117
4. Moulding pencetakan.
1. Dewaxing.
Proses Dewaxing adalah proses pengambilan wax dengan cara pengkristalan dan penyaringan, dimana wax distilate dari tangki penimbun dipompa masuk kedalam
chiller I setelah terlebih dahulu didinginkan awal dalam suatu exchanger. Chilling dilakukan pada suhu sekitar 0 – 15
o
F, pada suhu dimana kristal-kristal wax akan terbentuk. Kristal wax kemudian dipompakan kedalam filter press, dimana didalam
filter press akan terjadi pemisahan antara minyak dengan kristal wax. Kristal wax akan tertinggal dalam filter press sedangkan minyaknya akan keluar dari filter press
kemudian dimasukkan lagi kedalam chiller II untuk memperoleh pendinginan yang lebih rendah dibandingkan chiller I agar kristal-kristal wax yang masih ada dalam
minyak akan terbentuk lagi pada suhu yang lebih rendah, biasanya unit pendingin refrigerant ini menggunakan ammoniak. Kristal wax yang terbentuk dari chiller II
kemudian disaring lagi masuk ke filter berikutnya untuk dipisahkan antara wax dan minyaknya dimana wax akan tertinggal di dalam filter sedangkan minyaknya keluar
filtrasi. Hasil wax dari filtrasi disebut slack wax, slack wax ini yang kemudian akan diproses lebih lanjut.
2. Sweating.
Proses sweating adalah proses pemisahan antara wax dan minyak dengan cara pemanasan perlahan-lahan pengringatan, agar kadar minyak dalam wax oil
content dapat diturunkan lebih rendah lagi. Slack wax yang dihasilkan dari proses dewaxing kemudian dipompakan kedalam suatu alat tangki berbentuk silinder tegak
yang didalamnya dilengkapi dengan coil sebagai pemanas maupun pendinginan. Slack wax setelah dimasukkan kedalam tangki sweating kemudian didinginkan
dengan air sampai slack wax betul-betul membeku, kemudian setelah membeku air pendingin dipanaskan biasanya menaskannya dengan diinjeksi dengan steam
sehingga air menjadi panas secara perlahan-lahan dimana suhu pemanas diatur +
118
2 – 3
o
F setiap jamnya. Dari botom tangki sweating ini minyak yang terkandung dalam wax akan keluar dimana yang pertama keluar minyak yang mempunyai titik
leleh yang paling rendah, pemanasan mencapai + 140
o
F minyak yang keluar dari sweating tersebut mempunyai titik leleh + 140
o
F. Setelah pemanasan sampai dengan titik leleh + 155
o
F proses sweating dihentikan dimana minyak yang mempunyai titik leleh antara 140
o
F sampai dengan 155
o
F tersebut disebut foots oil sebagai oil recycle untuk diproses kembali dari awal, sedangkan hasil akhir dari
sweating yang mempunyai titik leleh 155
o
F wax yang tidak leleh yang tertinggal dalam tangki sweating kemudian dikeluarkan dan diproses lebih lanjut pada
Treating.
3. Treating.
Treating ini dimaksudkan untuk memisahkan minyak yang masih terkandung didalamnya agar mendapatkan wax yang bermutu lebih tinggi dengan beberapa
cara yaitu :
a. Mencampur dengan Asam Sulphate pekat sambil ditiupkan udara dan dipanaskan.
b. Adsorbsi dengan clay tanah liat, dimana clay dicampurkan dan dipanaskan. c. Atau dengan kombinasi.
Wax dari proses sweating dimasukkan dalam tangki Agitator kemudian dengan dicampur Asam Sulphalte atau clay dan dipanaskan dengan steam dan diaduk
dengan udara agar percampuran lebih sempurna.
Bila Treating menggunakan clay, hasil campuran clay dan wax yang masih panas kemudian dimasukkan kedalam filter press untuk memisahkan antara wax dan clay,
dimana dalam filter press akan terjadi pemisahan antara wax panas dengan clay. Wax yang panas akan keluar dari filter press sedangkan clay akan tertinggal dalam
119
filter press. Wax yang keluar dari filter press kemudian siap untuk diproses di Moulding.
Gambar : 5 – 1 Acid Dan Clay Treating
120
4. Moulding.
Moulding adalah proses pencetakan wax agar wax mudah untuk dikemas dan transportasinya. Wax dari treating yang masih panas kemudian dimasukkan
kedalam pencetak loyang dengan ukuran tertentu, kemudian wax didinginkan sehingga membeku. Setelah membeku wax tersebut dikeluarkan dari pencetakan
dan kemudian dikemas dan siap untuk dipasarkan.
121
Gambar : 5 - 2 Pembuatan Parafine Wax dengan Filter Press
C. MEK DEWAXING. MEK Dewaxing adalah proses pengurangan semaksimal mungkin waxy componen dari
bentuk type parafinis dalam lube oil stock agar mendapatkan suatu pour point serendah mungkin dengan cara pelarutan menggunakan pelarut solvent. Dari semua pelarut
solvent, maka MEK yang merupakan pelarut yang paling banyak digunakan untuk proses dewaxing. Biasanya proses didalam MEK Dewaxing digunakan solvent
campuran yaitu MEK dan solvent Aromat dengan perbandingan 52 dan 48 vol, sedangkan pelarut MEK dapat juga berupa Benzene, Toluene dan Xylene yang tidak
melarutkan lilin pada temperatur rendah.
Dari ketiga pelarut Aromatik ini, Toluen adalah pelarut yang paling baik.
1. Solvent.
Maksud dan tujuan dari solvent pelarut yang digunakan dalam proses MEK Dewaxing antara lain :
a. Untuk memisahkan minyak dengan sempurna terhadap wax pada suhu wax itu. b. Memberikan peningkatan effisiensi pada waktu filtrasi terutama kepada wax-wax
yang bercabang pendek dan rantai lurus.
2. Proses.
Seperti diketahui bahwa kristal-kristal wax dapat timbul mengendap pada penurunan suhu sampai mencapai suhu dibawah titik beku.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara pendinginan seperti diatas yang telah dijelaskan. Dasar ini dapat dikembangkan dengan cara yang baru yaitu menambah
zat pelarut yang akan dapat melarutkan minyak dan mengkristalkan sendiri wax
122
dengan penambahan solvent ini akan terjadi perbedaan suhu sekitar 20
o
C yang tergantung pada jumlah solvent yang digunakan. Meskipun demikian masih ada
beberapa akibat yang harus dihindarkan yakni melarutnya wax didalam solvent. Dapat memisahkan type-type wax untuk mempertinggi kecepatan filtrasi .
a. Komposisi dari pada Solvent.
Solvent yang digunakan campuran antara MEK dan Aromatic solvent. Aromatic solvent : benzene, zylene, toulene. MEK berfungsi sebagai
pengendap wax dan Aromatic bertugas untuk meningkatkan melarutnya minyak dalam solvent akan tetapi pemakaian maximum MEK didalam solvent
harus tertentu.
b. Pelarutan Solvent.
Mula-mula solvent ditambahkan kepada umpan kemudian baru dilakukan chilling dan suhu diatur sedemikian rupa sehingga viscositasnya baik untuk
dilakukan filtrasi. Penggunaan solvent harus seminim mungkin disamping untuk mengurangi biaya operasi juga untuk mengurangi beban chilling dan
recovery. Dengan menggunakan solvent yang tepat maka ukuran kristal bentuk kristal akan baik dan ini menentukan effisiensi filtrasi.
c. Sistim Filtrasi.
Mengingat bahwa proses dewaxing ini secara kontinyu maka sistim filtrasinyapun harus dapat dilakukan secara kontinyu yaitu menggunakan
rotary drum filter apalagi sistim vakum.
d. Pelarutan dingin pencucian dingin.
Untuk menjaga tetap stabilnya campuran dan menambahnya daya larut minyak pada waktu filtrasi maka dilakukan pelarutan dingin atau pencucian
dingin dan keadaan ini makin lama makin dikurangi untuk mencegah timbulnya buntuan pada filtrasi.
123
e. Pelarutan panas.
Dengan pelarutan dingin yang terus menerus akan mengakibatkan pengendapan wax lebih banyak dan lebih kompak dan ini tentu saja akan
mengakibatkan pengurangan-pengurangan kecepatan filtrasi oleh karena itu perlu diadakan pencucian larutan panas yang ini bertujuan untuk
mempertinggi daya larut minyak sehingga mudah difiltrasi dan untuk menghindari terjadi buntuan.
f. Proses Filtering Filtrasi.
Untuk mengambil minyaknya atau waxnya maka perlu dikenakan proses berikutnya adalah proses filtrasi. Proses filtrasi bila dikehendaki secara
kontinyu maka diperlukan proses :
Rotary Drum Vacuum Filter. Permukaan
cairan campuran wax dalam bak drum filter harus dijaga konstant untuk menjaga permukaan cake yang konstan pula. Didalam filtrasi dilakukan 2 kali
pelarutan pencucian yakni pencucian dingin dan pencucian panas, minyak yang larut dalam solvent dapat masuk didalam poros drum karena pengaruh
kevacuman dan ini bisa dialirkan ke proses recovery.
g. Proses Recovery.
Proses recovery ada 2 macam yaitu : a. Dewaxed Oil Recovery.
b. Wax Recovery.
1 Dewaxed Oil Recovery.
Cara mengambil minyak yang telah dihilangkan waxnya. Solvent yang telah melarutkan minyak sudah tidak aktif lagi untuk
memperoleh solvent yang aktif maka cairan filtrat yang terdiri dari solvent dan minyak ini dapat dilakukan proses regenerasi atau yang disebut
proses dewaxed oil recovery. Boilling range untuk minyak dan solvent
124
berbeda besar sehingga mereka dapat dipisahkan dengan cara fisis yakni cara distilasi.
2 Wax Recovery.
Seperti dengan dilakukan pencucian panas maka sebagian wax larut pada solvent untuk memperoleh solvent ini perlu dilakukan wax recovery ini
dapat dilakukan secara pada tekanan rendah dan tekanan tinggi pula dengan menaikkan temperatur. Dengan ini diharapkan kita memperoleh
solvent yang siap untuk proses pelarutan kembali.
h. Inert Gas.
Inert gas merupakan gas yang tidak dapat dibakar seperti gas N
2
, CO
2
dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk menghilangkan wax yang menempel pada
lubang-lubang filtrasi sehingga wax mudah terlepas disamping itu untuk melindungi proses dewaxing ini terdapat lingkungan luarnya. Gas inert
sebagai blanket selimut sehingga tak mudah terjadi kebakaran. Gas inert dapat diperoleh dari hasil pembakaran gas-gas propan, metan, etan
c. Kondisi Operasi.
Seperti diketahui bahwa proses dewaxing proses yang tidak bolak-balik sekali jadi sehingga proses ini mahal sekali. Untuk memperkecil memperendah biaya
operasi misalnya harus menentukan kondisi operasi yang paling baik seperti pada proses :
1. Pendinginan. 2. Pelarutan.
3. Filtrasi.
d. Produk.
Dalam pasaran Internasional dikenal berbagai grade parafin wax sebagai berikut :
125
Tabel : 5 - 1 Grade Parafin Wax
Grade Melting Point,
o
F ASTM D 87
Oil Content, wt ASTM D 721
Colour Lovibond IP 17B
HHP 140145 HP 135140
MSR 135140
MP 130135 SP 125130
SSR 125130 MW 110115
Batik wax MSR
130135 142 – 142,5
138,5 – 139,5 137 – 138
133,5 – 144,5 128,5 – 129,5
128,5 – 129,5 110 – 115
137 - 138 0,3
0,3 1,1
0,4 0,5
1,4 3
1 – 1,5 1
1 1
1 1
1 1
3
126
Charge Wax Discharge
Oil rich filtrate Waxy oil solvent mix
Solvent wash Filtrate Flue gas blow
Wax cake Solvent wash
Gambar : 5 - 3 Filter Drum
127
Gambar : 5 - 4 MEK Dewaxing Unit
128
Gambar : 5 - 5 MEK Dewaxing Unit Lanjutan
129
LATIHAN SOAL : 1. Jelaskan tujuan dari proses kristalisasi
2. Ceriterakan kembali proses pengambilan wax dari minyak secara proses wax plant. 3. Jelaskan mengapa dalam proses MEK Dewaxing wax harus dipisahkan dari
minyaknya. 4. Ceriterakan kerja dari Drum dalam MEK Dewaxing.
5. Sebutkan kepanjangan dari MEK
130
BAB. VI PROSES EKSTRAKSI
A. UMUM.
Ekstraksi adalah .proses pemisahan suatu zat yang terlarut didalam suatu zat tertentu yang didasarkan atas perbedaan kelarutan solubility kedua zat tersebut terhadap
bahan pelarut solvent tertentu. Didalam ekstraksi juga diperlukan suatu kontak yang baik antara solvent dengan larutan yang akan diekstrak, sehingga kebanyakan
ekstraktor dilengkapai dengan alat kontak yang berupa pengaduk ataupun bed tumpukan alat kontak. Didalam industri migas dan petrokimia, proses ekstraksi banyak
digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa hidrokarbon seperti : parafin, aromatik, naphthen dan sebagainya. Didalam ekstraksi dikenal ada beberapa istilah
yaitu : .Solvent pelarut untuk ekstraksi, Solut zat yang terlarut dalam feed, Extrac bahan yang dipisahkan atau terekstrak dari feed, Raffinat produk yang tidak larut
dalam solvent Extract phase phase yang kaya solvent, Raffinat phase phase yang miskin solvent, Reflux exstrak yang dikembalikan ke extractor, Lean solvent solvent
yang memasuki extractor, Rich solvent solvent yang keluar dari extractor. Macam- macam Ekstraksi didalam industri migas yang digunakan saat ini adalah :
1. Ekstraksi Edeleanu. 2. Ekstraksi Furfural
3. Ekstraksi Udex 4. Ekstraksi Propane Deasphalting.
5. Distilasi Ekstraktif.
B. EKSTRAKSI EDELEANU.
131
Bahan pelarut proses ekstraksi ini adalah cairan belerang dioksida SO
2
dan dikenal dengan nama Edeleanu, biasanya perbandingan volume solvent terhadap feed adalah
: 1 : 1
Proses Eklstraksi Adeleanu ini ditujukan untuk memisahkan senyawa aromatik yang terdapat dalam kerosene, dimana senyawa aromatik dalam kerosene akan
mengakibatkan sifat pembakarannya jelek yaitu kerosene akan banyak mengluarkan jelaga asap.
1. Aliran Proses.
Kerosine diumpankan dari bawah mengalir keatas dan kontak dengan solvent belerang oksida yang mengalir kebawah karena densytasnya lebih berat. Selama
kontak berlangsung solvent melarutkan senyawa-senyawa aromatik yang terkandung didalam kerosene. Dalam proses ekstraksi ini diperoleh dua macam
aliran produk yang disebut ekstrak dan rafinat. Ekstrak adalah larutan solvent yang banyak mengandung senyawa aromatik, sedangkan rafinat adalah kerosene yang
telah diambil senyawa aromatnya dengan sedikit solvent yang terikut.
Untuk meningkatkan effisiensi proses, solvent didalam ekstrak dan rafinat dapat dimurnikan kembali dengan cara distilasi, selanjutnya dapat digunakan kembali
didalam ekstraktor, demikian seterusnya.
132
Gambar : 6 – 1 Proses Ekstraksi Edeleanu C. EKSTRAKSI FURFURAL.
Furforal HO
2
CHC:CHCO
2
H adalah sejenis solvent yang mempunyai titik didih 324
o
F. Karena firfural mempunyai struktur siklis, maka ia sangat efektif untuk mengekstrak
senyawa aromatik dan beberapa senyawa siklis lainnya. Proses ini digunakan secara luas untuk memperbaiki mutu minyak pelumas. Suhu operasi sekitar 200
o
F. Perbandingan jumlah solvent terhadap feed biasanya sekitar 2 : 1.
1. Aliran Proses.
Kontak antara solvent dan feed biasanya dilakukan dengan aliran yang berlawanan arah. Untuk membuat kontak yang lebih baik, didalam extractor dilengkapi alat
kontak, seperti rotating disk contactor RDC. Peralatan kontak tersebut terdiri dari sebuah silinder vertical yang dibagi menjadi beberapa kompartemen. Rotary disk
dihubungkan dengan poros yang menggerakkannya, dengan berputarnya disk membuat kontak antara solvent dan feed menjadi lebih intim karena transfer masa
dipacu oleh gerakan pengadukan disk tersebut. Derajat pencampuran antara kedua fluida tersebut dapat diatur dengan mengatur kecepatan putaran disk.
133
Furfural Oil - Water
Makeup Furfural
Solvent
Extract Aromatik
Raffinate Lubricating Oil
Heater Heater
Extract Solvent
Stripper Raffinat
Solvent Stripper
Feed Oil Rotating
Disk Contactor
Motor Furfural
Solvent Separation Tank
Furfural Furfural
Gambar : 6 - 2 Proses Ektraksi Furfural
134
D. EKSTRAKSI UDEX.
Solvent yang digunakan untuk proses ekstraksi ini adalah larutan Udex, yaitu berupa larutan glycol-water dan suhu operasi berkisar 170 – 358
o
F. Udex adalah solvent yang sangat baik untuk mengekstrak light aromatic. Rich
solvent dari extractor menuju ke solvent stripper untuk dipisahkan dari solventnya dengan bantuan steam, ekstrak keluar dari bagian puncak stripper dan lean solvent
keluar dari bagian bawah stripper. Sebagian dari ekstrak dikembalikan ke extractor sebagai reflux . Raffinat yang keluar dari bagian puncak extractor dicuci dengan air
untuk mengambil glycol.
Larutan glycol-water yang dihasilkan dicampur bersama-sama dengan lean solvent dikembalikan lagi ke extractor.
135
Gambar : 6 - 4 Proses Ekstraksi Udex
E. EKSTRAKSI PROPANE DEASPHALTING.
Proses ini digunakan untuk memisahkan asphalt bitumen dari minyak yang mengandung asphalt atau untuk membersihkan minyak lumas dari asphalt. Sebagai
bahan pelarut digunakan cairan propane, dimana propane akan melarutkan minyak biasanya senyawa paraffinis dan sekaligus memisahkan asphalt. Deasphalting
sesungguhnya adalah proses ekstraksi bertekanan diatas tekanan atmosfir dengan mengontakkan feed dengan cairan propane secara berlawanan arah melalui
sebuah packed coloumn. Minyak masuk melalui bagian tengah kolom dan propan melalui bagian dasar kolom, Propane akan melarutkan senyawa-senyawa paraffinic
dan keluar dari bagian puncak kolom, asphal yang telah terpisahkan turun ke bagian bawah kolom dan keluar menuju furnace untuk dipanaskan yang selanjutnya
dipisahkan dari propane didalam flash drum dan stripper. Sedangkan minyak yang
136
keluar dari puncak kolom dipisahkan propannya di dalam evaporator bertingkat dan stripper. Propane yang telah terpisahkan di stripper dapat digunakan kembali.
Gambar : 6 - 5 Proses Extraction Propane Deasphalting
F. DISTILASI EKSTRAKTIF.
Distilasi ekstraktif suatu proses yang digunakan untuk memisahkan senyawa aromatik murni dan fraksi gasoline dan dikenal sebagai distilasi ekstraktif extractive
distillation. Aromatik-aromatik tersebut adalah benzene, toluene dan zylene BTX. Ketiga macam senyawa aromat tersebut adalah banyak digunakan sebagai feed
stock untuk industri petrokimia. Feed yang mengandung senyawa-senyawa aromatik dan asphaltik dipanaskan hingga mencapai suhu yang dikehendaki dan
diumpankan kedalam kolom distilasi. Solvent yang mana senyawa aromatik dilarutkan dari pada senyawa yang lain diumpankan dekat dengan bagian puncak
kolom. Solvent mengekstrak senyawa aromatik dan keluar melalui bagian dasar kolom menuju kekolom yang kedua kolom distilasi. Pada kolom yang kedua