Pengantar Pembahasan PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN

5.1 Pengantar Pembahasan

Pembahasan temuan penelian ini dilakukan dalam tujuh subbab dengan dua subbab berupa “Pengantar Pembahasan” dan “Kontekstualitas Pembahasan”. Subbab “Pengantar Pembahasan” sebagai subbab pertama ini berisi penjelasan umum model pembahasan dalam setiap subbab yang memberi pedoman pembacaan pembahasan temuan penelitian. Sebaliknya, subbab “Kontekstualitas Pembahasan” sebagai subbab ketujuh terakhir dalam bab pembahasan temuan penelitian ini berisi kedudukan pembahasan penelitian ini dengan pembahasan penelitian yang lain. Pembahasan penelitian yang lain dalam penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain terhadap mimikri dan hibriditas novel Hindia Belanda. Di luar subbab pertama dan ketujuh terdapat lima subbab yang menjadi inti pembahasan penelitian ini. Kelima subbab tersebut didasarkan pada kata kunci rumusan masalah penelitian ini, yaitu: struktur penceritaan, mimikri, ambivalensi, hibriditas, dan sinkretisme dalam novel Hindia Belanda. Kelima subbab ini memiliki dua pola pembahasan yang sama, yakni i pembahasan didasarkan pada realitas fiksi setiap novel sebelum ditemukan homologinya pada realitas historis; dan, ii pembahasan terhadap novel Hindia Belanda dilakukan secara kronologis yang dimulai dari novel MH karya Multatuli, BNdKK karya M.H. Székely-Lulofs, MB karya Suwarsih Djojopuspito, dan diakhiri dengan novel Oe karya Hella S. Haasse. 256 Universitas Sumatera Utara Dari kelima subbab terdapat satu subbab yang berfungsi menjelaskan keterkaitan realitas fiksi dengan realitas historis yang dipaparkan secara terpisah pada bab IV. Pembahasan ini memokuskan pada aspek kajian sastra dengan pengutamaan teks dan konteks struktur naratif sebagaimana dikemukakan oleh Seymour Chatman 1980. Sebaliknya, keempat subbab yang lain berfungsi menjelaskan keberadaan tema-tema poskolonial –seperti mimikri, ambivalensi, hibriditas, dan sinkretisme- dalam novel yang didasarkan pada relasi penjajah dan terjajah. Relasi penjajah dan terjajah dirumuskan oleh Aschrof, dkk. 2003 dan didasarkan pada teoretikus Said 1994 dan Bhabha 1994. Di samping rujukan primer pembahasan ini, digunakan juga sumber-sumber sekunder yang terkait dengan kelima subbab pembahasan ini. Kelima subbab pembahasan yang berfungsi menjawab kelima rumusan masalah penelitian ini terdiri dari lima aspek berikut ini. 1. Struktur penceritaan novel Hindia Belanda dikelompokkan dalam empat pembahasan sesuai dengan judul novel sumber data penelitian ini. Setiap novel dikaji keberadaan realitas fiksi dan realitas historisnya dalam membentuk struktur penceritaan novel Hindia Belanda. Pada akhir setiap kajian novel dirumuskan pola struktur penceritaan masing-masing novel sumber data penelitian ini. 2. Mimikri dalam novel Hindia Belanda dikelompokkan dalam empat pembahasan sesuai hal-hal yang terkait dengan mimikri yang muncul dalam novel penelitian ini. Keempat subbahasan tersebut adalah i proses pembentukan mimikri; ii penyesuaian etika dan kategori ideal; iii local genius mimikri; dan, v pola mimikri. Pada setiap subbahasan ini dikaji realitas fiksi dan realitas historis sesuai Universitas Sumatera Utara dengan kronologi penerbitan novel, baik berkaitan dengan peniruan yang dilakukan oleh bangsa penjajah maupun bangsa terjajah. 3. Ambivalensi dalam novel Hindia Belanda dikelompokkan dalam empat pembahasan sesuai dengan persoalan ambivalensi dalam novel penelitian ini. Keempat subbahasan tersebut adalah: i proses pembentukan ambivalensi; ii ambivalensi kepribadian bangsa; iii local genius ambivalensi; dan, iv pola ambivalensi. Pada setiap subbahasan dikaji realitas fiksi dan realitas historis berdasarkan kronologi penerbitan novel. 4. Hibriditas dalam novel Hindia Belanda dikelompokkan dalam empat pembahasan sesuai dengan persoalan hibriditas dalam novel penelitian ini. Keempat subbahasan tersebut adalah: i proses pembentukan hibriditas; ii model dan wujud kepemimpinan; iii local genius hibriditas; dan, vi pola hibriditas. Pada setiap subbahasan dikaji realitas fiksi dan realitas historis berdasarkan kronologi penerbitan novel. 5. Sinkretisme dalam novel Hindia Belanda dikelompokkan dalam empat pembahasan sesuai dengan persoalan sinkretisme dalam novel penelitian ini. Keempat subbahasan tersebut adalah: i proses pembentukan sinkretisme; ii dampak sinkretisme; iii local genius sinkretisme; dan, iv pola sinkretisme. Pada setiap subbahasan dikaji realitas fiksi dan realitas historis berdasarkan kronologi penerbitan novel. Universitas Sumatera Utara

5.2 Struktur Penceritaan Novel Hindia Belanda