaratan  ISO 22000:2005 A.2.2.4. Kaitan aspek sumber daya manusia SDM dan dengan aspek lainnya
Belum adanya tim HACCP dan pelatihan terkait sistem manajemen keamanan pangan  untuk  karyawan  dan  manajemen  PT  TKCM  menyebabkan  belum
optimalnya  penerapan  aspek  lainnya  seperti  dokumentasi,  fasiltas  dan  penerapan PRP. Saat ini sistem dokumentasi perusahanan masih belum optimal seperti manual,
prosedur, instuksi kerja yang ada masih belum menyentuh ketentuan SMKP.  Begitu pula  fasilitas  dan  penerapan  PRP  menjadi  belum  diterapkan  sepenuhnya.  Hal  ini
disebabkan  karyawan  dan  manajemen  PT  TKCM  belum  memiliki  pengetahuan yang  memadai  bagaimana  membuat  sistem  dokumentasi,  fasilitas  yang  memadai
dan penerapan PRP sesuai persyaratan SMKP. Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  aspek  SDM  ini  menjadi  kunci  dalam
menerapkan  dan  mengembangkan  SMKP  ini.  Jika  perusahaan  menfokuskan  pada pembenahan  aspek  SDM  ini  dengan  memberikan    pengetahuan  prinsip-prinsip
SMKP secara memadai dan membentuk tim HACCP maka akan lebih mudah untuk pembenahan aspek lainnya guna memenuhi persyaratan SMKP.
A.3. Kajian menyeluruh terhadap persyaratan ISO 22000:2005
Selain kajian spesifik terhadap dokumentasi, SDM, fasilitas dan pelaksanaan PRP  di  atas,  untuk  mengetahui  secara  garis  besar  pemenuhan  Perusahan  dalam
pemenuhan  secara  menyeluruh  PT.  TKCM  dalam  pemenuhan  persyaratan  ISO 22000:2005,  maka  pada  penelitian  ini  juga  dilakukan  kajian  menyeluruh  dengan
mengunakan  checklist  yang  digunakan  sama  yakni  persyaratan  ISO  22000:2005. Seperti  halnya  kajian  dokumentasi,  SDM,  fasilitas  dan  pelaksanaan  PRP  akan
terlihat posisi perusahaan dalam pemenuhan persyaratan secara presentase dan juga ditampilkan  dalam  chart  Cara  perhitung  presentasenya  telah  dijelaskan  pada
metode  penelitian.  Klausul-klausul  yang  dikaji  difokuskan  dari  klausul  4  sampai dengan  klausul  8,  karena  klausul  1  sampai  dengan  klausul  3  hanya  merupakan
penjelasan  umum,  definisi  dan  pengistilahan  saja.  Capaian  tertinggi  dalam pemenuhan  persyaratan  klausul  adalah  ditunjukkan  pada  klausul  4  yaitu  77
sedangkan  pemenuhan  klausul  terendah  pada  klausul  7  Perencaan  dan  realisasi produk  yang aman  yakni baru 47, hal ini dikarenakan persyaratan utama klausul
ini  yakni  rencana  HACCP  belum  dibuat  sehingga  proses  selanjutnya  seperti verifikasi  rencana  HACCP  juga  belum  dilakukan  menjadikan  skor  klausul  ini
rendah. Lebih detil dijelaskan pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Kajian Menyeluruh Berdasarkan Persyaratan ISO 22000:2005.
No. Klausul
Persyaratan Ya Sebagi-
an Tidak Nilai
Hasil Analisa 4
Sistem Mannjemen Keamanan Pangan
76
4.1 Umum
Sebagian 73
Ruang lingkup untuk manajemen mutu t ditetapkan  dalam  Manual  mutu  nam
untuk SMKP belum secara spesifik di bu
4.2 Persyaratan Dokumenetasi
Sebagian 80
Sebagian prosedur
untuk men
konsistensi  mutu  produk  sudah  ada  nam untuk  dokumen  khusus  SMKP  be
seluruhnya ada
a
Tanggung jawab manajemen
55
5.1 Komitmen Manajemen
Sebagian 60
Komitmen  manajemen  terhadap  SM sudah dijelaskan dalam manual mutu nam
untuk SMKP belum secara spesifik
5.2. Kebijakan Keamanan
Pangan Sebagian
60 Seluruh  kebijkan  mutu  sudah  diduk
sasaran  mutu  namun  untuk  kebija pangan belum spesifik diatur
5.3. Perencenaan Sistem
Keamanan Pangan Sebagian
60 Rencana
tindakan untuk
memen persyaratan  SMM  dan  untuk  menc
setiap sasaran mutu namun untuk spesifik SMKP belum ada
5.4. Tanggung Jawab dan
Otoritas Sebagian
60 Wewenang  dan  tanggung  jawab  ter
mutu  sudah  jelas  namun  untuk  keama pangan belum ada
5.5 Ketua Team Keamanan
Pangan Tidak
Belum ada penunjukkan pimpinan tim k pangan Top Management secara formil
5.6 Komunikasi
Ya 100
Komunikasi eksternal dengan supplier, p Konsumen dan lembaga pemerintah sud
dilakukan
5.7. Persiapan dan tindakan
keadaan darurat Tidak
Belum  ada  prosedur  khusus  untuk  sit darurat keamanan pangan
6. 1 Manajemen Sumber daya
48
6.2 Sumber daya manusia
Sebagian 40
Sebagian  besar  yang  menduduki  jab sudah sesuai dengan kompetensinya sep
Lab  produksi,  maintenance,  namun  un kompetensi  dalam  keamanan  pangan  m
belum ada
6.3 Infrastruktur
Sebagian 60
Infrastuktur  untuk  SMM  sudah  ada  sep Genset,  gedung  pengolahan  sudah
namun  belum  seluruhnya  memadai  un penerapan SMKP
6.4 Lingkungan Kerja
Sebagian 60
Lingkungan  kerja  untuk  melaksana SMM  sudah  memadai  namun  untuk  SM
masih perlu improvement
7.1 Umum
47 Sebagain  program  PRP  seperti  mainte
alat, backwash,
cleaning reserv
penggantian filter namun belum seluruh ada dan belum disahkan oleh tim keama
pangan karena belum terbentuk
7.2 Program Prasyarat Dasar
PRP
Sebagian 67
Sudah  ada  sistem  hama  baru  sel untuk  tikus  sedangkan  untuk  seran
belum ada secara spesifik
7.3 Tahapan Persiapan Analisa
Bahaya Sebagian
78 Sebagian