SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT HACCP
D.2.2. Langkah 2: Penyusunan Deskripsi
Deskripsi produk disusun dengan selengkap-lengkapnya. Informasi yang termasuk didalamnya antara lain komposisi produk dan metode distribusi.
D.2.3. Langkah 3: Identifikasi Penggunaan Produk
Identifikasi penggunaan produk didasarkan pada cara konsumsi dan konsumen produk akhir yang diharapkan. Calon konsumen merupakan suatu
segmen tertentu masyarakat yang akan menggunakan atau menghabiskan produk. Calon konsumen disini bisa juga ditetapkan sebagai industri yang mana
akan menggunakan produk kita sebagai bahan baku untuk industrinya. Cara konsumsi produk merupakan hal yang penting untuk diketahui misalnya apakah
produk akan langsung dikonsumsi ready to eat atau akan dimasak dahulu oleh konsumen. Konsumen produk tersebut juga penting diketahui terutama jika
konsumen termasuk kelompok beresiko tinggi yang meliputi bayi, ibu hamil, kelompok manusia lanjut usia, kelompok immunocoinpromised, orang sakit,
orang yang menjalani kemoterapi, dan pasien AIDS.
D.2.4. Langkah 4: Penyusunan Diagram Alir
Tim HACCP menyusun alur produksi, termasuk rework. Dan sejak penerimaan bahan baku sampai dengan pengemasan. Bahkan sebaiknya diagram
alir menggambarkan alur produksi sampai penyimpanan dimana produk siap didistribusikan. Diagram alir juga menunjukkan bahan-bahan yang masuk,
bahan kemas yang digunakan, dan bahan yang keluar.
D.2.5. Langkah 5: Verifikasi Diagram Alir
Dalam verifikasi diagram alir, tim HACCP mengecek ulang alur produksi. Diagram alir diverifikasi dan sejak penerimaan bahan baku sampai dengan
pengemasan, penggudangan, atau pendistribusian. Verifikasi dilakukan tim HACCP dengan turun langsung ke lapangan. Metode yang digunakan dalam
verifikasi diagram alir antara lain wawancara, pengamatan, dan pengujian.
Tahap 1 Tahap 2
Tahap 3 Tahap 4
Tahap 5
Tahap 7 Prinsip 2
Tahap 9 Prinsip 4
Tahap 11 Prinsip 6
Tahap 12 Prinsip 7
Gambar 2. Langkah Penyusunan dan Implementasi Sistem HACCP SNI 01-
4852-1998
D.2.6. Langkah 6 Prinsip 1: Analisa Bahaya, Penetapan Resiko, dan Tindakan Pencegahannya
Analisa bahaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam penyusunan suatu rencana HACCP. Untuk menetapkan rencana dalam rangka
mencegah bahaya keamanan pangan, maka bahaya yang signifikan atau beresiko tinggi dan tindakan pencegahan harus diidentifikasi. Hanya bahaya yang
Menyusun Tim HACCP Deskripsikan Produk
Identifikasi Pengguna yang Dituju Susun Diagram Alir
Daftarkan Semua Bahaya Potensial Lakukan Analisis Bahaya
Tentukan Tindakan Pengendalian Tentukan CCP
Tetapkan Batas Kritis untuk Setiap CCP
Tetapkan Sistem Pemantauan untuk Setiap CCP
Tetapkan Tindakan Koreksi untuk Penyimpangan yang mungkin terjadi
Tetapkan Prosedur Verifikasi Tetapkan Penyimpanan Catatan dan
Dokumentasi Verifikasi Diagram Alir
Tahap 6 Prinsip 1
Prinsip 3 Tahap 8
Prinsip 5 Tahap 10
signifikan atau yang memiliki resiko tinggi yang perlu diidentifikasi. Analisa bahaya amat penting untuk dilakukan terhadap bahan baku, komposisi, setiap
tahapan proses pengolahan, penyimpanan produk, dan distribusi, hingga tahap penggunaan oleh konsumen. Tujuan analisis bahaya adalah untuk mengenali
bahaya-bahaya apa saja yang mungkin terjadi dalam suatu proses pengolahan sejak awal hingga ke tangan konsumen.
Analisis bahaya terdiri dari tiga tahap yaitu: identifikasi bahaya, penetapan tindakan pencegahan preventive measure, dan penentuan kategori
resiko atau signifikansi suatu bahaya. Dengan demikian, perlu dipersiapkan daftar bahan baku yang digunakan dalam proses, diagram alir proses yang telah
diverifikasi, serta deskripsi dan penggunaan produk yang mencakup kelompok konsumen beserta cara konsumsinya, cara penyimpanan, dan lain sebagainya.
Bahaya hazard adalah suatu kemungkinan terjadinya masalah atau resiko secara fisik, kimia dan biologi dalam suatu produk pangan yang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. Bahaya
air minum
yang diatur
dalam Permenkes
No 492MENKESPERIV2010 terbagi menjadi dua bagian yakni pertama adalah
bahaya yang langsung berdampak pada kesehatan dan yang kedua bahaya yang tidak langsung berdampak pada kesehatan. Bahaya yang langsung berdampak
pada kesehatan terdiri dari: bahaya biologi sepeti bakteri patogen E. coli, koliform, Samonella, Pseudomonas aeruoginosa
, kimia anorganik seperti arsen, flourida, total kromium, kadmium, nitrit sebagai NO2, nitrat sebagai NO3,
sianida, selenium. Kedua adalah bahaya yang tidak langsung berdampak pada kesehatan terdiri dari kimia seperti alumunium, besi, kesadahan, klorida, mangan
pH, seng, sulfat, tembaga, amonium dan bahaya fisik berupa bau, warna, total zat padat terlarut TDS, kekeruhan, rasa, suhu. Bahaya lain yang umum pada
pengolahan air minum berasal dari sumber air baku, proses pengolahan dan lingkungan pengolahan air yakni: bahaya biologi seperti alga, virus, protozoa,
cacing dan bahaya fisik seperti ranting kayu, plastik, daun dan secara umum bahaya pada pengolahan air minum dijelaskan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis-Jenis Bahaya pada Air Minum
Permenkes No 492MENKESPERIV2010.
Tindakan pencegahan preventive measure adalah kegiatan yang dapat menghilangkan bahaya atau menurunkan bahaya sampai ke batas aman.
Beberapa bahaya yang ada dapat dicegah atau diminimalkan melalui penerapan prasyarat dasar pendukung sistem HACCP seperti GMP Good Manufacturing
Practices , SSOP Sanitation Standard Operational Procedure, SOP Standard
Operational Procedure , dan sistem pendukung lainnya.
Untuk menentukan resiko atau peluang tentang terjadinya suatu bahaya, maka dapat dilakukan penetapan kategori resiko. Dari beberapa banyak bahaya
yang dimiliki oleh suatu bahan baku, maka bahaya yang ada dapat juga dikelompokkan berdasarkan signifikansinya seperti pada Tabel 5. Signifikansi
bahaya dapat diputuskan oleh tim dengan mempertimbangkan peluang terjadinya reasonably likely to occur dan keparahan severity suatu bahaya.
Tabel 5. Signifikansi Bahaya Tingkat Keparahan Severity
L M H
Peluang Terjadi l m
h
Ll Ml
Hl Lm
Mm Hm
Lh Mh
Hh
• Umumnya dianggap signifikan dan akan diteruskandipertimbangkan dalam
penetapan CCP •
Keterangan : L=l= low, M=m= medium, H=h=high
Jenis Bahaya Contoh
Biologi Alga
, bakteri patogen E. coli, koliform, Samonella, Pseudomonas aeruoginosa
virus, protozoa, cacing Kimia
Kimia an organik : arsen, flourida, total kromium, kadmium, nitrit, sebagai NO2, nitrat, sebagai NO3, sianida, selenium.
Kimia yang tidak berdampak langsung pada kesehatan seperti alumunium, besi, kesadahan, klorida, mangan, pH, seng, sulfat,
tembaga, amonium. Fisik
Bau, warna, total zat padat terlarut TDS, kekeruhan, rasa, suhu ranting kayu, plastik, daun
D.2.7. Langkah 7 Prinsip 2: Menetapkan Critical Control Point CCP
Critical Control Point CCP atau Titik Kendali Kritis adalah suatu titik,
tahapan, atau prosedur di dalam sistem pangan yang jika tidak dikendalikan dengan baik dapat mengakibatkan resiko bahaya tinggi bagi kesehatan Fardiaz,
1996. Beda CCP dengan CP Critical Point adalah CP merupakan titik yang kritis dalam menentukan mutu produk namun tidak beresiko tinggi
membahayakan kesehatan manusia walaupun tetap harus dikendalikan dengan baik Pierson dan Corllet, 1992.
Masing-masing titik penerapan tindakan pencegahan yang telah ditetapkan diuji dengan menggunakan CCP decision tree Gambar 3 untuk menentukan
CCP. Decision tree ini berisi urutan pertanyaan mengenai bahaya yang mungkin muncul dalam suatu langkah proses, dan dapat juga diaplikasikan pada bahan
baku untuk mengidentifikasi bahan baku yang sensitif terhadap bahaya atau untuk menghindari kontaminasi silang. Suatu CCP dapat digunakan untuk
mengendalikan satu atau beberapa bahaya, misalnya suatu CCP secara bersama- sama dapat dikendalikan untuk mengurangi bahaya fisik dan mikrobiologi.
Critical limit atau batas kritis adalah toleransi yang ditetapkan yang harus
dipenuhi untuk menjamin bahwa suatu CCP secara efektif dapat mengendalikan bahaya mikrobiologis, kimia, maupun fisik Fardiaz 1996. Critical limit juga
merupakan sebagai batas pengontrolan dan juga toleransi mutlak demi kearnanan. Critical limit harus ditentukan dan tiap-tiap komponen CCP.
D.2.8. Langkah 8 Prinsip 3: Menetapkan Critical Limit Untuk CCP
Dalam satu proses, critical limit yang diteliti dapat lebih dan satu, ditentukan dan kemudian divalidasi. Critical limit yang ditentukan harus terukur
dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Fardiaz 1996, kriteria yang lazim digunakan untuk penentuan critical limit antara lain pengukuran suhu, waktu,
kadar air, pH, keasaman, kandungan klorin, residu obat-obatan, dan parameter sensori seperti tekstur dan tampilan. Menurut Pierson and Corlett 1992 sumber
informasi batas kritis CCP seperti dijelaskan pada Tabel 6.
Gambar 3. Decision tree
Tabel 6. Sumber Informasi Tentang Batas Kritis CCP
Sumber Contoh
Survei Peraturan perundangan
Penelitian Pakar
Pustaka,data pemasok Ketentuan USDA,peraturan FDA,UU pangan
Percobaan in-house, challenge test Produsen alat, ahli sanitasi,ahli mikrobiologi,konsultan
Pierson dan Corlett, 1992
P1. Apakah terdapat bahaya pada tahaplproses ini?
YA TIDAK
P2. Apakah ada tindakan pencegahan untuk mengendalikan bahaya tsb?
YA TIDAK
Modifikasi prosesProduk Apakah pengendalian
YA
diperlukan untuk
TIDAK
meningkatkan keamanan? P3. Apakah proses ini dirancang khusus untuk menghilangkan mengurangi bahaya sampai aman?
TIDAK YA
P4. Apakah bahaya dapat meningkat sampai batas tidak aman?
YA TIDAK
P5. Apakah proses selanjutnya dapat menghilangkanlmengurangi bahaya?
YA TIDAK
Bukan CCP
Bukan CCP
CCP
Bukan CCP
Bukan CCP
CCP
D.2.9. Langkah 9 Prinsip 4: Menetapkan Prosedur Pemantauan Critical Limit
Kegiatan pemantauan monitoring adalah pengujian dan pengamatan terencana dan terjadwal terhadap efektifitas proses mengendalikan CCP dan CL
untuk menjamin bahwa CL tersebut menjamin keamanan produk. CCP dan CL dipantau oleh personel yang terampil serta dengan frekuensi yang ditentukan
berdasarkan berbagai pertimbangan, misalnya kepraktisan. Pemantauan dapat berupa pengamatan observasi yang direkam dalam suatu checklist atau pun
merupakan suatu pengukuran yang direkam ke dalam suatu datasheet. Pada tahap ini, tim HACCP perlu memperhatikan mengenai cara pemantauan, waktu
dan frekuensi, serta hal apa saja yang perlu dipantau dan orang yang melakukan
pemantauan. D.2.10. Langkah 10 Prinsip 5: Menentukan Tindakan Koreksi
Tindakan koreksi adalah prosedur yang harus diikuti apabila terjadi penyimpangan. Tindakan koreksi secara spesifik digunakan untuk setiap CCP
dalam sistem HACCP dimana hasil pemantauan menunjukkan hilangnya kontrol pada CCP tersebut. Tindakan koreksi harus dapat menjamin bahwa CCP akan
kembali terkontrol. D.2.11. Langkah 11 Prinsip 6: Menetapkan Prosedur Verifikasi Rencana
HACCP
Verifikasi adalah pengaplikasian metode, prosedur, tes, dan evaluasi sebagai tambahan atas kegiatan pemantauan untuk memastikan adanya
kepatuhan pada program HACCP. Metode, prosedur, serta tes verifikasi, serta pengauditan termasuk sampling dan analisanya dapat digunakan untuk
menentukan apakah sistem HACCP bekerja secara benar. Frekuensi verifikasi harus secukupnya untuk mengkonfirmasikan bahwa sistem HACCP bekerja
secara efektif. Ada beberapa contoh kegiatan yang dapat disebut verifikasi dalam sistem
HACCP, yaitu: a.
Menyusun jadwal waktu pemeriksaan guna verifikasi yang baik.
b. Melakukan review penyimpangan serta perlakuan terhadap produk
yang terkena. c.
Rekaman kalibrasi. d.
Review critical limit untuk memverifikasi bahwa critical limit mencukupi untuk pengendalian bahaya.
D.2.12. Langkah 12 Prinsip 7: Menetapkan Sistem Dokumentasi Yang Efektif
Dokumen atau rekaman data adalah bukti tertulis bahwa suatu tindakan telah dilakukan sehingga dapat digunakan untuk keperluan inspeksi. Dokumen
tersebut disusun dengan menggunakan formulir. Dokumen yang telah disusun itu berguna untuk mempelajari kerusakan yang mengakibatkan penyimpangan
dan menemukan tindakan koreksi yang sesua. Secara umum, dokumen sistem HACCP dapat mencakup:
a Rangkuman analisa bahaya, termasuk penetapan bahaya dan tindakan
pencegahannya. b
Rencana HACCP, daftar Tim HACCP, deskripsi produk, penggunaan akhir, dan konsumen, verifikasi diagram alir.
c Dokumen pendukung sebagai dokurnen validasi.
d Dokumen selama rencana HACCP berlangsung.