13
4. Teori Konstruktivisme Contructivism
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman
10
. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, tetapi dikonstruksi
dari dalam diri seseorang. Muslich mengemukakan, konstruktivisme adalah proses pembelajaran
yang menekankan terbangunnya pemahanan sendiri secara aktif, kreatif, produktif berdasarkan pengetahuan yang terdahulu dan dari pegalaman belajar yang
bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian faktam konsep, dam kaidah yang siap dipraktikkan.Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan
itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.Dalam konstruktivisme ada beberapa hal-hal sebagai berikut.
1. Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya. 2.
Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengontruksi pengetahuan, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui
peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan konsep, prinsip baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi
belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuan discovery.
3. Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi
pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan
10
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik Dan Konstektual Dalam Pembelajaran Abad XII: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013,Ghalia Indonesia, Bogor, 2014, hlm. 270
14
sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimiliki.
5. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri yaitu
untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif.
11
Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari
beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka upayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda
pula dan penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
12
Kategori tujuan dalam pembelajaran kooperatif: 1
Individual: keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak dipengaruhi oleh orang lain.
2 Kompetitif: keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan orang lain ada
ketergantungan negatif. 3
Kooperatif: keberhasilan seseorang karena keberhasilan orang lain, orang tidak dapat mencapai keberhasilan dengan sendirian.
11
Taniredja, Tukiran dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. Hal 56
12
Ibid, hlm 57
15
b. Tipologi Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin yang di kutip Taniredja ada enam tipologi pembelajaran kooperatif, yaitu:
1 Tujuan kelompok, bahwa kebanyakan metode pembelajaran kooperatif
menggunakan beberapa
bentuk tujuan
kelompok. Dalam
metode pembelajaran Tim Siswa ini bisa serupa sertifikat atau rekognisi lainya yang
diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
2 Tanggung jawab individu, yang dilaksanakan dengan dua cara. Pertama
dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata individu atau penilaian lainnya seperti dalam model pembelajaran siswa. Kedua, merupakan
spesialisasi tugas. Cara kedua ini siswa diberi tanggung jawab khusus untuk sebagaian tugas kelompok.
3 Kesempatan sukses yang sama yang merupakan karakteristik unik metode
pembelajaran tim siswa, yakni penggunaan skor yang memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam
timnya.
4 Kompetisi tim, sebagai sarana untuk motivasi siswa untuk bekerja sama
dengan anggota timnya. 5
Spesialisasi tugas, tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing- masing anggota kelompok.
6 Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok, metode ini akan mempercepat
langkah kelompok.
13
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi dimana keberhasilan individu diorientasikan
pada kegagalan orang lain. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut
Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugasnya. Sedangkan
tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar.
13
Ibid, hlm 57-58
16
Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, ras, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif
ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
14
d. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif
peran guru sangat menentukan aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif. Guru sebelumnya mesti merancang pembelajaran menurut model atau
sturuktur pembelajaran kooperatif yang dipilih untuk mengaktivitaskan semua siswa dalam kelompok. Berkaitan dengan itu, aktivitas siswa dalam kerjasama
dapat berjalan sebagai mana mestinya apabila mempunyai prosedur yang jelas untuk dilakukan oleh anggota-anggota dalam kelompok.
Apabila aktivitas pembelajaran dapat menghubungkan anggota-anggota kelompok dan proses interaksi maka ia dapat bagi mewujudkan keterampilan
kolaborasi siswa. Perkara ini mesti di usahakan oleh guru sejak awal pelaksanaan pembelajaran kooperatif sehingga siswa dari awal berupaya membina tingkah laku
yang mengarah kepada keterampilan kolaborasi.
15
e. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ditnaga Dikti pada dasarnya kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah yaitu:
14
Ibid. Hlm.60.
15
H. Isjoni dan Arif Ismail. op.cit. hal158
17
1 Orientasi
Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran kegiatan diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan
dipelajari serta bagaimana strategi pembelajaranya. 2
Kerja Kelompok Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan
pembelajaran. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan eksplorasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet
dan sebagainya. 3
TesKuis Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semuannya telah mampu
menguasai topikmasalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep
yang dikaji. 4
Penghargaan Kelompok Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok
yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu.
16
f. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah cooperative learning menurut Stahl, Slavin yaitu: 1
Guru merancang rencana program pembelajaran . 2
Dalam aplikasi pembelajaran dikelas, guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam nelajar secara
bersama dalam kelompok-kelompok kecil. 3
Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun kelompok, baik dalam
16
Taniredja, Tukiran, op. cit. hlm 60-62
18
memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung.
4 Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi guru sebagai moderator.
17
g. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif
Ada banyak keuntungan dari pembelajaran kooperatif yaitu: 1
Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial 2
Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
3 Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
4 Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai
–nilai sosial dan komitmen. 5
Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 6
Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 7
Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
8 Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9 Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif. 10
Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
11 Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.
18
6. Metode Pembelajaran Tipe STAD
a.
Pengertian
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran Kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam belajar
beranggotaan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis
17
Ibid, hlm 63
18
H Sugiyanto, op.cit, hal 43-44
19
kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai materi
tersebut, pada tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
19
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain : a.
Perangkat Pembelajaran Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan
perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pembelajran, Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa LKS beserta lembar jawabannya.
b. Menentukan Kelompok Kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan
kelompok yang lainnya relatif homogen. Apabila kemungkinan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang
sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik yaitu.
1 Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian dalam mata
pelajaran sejarah. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan dalam mata pelajaran sejarah dan digunakan dalam kelompok.
2 Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok
menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak 25 dari seluruh
19
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.2009 hal 68-69
20
siswa dari seluruh siswa rangking satu, kelompok tengah 50 dari seluruh siswa yang diambil dari urutan setelah diambil dari kelompok atas, dan
kelompok bawah sebnyak 25 dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah.
c. Menentukan Skor Awal
Sekor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Sekor awal ini dapat berubah setelah ada kuis
d. Pengaturan Tempat Duduk
Pengaturan tempat duduk pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan
pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas
kooperatif. e.
Kerja Kelompok Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe
STAD, terlebih dahulu diadakan diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam
kelompok
20
.
20
Ibid, hlm 69-70
21
b. Fase-fase pembelajaran kooperatif
21
Tabel 1: Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan
motivasi siswa Menyampaikan semua tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut
Fase 2 Menyajikanmenyampaikan
informasi Menyampaikan informasi kepada siswa
dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan
Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
membentuk kelompok dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien.
Fase 4 Membimbing kelompok kerja
dan belajar Membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas
Fase 5 Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerja
Fase 6 Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok pemberian nilai
21
Ibid, hlm. 70-71
22
c. Komponen dan Langkah-langkah dalam Metode Pembelajaran STAD
Menurut Slavin 2008 STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kerja kelompok tim, sekor kemajuan individual, rekognisi
penghargaan kelompok.
22
a. Presentasi kelas Class Presentation. Dalam STAD, materi pelajaran mula-
mula disampaikan dalam presentasi kelas. Metode yang digunakan biasanya dengan pembelajaran langsung atau diskusi kelas yang dipandu guru. Selama
presentasi kelas, siswa benar-benar memperhatikan karena dapat membantu mereka dalam mengerjakan kuis individu yang juga akan menentukan nilai
kelompok. b.
Kerja kelompok Teams Works setiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa yang heterogen. Fungsi utama dari kelompok adalah menyiapkan anggota kelompok
agar mereka dapat mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menjelaskan materi
setiap kelompok
mempelajari dan
mendiskusikan LKS,
membandingakan jawaban dengan teman kelompok dan saling membantu antar anggota jika ada yang mengalami kesulitan. Setiap saat guru mengingatkan dan
menekankan pada setiap kelompok agar setiap anggota melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya.
c. Kuis Quizzes. Setelah guru memberikan presentasi, siswa diberi kuis
individu. Siswa tidak diperbolehkan membatu sama lain selama kuis berlangsung. Setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari dan
memahami nateri yang telah disampaikan.
22
Taniredja. Op. cit hal 116
23
d. Peningkatan Nilai Individu individual Improvement Score. Peningkatan nilai
individu dilakukan untuk memberikan tujuan presentasi yang ingin dicapai jika siswa dapat berusaha keras dan hasil prestasi yang labih baik dari yang telah
diperoleh sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimum pada kelompoknya dan setiap siswa mempunyai skor dasar diperoleh dari rata-
rata tes atau kuis sebelumnya, selanjutnya siswa menyumbangkan nilai untuk kelompok berdasarkan peningkatan nilai individu yang diperoleh.
e. Penghargaan kelompok Team Recgnation. Kelompok mendapatkan sertifikat
atau penghargaan lain jika rata-rata skor kelompok melebihi kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari
peringkat mereka.
7. Konsep Sejarah