C. PENYUSUNAN RENCANA HACCP
Dalam pembuatan rancangan Rencana HACCP ini mengikuti tahapan 12 langkah dan termasuk 7 prinsip HACCP sesuai kaidah SNI 01-4852-1998. Dalam
menyusun rancangan rencana HACCP ini melibatkan calon tim HACCP perusahaan dan disusun berdasarkan kondisi aktual perusahaan saat ini.
Diharapkan HACCP yang diusulkan sesuai gambaran nyata di lapangan tidak sekedar teoritis. Hasil lebih lengkap rencana HACCP bisa dilihat pada dokumen
HACCP pada Lampiran 5. Analisa bahaya penentuan signifikansi bahaya dan penentuan CCP atau titik
kendali kritis sebagai berikut:
C.1 Analisa Bahaya
Dalam menentukan bahaya maka dituliskan semua bahaya yang mungkin terjadi pada setiap tahapan proses pengolahan air PT. TKCM dari mulai
peneriman air baku, pre-klorinasi, koagulasi, sedimentasi, filtrasi, netralisasi, post klorinasi sampai ke penampungan air hasil pengolahan serta bahan baku kimia.
Tingkat kemungkinan bahaya Probability ditentukan berdasarkan kajian data histori selama 2 tahun terakhir 2009-2011, terutama data terkait kinerja kualitas
bahan baku air, proses dan hasil pengolahan termasuk laporan ketidak sesuaian proses maupun produk. Data yang dikumpulkan berdasarkan dari hasil pengujian
laboratorium internal dan maupun dari eksternal dari PT Sucofindo. Data ini diharapkan mewakili kinerja pengolahan air di perusahaan saat ini dan
validitasnya terjamin karena bersumber dari laporan-laporan resmi perusahaan pada pihak terkait dalam hal ini PDAM-Kertaraharja-Tangerang. Contoh data
hasil analisa laboratorium internal Lampiran 9 dan hasil pengujian lab external dapat dilihat pada Lampiran 10.
Adapun penentuan prbability berdasarkan data historis selama 2 tahun terkahir di PT TKCM dan sepakati oleh tim HACCP, sehingga ditetapkan sebagai
berikut : •
High H: bila ada kejadian lebih dari 10 kali dan setahun terakhir.
• Medium
M: pernah terjadi dalam 4-9 kali setahun terakhir. •
Low L: pernah terjadi 0- 3 kali setahun terakhir.
Sedangkan untuk menilai tingkat keparahan Severity yang ditimbulkan ditetapkan sebagai berikut:
• High h:
Menyebabkan gangguan kesehatan yang berat sampai akut dan atau mematikan.
• Mediumm
: Keracunan gangguan perlu rawat inap dan atau kronis. •
Low l: Rawat Jalan
Bahaya dianggap signifikan bila terdapat kombinasi probality high H, medium M dan severity high h
dan medium h seperti Hh, Mh, Hm sehingga kombinasi diluar itu dianggap tidak signifikan TS. Penentuan bahaya lebih
lengkap disajikan pada Tabel 15 dan bahaya signifikan disajikan pada Tabel 16.
C.2. Critical Control Point CCP
Titik Kendali Kritis atau CCP di PT. TKCM ditetapkan berdasarkan jika pada tahapan proses dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan
pangan dapat dicegah, dihilangkan atau diturunkan sampai ke batas yang dapat diterima maka ditetapkan sebagai CCP. Untuk membantu menentukan CCP maka
diuji dengan menggunakan CCP decision tree CAC. Berdasarkan hasil kajian yang mendalam terkait analisa signifikansi bahaya
dengan mempertimbangkan probability dan severity yang ada pada kondisi nyata proses pengolahan air di PT. TKCM saat ini, maka teridentifikasi ada 3 CCP atau
Titik Kendali Kritis TKK. Berikut ketiga TKK termasuk pertimbangan menjadikannya sebagai CCP:
1 Proses filtrasi, ditujukan untuk pengendalian bahaya fisik kekeruhan dan
benda asing, sisa sampah, sesuai yang dipersyaratkan PERMENKES 492PERMENIV2010 tentang syarat air mimum. Proses filtrasi ini
ditetapkan sebagai CCP karena tidak ada proses selanjutnya yang dapat menghilangkan bahaya fisik ini.
2 Proses effluent control, ditujukan untuk pengendalian fisik seperti sisa
ranting, daun dan benda asing lain dari lingkungan, proses effluent control ini ditetapkan sebagai CCP karena tidak ada proses selanjutnya yang dapat
menghilangkan bahaya fisik ini.
3 Proses post klorinasi ditujukan pengendalian bahaya mikrobiologi bakteri
E.Coli, total koliform yang masih hidup, sesuai yang dipersyaratkan
PERMENKES 492PERMEN IV2010 tentang syarat air mimum. Proses post klorinasi
ditetapkan sebagai CCP karena tidak ada proses selanjutnya yang dapat menghilangkan bahaya mikrobiologi ini.
Adapun posisi ketiga Titik Kendali Kritis TKK yang digambarkan dalam diagram alir seperti Gambar 7.
Rancangan rencana HACCP lebih lengkap disajikan pada Tabel 17, meliputi tahapan proses kritis Prinsip 1, Titik Kendali Kritis atau Critical
Control Point CCP Prinsip 2, batas kritis yang harus dikendalikan Prinsip 3,
metode monitoring batas kritis termasuk pelaksana monitoring Prinsip 4, tindakan perbaikan bila terjadi penyimpangan pada titik kendali kritis Prinsip 5,
catatan pendukung sebagai bukti pelaksanaan Prinsip 6, serta metode verifikasi Prinsip 7.
Tabel 15 Analisa Bahaya
Prinsip 1 TahapInput
Bahaya Sumber Bahaya
Sev Prob
Sign Tindakan Pencegahan
1. Penerimaan air baku Intake
Fisik : Sisa sampah, plastik
ranting, serangga kekeruhan turbidity
Mikrobiologi : Algae, bakteri E.Coli, total
koliform, virus, protozoa Kimia:
Logam berat, pestisida PERMENKES
492MENKESPER2010 Kimia non logam berat
PERMENKES 492MENKESPER2012
Air baku M
H H
H h
h l
m S
S TS
S Penyaringan sampah
Pembersihan lingkungan rutin akan dihilangkan saat koagulasi dan
filtrasi Dihilangkan
saat proses
post klorinasi
Dari hasil pengujian Lab eksternal 5 tahun terakhir pesticide dan
logam berat
tidak pernah
melampaui regulasi Akan di hilangkan saat koagulasi
2. Penerimaan bahan baku kimia PAC,
soda abu dan gas klorin
Kimia : Kontaminasi bahan kimia
lain Material bahan kimia
M L
TS Pemilihan vendor dan spesikasi
3. Pre-Klorinasi diperlukan, hanya
jika deterjen, organic content,
color tinggi, 15
pto
Mikrobiologi : Algae, bakteri E.Coli, total
koliform, virus, protozoa Kimia:
Terbentuk cloroform Klorin berlebih
Air baku Reaksi gas chlor dan
organic zat pencemar Dosis chlor tidak sesuai
H H
H h
m m
S S
S Proses ini tidak ditunjukkan untuk
membunuh mikro
tapi untuk
menghancurkan bahan organic Pemeriksaan berkala kadar THM
Pengontrolan dosis klorin pada alat klorinator
Prinsip 1 TahapInput
Bahaya Sumber Bahaya
Sev Pro
b Sign
Tindakan Pencegahan
4. Koagulasi Flokulasi
Fisik Kekeruhan Turbidity
Kimia : PAC berlebih
Kimia non logam berat Permenkes
Air baku Kimia PAC
Air baku M
H H
h l
m S
TS S
Setting pembubuhan PAC yang optimal, dengan selalu mem
verifikasi – SCM Setting pembubuhan PAC yang
optimal, dengan selalu mem verifikasi – SCM Streaming
Current Meter
Setting pembubuhan PAC yang
optimal, dengan selalu mem verifikasi – SCM
5. Sedimentasi Fisik :
Kekeruhan Turbidity Air baku proses koagulasi tidak
optimal M
H S
Akan dihilangkan pada proses filtrasi
6. Intermidiete - klorinasi
diperlukan membantu
efektifitas filtrasi,
Mikrobiologi : Algae, Bakteri E.Coli, Total
Koliform, virus, protozoa Kimia:
Terbentuk THM Klorin berlebih
Air dari proses sebelumnya yang belum optimal
Reaksi gas chlor dan organic zat pencemar
Dosis Chlor tidak sesuai H
H H
h l
m S
TS S
Pengontrolan dosis klorin pada alat klorinator
Pemeriksaan berkala kadar THM Pengontrolan dosis klorin pada
alat klorinator
7. Filtrasi Fisik :
Sisa ranting, daun dan, serangga,sisa plastik
Kekeruhan Turbidity Air baku
Air baku dan proses koagualsi tidak sempurna
H H
l m
TS S
Program kebersihan lingkungan setiap hari
Program backwash, pengantian filter
8. Effuent control Fisik :
Ranting, daun Dari lingkungan
H m
S Sistem lebih dibuat lebih tertutup
cek rutin kebersihan 9. Netralisasi Bila pH
6
Kimia : Soda abu berlebih
Pembubuhan soda abu berlebih m
l TS
Pemantuan level pH di 6.5-8,5