PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PORTOFOLIO TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN.

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PORTOFOLIO TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyusun Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MAYA IKE BIANTARI 12401244005

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

 Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari ke hari; dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri ~ Mary Mccarthy

 Kebanggaan terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh ~ Confusius

 Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya ~ Johann Wolfgang von Goethe


(6)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah atas curahan nikmat dan rahmat Allah SWT sehingga akhirnya tercapai juga suatu amanah, kewajiban, tujuan, dan cita-cita. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa doa dan dukungan serta bantuan dari orang-orang yang istimewa dalam hidupku. Karya kecil ini ku persembahkan dengan sepenuh cinta untuk:

 Teristimewa Papa Muhammad Bintoro dan Mama Dyah Niken Palupi serta Uti Puji Sihati dan Uti Robingah tercinta yang telah mendidik, membimbing, mendukung, mendoakanku selalu dengan penuh ketulusan, cinta dan kasihnya. Mereka adalah sosok yang tak mengenal lelah dan tak pernah mengeluh dalam bermunajat kepada-Nya, selalu menghibur dan menguatkan disetiap keadaanku, serta tiada henti-hentinya mengingatkanku ketika khilaf mendera. Terimakasih atas perjuangan, doa, semangat, cinta dan tetesan butir keringat ketulusan yang tiada pernah dapat aku membalasnya. Semoga Papa, Mama, dan Uti selalu dalam lindungan-Nya dan Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya untuk kita semua. Amin.

 Saudara-saudaraku, Kakak Dea Marita Olivia dan Adik Anshella Figur Pratiwi yang telah memberi dukungan dan doa dalam setiap langkah saudaramu ini.


(7)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PORTOFOLIO TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Oleh: Maya Ike Biantari

12401244005 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui: 1) pengaruh penggunaan media portofolio terhadap sikap demokratis peserta didik kelas XI dalam pembelajaran PPKn di SMKN 3 Yogyakarta, 2) pengaruh penggunaan media portofolio terhadap prestasi belajar kelas XI dalam pembelajaran PPKn di SMKN 3 Yogyakarta.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan menggunakan control group pre-test post-test design. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas XI SMKN 3 Yogyakarta sebanyak 600 peserta didik. Sampel penelitian diambil dengan cara simple random sampling, sebanyak 2 kelas yaitu XI TL2 sebagai kelas eksperimen (30 peserta didik) dan XI TL1 sebagai kelas kontrol (30 peserta didik). Teknik pengumpulan data dengan angket untuk mengukur sikap demokratis dan tes untuk menilai prestasi belajar peserta didik. Teknik analisis data menggunakan rumus uji t dengan taraf signifikasi 5% yang dilakukan dengan bantuan komputer SPSS seri 16.00.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) pengaruh penggunaan media portofolio lebih besar dibandingkan media gambar untuk meningkatkan sikap demokratis peserta didik. Hal ini dibuktikan dari hasil uji t sikap demokratis peserta didik dengan nilai thitung sebesar 11,914 dan nilai ttabel dengan df 58 pada taraf signifikasi 5% sebesar 2,00171. Nilai thitung<ttabel maka disimpulkan terdapat perbedaan signifikan antara sikap demokratis peserta didik yang menggunakan media portofolio dengan yang menggunakan media gambar. Besarnya pengaruh media portofolio dapat dilihat dari perolehan gain score di kelas eksperimen 0,786 yang menunjukkan pengaruh dalam kategori tinggi, sedangkan di kelas kontrol 0,445 yang menunjukkan pengaruh dalam kategori sedang. 2) pengaruh penggunaan media portofolio lebih besar dibandingkan media gambar untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Hal ini dibuktikan dari hasil uji t post-test prestasi belajar peserta didik dengan nilai thitung sebesar 6,896 dan nilai ttabel dengan df 58 pada taraf signifikasi 5% sebesar 2,00171. Nilai thitung<ttabel maka disimpulkan terdapat perbedaan signifikan antara prestasi belajar peserta didik yang menggunakan media portofolio dengan yang menggunakan media gambar. Besarnya pengaruh media portofolio dapat dilihat dari perolehan gain score kelas eksperimen 0,656 yang menunjukkan pengaruh dalam kategori sedang, sedangkan kelas kontrol 0,457 yang menunjukkan pengaruh dalam juga kategori sedang meskipun nilainya lebih rendah.

Kata Kunci: media portofolio, sikap demokratis dan prestasi belajar,


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya. Berkat rahmat, dan hidayah-Nya, akhirnya skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Portofolio Terhadap Sikap Demokratis dan Prestasi Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas persyaratan guna meraih gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A., selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu sampai dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi ini.

3. Dr. Mukhamad Murdiono, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial sekaligus Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah memberikan pengarahan dengan penuh kesabaran, kejelian dan sangat baik memberikan bimbingan, serta ilmu yang sangat bermanfaat, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.


(9)

4. Drs. Suyato, M.Pd., selaku Penguji Utama Tugas Akhir Skripsi yang telah menguji, memberikan masukan dan arahan untuk skripsi ini.

5. Puji Wulandari Kuncorowati, S.H., M.Kn., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah dengan sangat sabar dan sangat bersahabat memberikan nasehat serta saran selama masa kuliah sekaligus memimpin sidang Tugas Akhir Skripsi.

6. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial yang telah membimbing, mendidik, memberikan banyak ilmu yang berkah dan bermanfaat selama kegiatan perkuliahan.

7. Drs. Bujang Sabri, selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 8. Dra. Sri Intini, selaku guru pembimbing dalam mata pelajaran PPKn SMK

Negeri 3 Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam melakukan penelitian.

9. Seluruh peserta didik kelas XI KR1, XI TL1, dan XI TL2 SMK Negeri 3 Yogyakarta yang telah bekerjasama dengan semangat membantu proses penelitian.

10.Teristimewa untuk Papa Muhammad Bintoro dan Mama Dyah Niken Palupi serta Uti Puji Sihati dan Uti Robingah, yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayang, doa yang selalu dipanjatkan untuk kelancaran penelitian, serta memberikan dukungan moril dan materiil kepada peneliti. Kakak Dea Marita Olivia dan Adik Anshella Figur Pratiwi serta teman


(10)

(11)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN PESETUJUAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Media Pembelajaran 1. Media Pembelajaran ... 13

2. Fungsi Media Pembelajaran ... 14

3. Manfaat Media Pembelajaran ... 17

4. Pengertian Media Gambar... 19

5. Pengertian Media Portofolio ... 21

6. Fungsi Media Pembelajaran Portofolio ... 23

7. Portofolio dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ... 24


(12)

B. Konsep Dasar Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

1. Pengerian Pembelajaran ... 26

2. Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ... 28

3. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ... 30

4. Ruang lingkup Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ... 32

C. Sikap Demokratis dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Pengertian Demokrasi ... 34

2. Prinsip Demokrasi ... 36

3. Nilai-nilai Demokrasi ... 37

4. Sikap Demokratis ... 38

5. Bentuk Sikap Demokratis di Sekolah ... 41

D. Konsep Dasar Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar ... 43

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 44

3. Pengertian Prestasi Belajar ... 45

4. Prestasi Belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ... 46

E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 48

F. Kerangka Berpikir ... 50

G. Hipotesis Penelitian ... 53

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 55

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

C. Variabel Penelitian ... 57

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 58

E. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian ... 61

F. Teknik Pengumpulan Data ... 65

G. Instrumen Penelitian... 69

H. Uji Coba Instrumen ... 74

I. Validitas dan Reabilitas... 74


(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 88

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 88

2. Deskripsi Data Penelitian ... 89

3. Uji Prasyarat Analisis Data ... 115

B. Pembahasan ... 120

1. Pengaruh Media Pembelajaran Portofolio Terhadap Sikap Demokratis Peserta Didik dalam PPKn ... 120

2. Pengaruh Media Pembelajaran Portofolio Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik dalam PPKn ... 124

C. Keterbatasan Penelitian ... 128

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 129

B. Saran ... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 132


(14)

DAFTAR TABEL Tabel

1. Desain Penelitian Pre-test-Post-test Control Group Design ... 57

2. Populasi Penelitian ... 62

3. Sampel Subjek Penelitian Kelas Kontrol ... 64

4. Sampel Subjek Penelitian Kelas Eksperimen ... 65

5. Kisi-kisi Pernyataan Lembar Angket ... 70

6. Kisi-kisi Butir Soal ... 72

7. Hasil Validitas Instrumen Angket Sikap Demokratis Peserta Didik ... 75

8. Hasil Validitas Instrumen Soal Prestasi Belajar Peserta Didik ... 76

9. Interpretasi Nilai r untuk Uji Reliabilitas Instrumen... 77

10.Kriteria Kesukaran Soal untuk Analisis Butir Soal... 81

11.Hasil Analisis Butir Soal ... 81

12.Hasil Uji Homogenitas Varian Data Sikap Demokratis dan Prestasi BelajarPeserta Didik dalam PPKn ... 84

13.Hasil Uji Normalitas Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 85

14.Kategori Perolehan Gain Skor ... 87

15.Distribusi Frekuensi Awal Sikap Demokratis Peserta Didik Kelas Kontrol ... 90

16.Distribusi Kecenderungan Perolehan Skor Awal Sikap Demokratis Peserta Didik Kelas Kontrol ... 92

17.Distribusi Frekuensi Awal Sikap Demokratis Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 94

18.Distribusi Kecenderungan Perolehan Skor Awal Sikap Demokratis Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 96

19.Distribusi Frekuensi Akhir Sikap Demokratis Peserta Didik Kelas Kontrol .. 97

20.Distribusi Kecenderungan Perolehan Skor Akhir Sikap Demokratis Peserta Didik Kelas Kontrol ... 99

21.Distribusi Frekuensi Akhir Sikap Demokratis Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 101


(15)

22.Distribusi Kecenderungan Perolehan Skor Akhir Sikap Demokratis Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 103 23.Frekuensi Awal Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas Kontrol ... 104 24.Distribusi Frekuensi Pre-test Prestasi Belajar Peserta Didik dalam PPKn

Kelas Kontrol ... 106 25.Frekuensi Awal Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 107 26.Distribusi Frekuensi Pre-test Prestasi Belajar Peserta Didik dalam PPKn

Kelas Eksperimen... 108 27.Frekuensi Akhir Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas Kontrol ... 109 28.Distribusi Frekuensi Post-test Prestasi Belajar Peserta Didik dalam PPKn

Kelas Kontrol ... 111 29.Frekuensi Akhir Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 112 30.Distribusi Frekuensi Post-test Prestasi Belajar Peserta Didik dalam PPKn

Kelas Eksperimen... 114 31.Rerata Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 115 32.Hasil Uji Normalitas Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 115 33.Hasil Uji Homogenitas Varian Data Sikap Demokratis dan Prestasi Belajar

PPKn ... 117 34.Uji-T Sikap Demokratis Awal dan Pre-test Prestasi Belajar ... 117 35.Uji-T Sikap Demokratis Akhir dan Post-test Prestasi Belajar ... 118


(16)

DAFTAR GAMBAR Gambar

1. Kerangka Berpikir ... 53 2. Paradigma Penelitian ... 68 3. Distribusi Frekuensi Awal Sikap Demokratis Peserta Didik Kelas Kontrol ... 91 4. Distribusi Frekuensi Awal Sikap Demokratis Peserta Didik Kelas

Eksperimen ... 94 5. Distribusi Frekuensi Akhir Sikap Demokratis Peserta Didik Kelas

Kontrol ... 98 6. Distribusi Frekuensi Akhir Sikap Demokratis Peserta Didik Kelas

Eksperimen ... 101 7. Distribusi Frekuensi Awal Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas Kontrol .... 105 8. Distribusi Frekuensi Awal Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas

Eksperimen ... 107 9. Distribusi Frekuensi Akhir Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas Kontrol .... 110 10.Distribusi Frekuensi Akhir Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Media Gambar ... 134

2. Lembar Validasi Media Portofolio ... 136

3. Dokumen Pelaksanaan Penelitian ... 139

4. RPP PPKN Kelas XI ... 141

5. Materi Bab 6 Menyibak Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran KewajibanWarga Negara ... 161

6. Instrumen Soal Tes Prestasi Belajar Peserta Didik ... 170

7. Kunci Jawaban Soal Tes Prestasi Belajar Peserta Didik ... 176

8. Instrumen Lembar Angket ... 177

9. Hasil Penyebaran Angket Kelas Kontrol ... 180

10.Hasil Penyebaran Angket Kelas Eksperimen ... 184

11.Hasil Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas Kontrol ... 188

12.Hasil Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 190

13.Tabulasi Data Penelitian ... 192

14.Kategorisasi Data Penelitian ... 193

15.Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Analisis Butir Soal ... 195

16.Perhitungan Kelas Interval ... 198

17.Rumus Kategorisasi ... 206

18.Hasil Uji Kategorisasi Kelas Eksperimen ... 207

19.Hasil Uji Kategorisasi Kelas Kontrol ... 208

20.Hasil Uji Deskriptif Sikap Demokratis dan Prestasi Belajar Peserta Didik .. 209

21.Hasil Uji Normalitas Sikap Demokratis dan Prestasi Belajar Peserta Didik 210 22.Hasil Uji Homogenitas Sikap Demokratis dan Prestasi Belajar Peserta Didik ... 211

23.Hasil Uji Beda T-Test ... 212

24.Hasil Gain Score ... 217


(18)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam pendidikan nasional. Seperti yang ditegaskan dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37, bahwa kurikulum pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi wajib memuat mata pelajaran PPKn di dalamnya. Mata pelajaran PPKn tentunya akan dapat membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan tentang cara bersosialisasi dan berinteraksi, serta cara mengungkapkan pendapatnya sebagai bentuk sikap demokratis baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD tahun 1945.

Pembelajaran PPKn harus berfungsi sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter peserta didik, yang berintikan pengakuan dan penghormatan terhadap hak dan kewajiban, serta keharmonisan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat yang tertib, adil, dan beradab. Menyadari betapa pentingya peran PPKn dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, melalui pemberian keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, maka melalui PPKn sekolah perlu mengembangkan diri sebagai pusat pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan serta mempersiapkan diri dalam kehidupan yang demokratis.


(19)

Pengembangan demokrasi melalui pembelajaran bukan hanya membentuk jati diri individu yang beraneka ragam, tetapi didukung juga oleh sistem yang mengembangkan sikap demokratis. Sistem pendidikan harus komprehensif yang tercermin dalam proses belajar mengajar dengan mengembangkan sikap saling menghargai atas perbedaan pendapat, kreatif dengan bebas dan bertanggung jawab.

PPKn mengajarkan pada peserta didik tentang demokrasi dalam berkehidupan. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia tidak saja pada proses pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan kepala daerah (pilkada), melainkan juga untuk menggunakan hak dalam mengungkapkan pendapatnya masing-masing di sebuah forum.

Demokrasi yang dapat ditunjukkan dalam proses pembelajaran PPKn di kelas salah satunya adalah keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Keterlibatan tersebut diantaranya dengan mengasah kreativitas peserta didik dalam pemilihan dan pemecahan masalah, mengungkapkan pendapatnya di depan kelas, melakukan diskusi dengan tetap menghargai pendapat orang lain serta dapat mempertahankan argumentasi dengan alasan yang tepat. Berdasarkan hasil pra observasi, pada dasarnya bentuk dari sikap demokratis yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas diantaranya, yaitu percaya diri, memiliki rasa tanggung jawab, toleran atau menghargai dan menghormati pendapat orang lain yang berbeda, terbuka menerima pendapat orang lain, tanggap dan berani mengemukakan pendapat dengan baik dan benar, bersikap kritis, kreatif, dan


(20)

inovatif, terhadap informasi atau pandangan sehingga tidak mudah menerima atau menolak pandangan orang lain, cerdas dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan, menghormati hak orang lain, bersikap adil dan tidak diskriminatif.

Hasil dari prestasi belajar peserta didik yang dipengaruhi oleh sikap demokratisnya dalam proses pembelajaran di kelas, adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan kemudian ditunjukkan dengan nilai tes berupa angka yang diberikan oleh pengajar. Prestasi belajar merupakan cerminan dari tingkatan yang mampu dicapai oleh peserta didik dalam meraih tujuan yang sudah ditetapkan disetiap bidang studi. Maka, idealnya peserta didik yang mencapai tingkatan yang ditentukan dalam prestasi belajar mata pelajaran PPKn adalah peserta didik yang dapat dikatakan berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran PPKn.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah favorit yang sudah menggunakan Kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya, namun proses pembelajaran di kelas dapat dikatakan belum mencerminkan penggunaan kurikulum tersebut. Meskipun begitu potensi kesiswaan yang dimiliki di SMK Negeri 3 Yogyakarta cukup baik, serta fasilitas yang memadahi membuat peserta didik banyak meraih prestasi terutama dalam bidang keteknikan, diantaranya juara Tonti, Blogging, Desain Gambar, Footsal, Desain Web, Line Follower, Robot Pintar, Tekwondo dan lain-lain. Namun, di luar bidang keteknikan, peserta didik SMK Negeri 3 Yogyakarta mempunyai nilai akademis di bawah rata-rata, terutama pada


(21)

pelajaran PPKn. Bahkan ketika pelajaran sedang berlangsung di kelas, hanya beberapa peserta didik yang bertanya untuk mengonfirmasi penjelasan guru atau pekerjaan peserta didik lain di papan tulis. Sebagian besar peserta didik lain mencatat penjelasan jawaban dari soal yang diberikan. Guru jarang memberi tugas kepada peserta didik secara kelompok. Guru terbiasa memberikan tugas individu pada peserta didik untuk mengerjakan soal di Lembar Kerja Siswa (LKS). Selain itu, fakta yang ada pada kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas dalam menumbuhkan sikap demokratis peserta didik, media pembelajaran sangat mempengaruhi hasil dari prestasi belajar dari proses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan pra observasi yang dilakukan di SMK Negeri 3 Yogyakarta, guru masih melakukan kebiasaan mengajar dengan menggunakan media konvensional yang kurang efektif. Media yang digunakan pada proses pembelajaran masih menggunakan media sederhana, misalnya media gambar yang kurang melibatkan kreativitas dan keaktifan peserta didik. Dari kesalahan pemilihan media pembelajaran yang disampaikan oleh guru, peserta didik kurang dapat memahami materi karena kurang adanya analisis dan diskusi yang melibatkan semua anggota kelas, atau dengan kata lain kurangnya penerapan sikap demokratis pada peserta didik, kemudian berdampak pada pasifnya kegiatan belajar mengajar di kelas.

Sebagian besar guru masih banyak yang belum memanfaatkan media dalam proses pembelajaran. Keberadaan media pembelajaran belum dimanfaatkan oleh guru PPKn sebagai variasi dalam pembelajaran, karena


(22)

kurangnya waktu untuk mempersiapkan media pembelajaran, selain itu juga karena faktor keengganan guru untuk menggunakan media pembelajaran karena kurangnya pengetahuan guru tentang media pembelajaran, dan pada umumnya guru sudah terbiasa menyampaikan materi pelajaran secara konvensional tanpa menggunakan media pembelajaran.

Pembelajaran biasanya hanya menggunakan media papan tulis dan buku paket serta terlalu fokus pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang membuat peserta didik menjadi bosan dan pasif dalam mengikuti pembelajaran. Meskipun begitu, terkadang guru menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran, tapi hanya untuk menunjukkan gambar yang di dalamnya menjelaskan suatu peristiwa untuk membantu penjelasan guru dan tanpa melibatkan diskusi dengan seluruh anggota kelas.

Jika kondisi ini terus berlangsung, maka proses pembelajaran menjadi monoton dan membosankan yang akan menurunkan kualitas pembelajaran itu sendiri. Penurunan kualitas pembelajaran tersebut akan mengakibatkan penurunan minat peserta didik terhadap pelajaran PPKn yang pada akhirnya akan menurunkan prestasi belajar peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran PPKn pada saat melakukan observasi di sekolah, diperoleh hasil bahwa setiap ulangan harian, nilai peserta didik masih banyak yang dibawah rata-rata nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75. Peserta didik cenderung mendapatkan nilai memuaskan di bidang yang melibatkan praktek dalam proses pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena pada mata pelajaran PPKn peserta didik kurang terlibat aktif dalam proses


(23)

pembelajaran, sehingga peserta didik kurang bisa memahami materi pembelajaran. Pernyataan tersebut didukung dengan data yang diperoleh saat pra observasi di SMK Negeri 3 Yogyakarta terbukti dari nilai ulangan harian diperoleh rata-rata nilai kelas XI SMK Negeri 3 Yogyakarta masih rendah yaitu 68,58 dibawah target nilai KKM yaitu 75 di mana 41,17% atau 12 peserta didik belum tuntas, sedangkan 58,82% atau 20 peserta didik sudah tuntas dalam pembelajarannya.

Melalui pembelajaran PPKn di SMK Negeri 3 Yogyakarta, guru dapat menggunakan media yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran sehingga mengupayakan agar setiap peserta didik dapat berinteraksi secara aktif dengan menunjukkan sikap demokratis di depan kelas dan mengungkapkan argumentasinya secara ilmiah. Salah satu fungsi dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang akan mempengaruhi kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh seorang guru. Maka dalam suatu pembelajaran perlu diciptakan suatu suasana yang tidak membosankan, oleh sebab itu suatu media pembelajaran akan bisa membawa dan membangkitkan semangat peserta didik, sehingga dapat menarik perhatian peserta didik.

Melalui media portofolio diharapkan dapat membuat peserta didik berperan aktif dalam kelompok, melalui pembuatan media yang menuntut kreativitas peserta didik secara bersama-sama dan berdiskusi dalam kelompok, sehingga dengan begitu peserta didik akan belajar berdemokrasi secara musyawarah dan mufakat untuk menentukan masalah yang akan diulas dalam


(24)

format media portofolio beserta penjelasannya. Dengan menggunakan media portofolio dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran. Kemudian peserta didik akan mendapat pengalaman secara langsung, sehingga dapat membuat proses pembelajaran terpusat pada peserta didik dan lebih interaktif, peserta didik akan lebih mudah mengingat apa yang dipelajari karena peserta didik membuatnya sendiri.

Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai, pengaruh penggunaan media portofolio terhadap sikap demokratis dan prestasi belajar peserta didik, karena menurut peneliti media portofolio dapat mengembangkan kreativitas peserta didik, memupuk keberanian, dan melatih keterampilan peserta didik dalam mencari solusi pada suatu permasalahan yang dihadapi. Selain itu juga untuk membantu peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan guru dengan lebih mudah. Portofolio digunakan dalam pembelajaran, dengan tujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik agar mampu memahami dan menghayati berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Pertimbangan pokok dalam menentukan media pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran. Tentu saja orientasinya pada peserta didik supaya dapat belajar secara optimal. Jadi media pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan belajar. Dalam media pembelajaran portofolio ini peserta didik dituntut untuk berpikir cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif dan bertanggung jawab melalui tugas-tugas yang dikerjakan dalam format portofolio. Dengan tugas-tugas portofolio yang


(25)

peserta didik kerjakan selama proses pembelajaran akan membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik.

Pada dasarnya media pembelajaran berbasis portofolio adalah teori belajar konstruktivisme dalam hal ini peserta didik melakukan interaksi dengan lingkungan atau di luar kelas/sekolah saat membangun dan memperoleh pengetahuannya. Melalui pembelajaran portofolio diharapkan pengetahuan yang telah diperoleh dapat tersimpan secara mendalam, karena peserta didik secara langsung menerima informasi dan memperoleh pengalaman fisik dan mental.

Media pembelajaran portofolio memungkinkan peserta didik untuk bisa memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari buku bacaan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari kemudian mencari informasi mengenai suatu masalah dan mencari alternatif kebijakan yang sesuai untuk memeahkan masalah tersebut. Format media pembelajaran portofolio diawali dengan isu atau masalah yang memerlukan suatu pemecahan yang ditampilkan dengan kreativitas masing-masing kelompok dan berisikan karya terpilih dalam satu kelas dengan cara memilih, membahas, mencari data, menganalisis dan mencari pemecahannya terhadap suatu masalah yang dikaji.

Dengan adanya perkembangan ilmu dan teknologi, diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menunjang keefektifan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada peningkatan sikap demokratis yaitu kreativitas peserta didik,


(26)

keterampilan mengungkapkan pendapat dan mempertahankan argumentasi Keefektifan tersebut diharapkan akan membawa hasil berupa nilai prestasi belajar peserta didik yang optimal dalam mata pelajaran PPKn.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi permasalahannya antara lain, adalah sebagai berikut.

1. Proses belajar mengajar di kelas XI SMK Negeri 3 Yogyakarta masih terfokus pada guru, materi yang disajikan oleh guru dan belum disampaikan secara menarik karena guru masih menggunakan media konvensional yang kurang melibatkan keaktifan dan kreativitas peserta didik.

2. Sikap demokratis peserta didik kelas XI SMK Negeri 3 Yogyakarta yang ditunjukkan melalui pembelajaran PPKn masih rendah.

3. Minat beajar peserta didik kelas XI SMK Negeri 3 Yogyakarta dalam proses pembelajaran PPKn masih rendah.

4. Prestasi belajar peserta didik kelas XI SMK Negeri 3 Yogyakarta belum memenuhi KKM.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang pengembangann media pembelajaran yaitu media portofolio dalam proses pembelajaran PPKn untuk meningkatkan sikap demokratis dan prestasi belajar peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan khususnya bagi peserta didik kelas XI jurusan Teknik Listrik SMK Negeri 3 Yogyakarta. Adapun penelitian ini dibatasi pada


(27)

masalah tersebut, disebabkan karena prestasi belajar peserta didik masih dibawah nilai KKM, hal tersebut terjadi salah satunya karena peserta didik mendapat keterbatasan dalam mengasah kreativitasnya sehingga kurang adanya diskusi atau analisis yang melibatkan partisipasi semua anggota kelas atau dengan kata lain kurangnya penerapan sikap demokratis pada peserta didik, kemudian berdampak pada pasifnya kegiatan belajar mengajar di kelas. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi yang telah disampaikan di atas, diajukan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apakah pengaruh dari penggunaan media pembelajaran portofolio lebih besar dibandingkan media pembelajaran gambar terhadap sikap demokratis peserta didik kelas XI di SMK Negeri 3 Yogyakarta?

2. Apakah pengaruh dari penggunaan media pembelajaran portofolio lebih besar dibandingkan media pembelajaran gambar terhadap prestasi belajar peserta didik kelas XI di SMK Negeri 3 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran portofolio terhadap sikap demokratis peserta didik kelas XI di SMK Negeri 3 Yogyakarta.


(28)

2. Mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran portofolio terhadap prestasi belajar peserta didik kelas XI di SMK Negeri 3 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis.

Dapat digunakan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai penggunaan media pembelajaran portofolio terhadap sikap demokratis dan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran PPKn di sekolah.

2. Manfaat praktis. a. Manfaat bagi Guru

Memberikan informasi kepada guru mengenai media pembelajaran yang lebih melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran PPKn di sekolah yaitu dengan menggunakan media pembelajaran portofolio, sehingga guru bisa menerapkan di kelas dan memotivasi supaya prestasi belajar peserta didik yang dicapai dapat optimal.

b. Manfaat bagi Sekolah

Dapat mengetahui karakteristik peserta didik sehingga mampu mengupayakan tindakan yang relevan dengan kondisi peserta didik. c. Manfaat bagi Peserta Didik.

a) Memberikan suasana pembelajaran yang berbeda dengan yang selama ini dialami sehingga dapat menghilangkan rasa bosan dan jenuh pada diri peserta didik.


(29)

b) Peserta didik terlatih untuk menumbuhkan kreativitasnya dan juga berperan aktif serta berpartisipasi dalam pembelajaran di kelas baik dengan sesama peserta didik maupun dengan guru sehingga menghilangkan anggapan bahwa belajar belajar di kelas hanya bepusat pada guru.

d. Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan media pembelajaran portofolio agar penelitian yang dihasilkan dapat sesuai dengan perkembangan jaman yang semakin modern.


(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Media Pembelajaran

1. Media Pembelajaran

Kata media, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara

etimologi berarti perantara atau pengantar. Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu “medius” yang artinya tengah, perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Daryanto, 2010: 4). Heinich, dkk., (1982) sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad (2011: 4) mengemukakan media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Selanjutnya menurut Daryanto (2010: 4-5) media merupakan salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Menurut Gerlach dan Ely sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad (2011: 3) mengatakan bahwa media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, menyusun informasi yang bersifat visual (Azhar Arsyad, 2011: 3). Selain itu Hamidjojo (1993) sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad (2011: 4) memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga sampai kepada penerima yang dituju.


(31)

Menurut penjelasan beberapa ahli di atas, yang dimaksud dengan media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim yaitu guru kepada penerima pesan yaitu peserta didik. Pengertian media dalam penelitian ini adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga bisa mendorong terjadinya proses belajar pada peserta didik.

Melihat makna media di atas, yakni sebagai “perantara atau pengantar”, maka peneliti mendefinisikan media sebagai segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional dan mengandung maksud pengajaran maka media tersebut disebut media pembelajaran. Dalam penggunaan media pembelajaran, dianjurkan untuk merencanakan secara sistematik agar pembelajaran berjalan efektif dan penggunaan media pembelajaranpun berjalan secara efektif pula. Pembelajaran efektif dengan menggunakan media perlu direncanakan dengan baik agar dapat menumbuhkan minat peserta didik, menyampaikan materi baru, melibatkan peserta didik secara aktif, mengevaluasi tingkat pemahaman peserta didik, menetapkan tindak lanjut.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur terpentingnya adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa fungsi utama media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah sebagai alat


(32)

bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Azhar Arsyad, 2011: 15).

Hamalik sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad (2011: 15), mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Dijelaskan pula oleh Daryanto (2010: 5) bahwa secara umum media berguna untuk memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistik, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara peserta didik dengan sumber belajar, memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Menurut Azhar Arsyad (2011: 15-16) penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat peserta didik, media pembelajaran juga dapat membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.

Levie dan Lentsz (1982) sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad (2011: 16-17), mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian peserta didik untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran


(33)

yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sering kali pada awal pelajaran peserta didik tidak tertarik dengan materi pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media visual yang diproyeksikan dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi materi pelajaran semakin besar.

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap peserta didik. Misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu peserta didik yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan peserta didik yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Kegunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, sangat banyak antara lain adalah sebagai sarana untuk memperjelas penyajian pesan


(34)

agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka), selain itu dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk menumbuhkan gairah belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan-kenyataan, memungkinkan peserta didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Berdasarkan penjelasan dari para ahli tersebut, pada dasarnya pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan partisipasi, keaktifan dan menumbuhkan perhatian peserta didik di dalam kelas. Media pembelajaran dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan peserta didik, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Media pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan atau kompetensi dasar. 3. Manfaat Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar yang pada akhirnya diharapkan dapat mempertinggi prestasi belajar yang dicapainya. Menurut Kemp dan Dayton (1985) sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad (2011: 21-23), mengemukakan bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran diantaranya, penyampaian pelajaran menjadi lebih menarik karena media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat peserta didik tetap terjaga dalam memperhatikan pelajaran, pembelajaran lebih interaktif karena


(35)

dapat meningkatkan partisipasi peserta didik, memberikan umpan balik dan penguatan, lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dengan kemungkinannya diserap oleh peserta didik juga lebih banyak dan yang terakhir peran guru dapat berubah karena beban guru untuk menjelaskan materi secara berulang-ulang dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga guru dapat berubah peran menjadi konsultan atau penasihat peserta didik. Nana Sudjana dkk., (2009: 2) menyebutkan manfaat media pembelajaran antara lain akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga menumbuhkan motivasi belajar, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami peserta didik dan memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pembelajaran dengan lebih baik, peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Hamalik sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad (2011: 25), manfaat media pembelajaran adalah untuk memperbesar perhatian peserta didik, memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan peserta didik, membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan peserta didik dalam menyusun kalimat yang mudah dimengerti peserta didik, dan memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.


(36)

Penggunaan media pembelajaran pada orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan menyampaian pesan serta isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat peserta didik, media pembelajaran juga dapat membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya.

Dari pernyataan-pernyataan yang dijelaskan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat mempertinggi proses pembelajaran bagi peserta didik, karena hal-hal sebagai berikut.

a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik, dan memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pembelajaran dengan lebih baik;

c. Media mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi jika guru mengajar untuk setiap jam pelajaran;

d. peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

4. Pengertian Media Gambar

Media merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Media pembelajaran banyak sekali jenis dan


(37)

macamnya, salah satunya adalah media visual yaitu media gambar. Diantara media pembelajaran, media yang melibatkan gambar adalah media yang paling umum dipakai. Salah satu media pembelajaran di sekolah adalah media gambar. Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk 2 dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, dan opaque proyektor. Pendapat lain disampaikan oleh Soelarko (1980) sebagaimana dikutip oleh Ayu Prasetyarini (2013: 2), media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya yang relatif terhadap lingkungan. Pada prinsipnya media gambar itu merupakan gagasan yang dicetuskan dalam bentuk ilustrasi gambar yang disederhanakan dan dibuat dalam ukuran besar, bertujuan untuk menarik perhatian, membujuk, memotivasi atau mengingatkan pada gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu (Nana Sudjana, 2009: 54).

Dari pemaparan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam hal pendidikan, gambar merupakan gagasan yang diwujudkan dalam bentuk ilustrasi objek gambar yang disederhanakan yang dibuat dengan ukuran besar. Gambar tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi dia mampu pula untuk menjelaskan suatu peristiwa tertentu bagi orang yang melihatnya. Secara umum gambar yang baik hendaklah sederhana, dapat menyajikan satu ide untuk mencapai satu tujuan pokok.


(38)

5. Pengertian Media Portofolio

Salah satu media pembelajaran yang banyak dibicarakan dan dipelajari terutama untuk penilaian adalah media portofolio. Portofolio adalah bundel, yaitu berupa kumpulan karya atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan dalam satu bundel. Misalnya dapat berupa tugas-tugas, catatan harian, sertifikat penghargaan atas prestasi yang pernah diraih, hasil tes belajar yang dilakukan secara periodik, dan sebagainya (Mukhamad Murdiono, 2012: 68). Menurut Popham (1995) sebagaimana dikutip oleh Tukiran Taniredja, dkk., (2011: 5) mendefinisikan portofolio sebagai suatu koleksi yang sistematis dari suatu pekerjaan, dalam dunia pendidikan, portofolio berkenaan dengan kumpulan yang sistematis dari pekerjaan peserta didik. Airasian (1994) sebagaimana dikutip oleh Tukiran Taniredja, dkk., (2011: 6) mengemukakan portofolio adalah kumpulan karya peserta didik yang dirancang untuk memperllihatkan gaya atau karya peserta didik berdasarkan kemampuannya. Sedangkan Budimansyah (2002) sebagaimana dikutip oleh Tukiran Taniredja, dkk., (2011: 6) memberikan pengertian bahwa portofolio merupakan suatu kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu, berupa karya terpilih dari satu kelas secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan untuk memecahkan masalah. Lebih lanjut dijelaskan juga oleh Yuliani Nurani Sujiono (2010: 7) bahwa portofolio adalah berkas pengkajian terhadap suatu permasalahan atau topik tertentu yang harus dikaji secara mendalam dan menyeluruh yang dimulai dari proses pengumpulan, penggabungan dan interpretasi untuk mengambil keputusan.


(39)

Model pembelajaran yang melibatkan media portofolio merupakan teori belajar konstruktivisme dalam hal ini peserta didik melakukan interaksi dengan lingkungan atau di luar kelas/sekolah saat membangun dan memperoleh pengetahuannya. Melalui pembelajaran portofolio diharapkan pengetahuan yang telah diperoleh dapat tersimpan secara mendalam, dan menumbuhkan keaktifan peserta didik melalui sikap demokratis yang ditunjukkan, karena peserta didik secara langsung menerima informasi dan memperoleh pengalaman fisik dan mental. Setiap portofolio harus memuat bahan-bahan yang menggambarkan usaha terbaik peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencangkup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang paling penting untuk ditampilkan (Mukhamad Murdiono, 2012: 69).

Pembelajaran berbasis portofolio merupakan strategi pembelajaran yang sangat tepat digunakan dalam rangka membangun kreativitas, keterampilan, dan keaktifan dari peserta didik. Pembelajaran berbasis media portofolio memungkinkan peserta didik:

a. Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari buku bacaan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas baik informasi yang sifatnya benda/bacaan, penglihatan (objek langsung, TV, radio, dll.) maupun orang/pakar/tokoh.


(40)

d. Membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang ada di masyarakat.

e. Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas (Mukhamad Murdiono, 2012: 73).

Jadi dapat ditarik kesimpulan pengertian portofolio di sini adalah suatu kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang di seleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang peserta didik, tetapi dalam pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya terpilih dari satu kelas peserta didik secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang dikaji.

6. Fungsi Media Pembelajaran Portofolio

Herman, Gearhart dan Ashbacher sebagaimana dikutip oleh Yuliani Nurani Sujiono (2010: 4-5) menjelaskan beberapa fungsi portofolio dalam proses pembelajaran di kelas dibandingkan dengan proses pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan oleh pengajar. Portofolio yang digunakan dalam kelas memiliki dua fungsi, yaitu dapat digunakan sebagai suatu bentuk penilaian dan sekaligus teknik pembelajaran yang akan membantu kesempurnaan dalam proses pembelajaran. Freedman dalam Herman sebagaimana dikutip oleh Yuliani Nurani Sujiono (2010: 5) menambahkan


(41)

bahwa banyak pertimbangan keuntungan potensial portofolio, khususnya jika dibandingkan dengan proses pembelajaran secara konvensional sebab portofolio berisikan hasil pembelajaran di kelas. Alasan yang dikemukakannya adalah sebab hasil kerja atau penampilan peserta didik dalam tugas-tugasnya dapat memberikan bukti seberapa besar hasil kerja yang dapat diselesaikan oleh peserta didik tersebut.

Pada akhirnya yang terpenting adalah bahwa melalui pembelajaran dengan media portofolio, peserta didik dapat merefleksikan dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar, penilaian terhadap hasil belajar mereka dan juga cara belajar mereka sendiri. Lebih luas lagi portofolio dapat memberikan bukti yang dapat dipercaya kepada orang tua dan lingkungannya terhadap prestasi belajar peserta didik.

7. Portofolio dalam Pembelajaran PPKn

Istilah portofolio dalam pendidikan telah sering kali digunakan, tetapi dengan tujuan dan bentuk pelaksanaan yang berbeda-beda (Yuliani Nurani Sujiono 2010: 10). Portofolio dalam pembelajaran PPKn dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yang berbeda salah satunya adalah portofolio sebagai media. Pembelajaran berbasis media portofolio menyangkut pengembangan dan produksi media. Portofolio sebagai media kumpulan pekerjaan peserta didik yang bermanfaat, terintegrasi, dan dipilih menurut garis panduan yang ditetapkan (Mukhamad Murdiono, 2012: 76).

Menurut CCE Indonesia (2003) sebagaimana dikutip oleh Mukhamad Murdiono (2012: 76) spesifikasi portofolio terdiri dari bagian tayangan dan


(42)

bagian dokumentasi. Bagian pertama adalah bagian tayangan terdiri dari empat panel papan gambar atau papan busa atau yang sejenis berisikan tulisan, bagan grafik, tabel atau gambar yang terdiri dari empat panel, panel identifikasi, panel alternatif pemecahan masalah, panel pemecahan masalah yang dipilih dan panel rencana tindakan. Panel-panel tersebut dibuat dengan tampilan yang menarik dan mudah untuk dipahami. Selain itu, karena panel tersebut mengikuti alur berpikir ilmiah, maka dibuat sebagai satu rangkaian dan terstruktur secara sistematis (Mukhamad Murdiono, 2012: 76).

Bagian selanjutnya adalah bagian dokumentasi, berisikan tulisan lengkap maupun bahan visual yang mendukung kelengkapan informasi masing-masing panel bagian tayangan ditambah satu bab refleksi atau evaluasi diri. Bagian dokumentasi ini dimasukkan dalam map dengan warna yang berbeda untuk memudahkan dalam mencari informasi pendukung yang diperlukan. Tulisan ataupun informasi yang dimasukkan ke dalam bagian dokumentasi adalah yang relevan atau mendukung permasalahan yang menjadi kajian kelas. Dokumentasi disusun dengan rapi, diberi daftar isi dan halaman agar mudah dalam mencari informasi pendukung bagian tayangan (Mukhamad Murdiono, 2012: 76).

Portofolio dalam pembelajaran PPKn merupakan sarana bagi peserta didik untuk mengekspresikan dirinya dan menunjukkan eksistensinya di depan kelas bahwa peserta didik tersebut mempunyai kreativitas dan pendapat yang berbeda dengan teman lainnya. Portofolio menempatkan diri sebagai alat


(43)

untuk menuangkan ide dan pendapat dari anggota kelompok dalam suatu kelas yang telah dipilih dari berbagai usulan anggota kelompok.

B. Konsep Dasar Pembelajaran PPKn 1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam hal ini pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan rancangan. Belajar menurut Yuliani Nurani Sujiono (2010: 41) merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan sekolah maupun lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Proses pembelajaran dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suatu interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tentu setidaknya adalah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (20) dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) sebagaimana dikutip oleh Mukhamad Murdiono (2012: 20-21) istilah pembelajaran merujuk pada terjadinya proses belajar mengajar. Belajar merupakan proses internal peserta didik dan pembelajaran merupakan kondisi eksternal peserta didik. Dilihat dari sisi peserta didik menurut Mukhamad


(44)

Murdiono (2012: 21), pembelajaran sebagai suatu proses yang kompleks merupakan kegiatan peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, agar menjadi seseorang yang lebih baik. Kemampuan kognitif dapat berupa penguasaan peserta didik terhadap sejumlah pengetahuan atau informasi yang diperoleh melalui proses belajar. Komponen afektif mencerminkan nilai-nilai yang menjadi acuan bagi peserta didik dalam bersikap. Sementara kemampuan psikomotorik dapat berupa keterampilan atau perilaku yang dimiliki peserta didik (Mukhamad Murdiono, 2012: 21).

Merujuk pada teori kognitif yang mendasari pengembangan media pembelajaran, jelaslah bahwa belajar bukan hanya sekedar pengalaman atau hasil belajar tetapi yang lebih penting adalah bagaimana proses pencapaian tujuan belajar tersebut (Yuliani Nurani Sujiono, 2010: 41). Artinya belajar sebagai suatu proses merupakan kegiatan yang aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk usaha untuk mencapai tujuan (Yuliani Nurani Sujiono, 2010: 41).

Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran dapat dikatakan sebagai bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.


(45)

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Selain itu pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat peserta didik belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. Pembelajaran dalam penelitian ini mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru.

2. Pengertian PPKn

Pengertian Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Menurut Mansoer sebagaimana dikutip oleh Muhamad Erwin (2013: 2) pada hakikatnya PPKn itu merupakan hasil dari sintesis antara civic education, democracy education, serta citizenship yang berlandaskan pada Filsafat Pancasila serta mengandung identitas nasional Indonesia serta materi muatan tentang bela negara. Selanjutnya menurut Muhamad Erwin (2013: 3) PPKn di Indonesia merupakan pendidikan kebangsaan dan kewarganegaraan yang berhadapan dengan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, demokrasi, HAM, dan cita-cita untuk


(46)

mewujudkan masyarakat madani Indonesia dengan menggunakan Filsafat Pancasila sebagai pisau analisisnya. Karena itu, program PPKn memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan, politik dan hukum negara, serta teori umum yang lain yang cocok dengan target tersebut.

Maka secara garis besar PPKn dapat diartikan sebagai usaha persiapan generasi muda (peserta didik) untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakatnya. PPKn adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat yang partisipatif, berpikir kritis dan bertindak demokratis melalui suatu pendidikan yang dialogial.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa PPKn adalah suatu mata pelajaran yang merupakan satu rangkaian proses untuk mengarahkan peserta didik menjadi warga negara yang berkarakter bangsa Indonesia, cerdas, terampil, dan bertanggung jawab sehingga dapat berperan aktif dalam masyarakat sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945. Dalam penelitian ini pengertian PPKn diartikan sebagai suatu pendidikan politik yang bertujuan melatih peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis, membina peranan warga negara dalam kehidupan bernegara sesuai ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.


(47)

3. Tujuan PPKn

Secara umum tujuan ialah sesuatu yang ingin dicapai. Menurut penjelasan Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membentuk individu menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan, cinta tanah air serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan kata lain, PPKn diharapkan dapat membentuk warga negara yang memiliki nasionalisme serta tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Selanjutnya dijelaskan pula oleh Mukhamad Murdiono (2012: 49) bahwa tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan membekali peserta didik agar memiliki kemampuan untuk berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab serta bertindak cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu menurut Muhamad Erwin (2013: 7) esensi dari PPKn ini diarahkan sebagai pendidikan demokrasi untuk membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab serta sekaligus dalam upaya untuk menjadikan warga negara yang baik dan demokratis. Dengan kata lain PPKn bertujuan membekali peserta didik untuk dapat berkembang secara positif dan demokratis berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila.

Selain itu tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan juga diatur dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Tujuannya adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.


(48)

a. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Mukhamad Murdiono, 2012: 48).

Dari tujuan yang dikemukakan di atas, diketahui bahwa tujuan PPKn memuat beberapa hal yang memuat nilai-nilai karakter. Untuk mencapai tujuan tersebut PPKn memiliki komponen-komponen yang diajukan oleh Branson (1999) yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan karakter kewarganegaraan (civic disposition) (Mukhamad Murdiono, 2012: 35).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikemukakan tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewaranegaran dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang fokus pada pembentukan warga negara yang memiliki keterampilan intelektual dengan pemikiran yang kritis dan analitis, keterampilan berpartisipasi dalam setiap kegiatan, bersikap dan bertindak demokratis serta


(49)

memiliki karakter kewarganegaraan yang kuat sehingga menjadikan warga negara yang cerdas dan berkarakter.

4. Ruang Lingkup PPKn

Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan diatur dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Ruang Lingkup mata pelajaran PKn untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

c. Hak Asasi Manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan


(50)

pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

e. Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

f. Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila, meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

h. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi (Mukhamad Murdiono, 2012: 50-52).

Berdasarkan ruang lingkup PKn di atas, diketahui bahwa materi yang ada dalam PPKn terdiri dari diantaranya tentang materi nilai-nilai, norma dan peraturan hukum yang mengatur perilaku warga negara, kehidupan demokratis, menghargai perbedaan, kebebasan mengeluarkan pendapat sehingga diharapkan peserta didik dapat mengamalkan materi tersebut dalam


(51)

kehidupan sehari-hari menjadi karakter pribadi yang melekat pada setiap individu peserta didik.

C. Sikap Demokratis dalam PPKn 1. Pengertian Demokrasi

Secara etimologi, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata demos yang berarti rakyat dan cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi secara bahasa demos-cratein atau demos-cratos adalah pemerintah oleh rakyat atau kekuasaan oleh rakyat (Winarno, 2007: 89-90). Definisi demokrasi menurut Muhamad Erwin (2013: 129) kedaulatan rakyat (demokrasi) yang dimaksud dalam kehidupan bernegara adalah untuk merujuk kepada sistem penyelenggaraan sistem pemerintahan yang dilaksanakan bersama rakyat. Dengan demikian pada negara yang menganut sistem demokrasi, kekuasaan pemerintahannya terbatas dan pemerintah tidak dapat bertindak sewenang-wenang (Muhamad Erwin, 2013: 129). Ada satu lagi pengertian demokrasi yang dianggap paling populer diantara pengertian yang ada. Pengertian tersebut dikemukakan pada tahun 1963 oleh Abraham Lincoln sebagaimana dikutip oleh Winarno (2007: 92) yang mengatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (government of the people, by the people, and for the people).

Demokrasi di negara Indonesia bersumber dari Pancasila dan UUD 1945 sehingga sering disebut demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila berintikan musyawarah untuk mufakat, dengan berpangkal tolak pada paham


(52)

kekeluargaan dan gotong royong yang ditujukan kepada kesejateraan. Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersikap mutlak, tetapi harus dengan tanggung jawab sosial.

Secara subtantif pendidikan demokratis diperlukan untuk mendidik warga negara yang baik guna menjamin terwujudnya masyarakat demokratis. Menurut Zamroni (2011) sebagaimana dikutip oleh Winarno (2007: 111-112) pendidikan demokrasi bertujuan mempersiapkan warga masyarakat berperilaku dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan pada generasi baru yang menyadari akan tiga hal. Pertama, demokrasi adalah bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-hak warga negara. Kedua, demokrasi adalah suatu learning process yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain. Ketiga, kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan menstransformasikan nilai-nilai demokrasi (kebebasan, persamaan dan keadilan, serta loyal) kepada sistem politik yang bersifat demokratis.

Kebebasan dan persamaan adalah pondasi utama demokrasi. Melalui pendidikan demokrasi peserta didik disiapkan sebagai warga negara yang baik dan dapat menjadi harapan bangsa sebagai pemimpin di kemudian hari. Indonesia yang merupakan negara demokratis perlu memiliki pemimpin dari generasi penerus bangsa yang menguasai ilmu tentang demokrasi supaya sikap demokratis selalu menjadi dasar untuk kehidupan yang harmonis dan saling menghargai perbedaan di atas pluralisme. Meskipun begitu peserta didik perlu dikenalkan mengenai kehidupan demokratis sejak dini supaya mereka terbiasa


(53)

mengatasi perbedaan yang ada di lingkungan terdekatnya dan memecahkan masalah dengan mengasah kreativitasnya serta menggunakan hak mengungkapkan pendapatnya dengan cara yang baik.

2. Prinsip Demokrasi

Dalam pandangan Robert A. Dahl sebagaimana dikutip oleh Sunarso (2008: 75-76), prinsip-prinsip utama demokrasi meliputi:

a. Kompetisi

Yakni memberikan peluang yang sama untuk bersaing bagi setiap individu, kelompok dan organisasi (khususnya partai politik) untuk menduduki kekuasaan dalam pemerintahan. Kompetisi tentunya berlangsung dalam jangka waktu yang teratur, tertib dan damai.

b. Partisipasi

Yakni memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk terlibat dalam pemilihan pemimpin melalui pemilihan yang bebas secara teratur dan terlibat dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik.

c. Kebebasan

Yakni memberikan jaminan kebebasan berpendapat, kebebasan pers, kebebasan mendirikan dan menjadi anggota organisasi yang dijamin dapat menjadi saluran partisipasi dan kompetisi.


(54)

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa, dalam prinsip-prinsip demokrasi menekankan adanya kompetisi, partisipasi, dan kebebasan. Dengan kata lain paham tersebut memiliki makna, bahwa demokrasi yang dilakukan di sekolah melalui tugas kelompok di kelas adalah dengan adanya musyawarah dan mufakat dalam rangka memilih kasus kemudian dipecahkan menurut teori yang ada secara bersama-sama. Kegiatan ini dimaksudkan supaya peserta didik bisa mengasah kreativitasnya dan mengungkapkan pendapatnya tapi juga bisa menerima pendapat orang lain dengan dituangkan melalui format portofolio.

3. Nilai-nilai Demokrasi

Nilai-nilai demokrasi adalah nilai yang sangat diperlukan untuk mengembangkan pemerintahan yang demokratis. Zamroni (2011) sebagaimana dikutip oleh Winarno (2007: 98) menyebutkan bahwa, adanya kultur atau nilai demokrasi antara lain: toleransi, kebebasan mengemukakan pendapat, menghormati perbedaan pendapat, memahami keanekaragaman dalam perbedaan, terbuka dan komunikasi, menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan, percaya diri, tidak menggantungkan pada orang lain, saling menghargai, mampu mengekang diri, dan kebersamaan, serta keseimbangan. Selain itu menurut Henry B. Mayo sebagaimana yang juga dikutip dalam Winarno (2007: 111) nilai-nilai demokrasi diperlukan unuk mengembangkan sikap yang demokratis. Nilai tersebut diantaranya damai dan sukarela, adil dan menghargai perbedaan, menghormati kebebasan, memahami keanekaragaman, teratur, paksaan yang minimal dan memajukan ilmu.


(55)

Demokrasi tidak akan datang, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dalam kehiduan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Demokrasi perlu ditanamkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (Winarno, 2007: 99). Di sekolah, demokrasi bisa diajarkan melalui PPKn yaitu mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur yang berakar pada budaya bangsa Indonesia dan diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari para peserta didik. Di sekolah pendidikan demokrasi bisa diaktualisasikan melalui organisasi-organisasi yang ada di sekolah.

Nilai-nilai demokrasi merupakan nilai yang diperlukan untuk mengembangkan kehidupan yang demokratis. Nilai yang dikembangkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari akan menjadi budaya demokrasi. Maka dalam penelitian ini nilai-nilai demokrasi yang perlu dikembangkan dalam mata pelajaran PPKn adalah menjamin tegaknya keadilan dalam berpendapat di kelas, penggunaan kebebasan berpendapat semaksimal mungkin, menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga, menjamin terselenggaranya musyawarah secara damai tanpa gejolak, mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman.

4. Sikap Demokratis

Sikap atau kultur demokrasi menunjuk pada berlakunya nilai-nilai demokrasi di lingkungannya (Winarno, 2007: 111). Dijelaskan pula oleh Wayan Nurkancana dkk., (1982: 275) bahwa sikap dapat didefinisikan sebagai


(56)

suatu predisposisi atau kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu maupun objek tertentu. Sikap ini akan memberikan arah kepada perbuatan atau tindakan seseorang. Secara umum, demokratis berarti bersifat demokrasi/berciri demokrasi. Jika dikaitkan dengan komponen kognitif yang merupakan sikap yang menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang dikaitkan dengan objek sikap yang dihadapinya dengan cara tertentu, maka sikap demokratis dapat diartikan perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang/peserta didik dalam menerima dan melaksanakan prinsip demokrasi dalam pembelajaran.

Sikap demokratis adalah bagian dari kepribadian seseorang yang mendorong untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi, yaitu adalah toleransi, kebebasan mengemukakan pendapat, menghormati perbedaan pendapat, memahami keanekaragaman dalam masyarakat, terbuka dan komunikasi, menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan, percaya diri, tidak menggantungkan pada orang lain, saling menghargai, mampu mengekang diri, kebersamaan serta keseimbangan (Ninis Ristiani Septiliana, 2011: 28).

Indikator untuk mengukur sikap demokratis seseorang yang dalam penelitian ini adalah peserta didik di sekolah adalah bersedia mendengarkan pendapat orang lain, tidak membenci orang lain yang berbeda pendirian, tidak memaksa orang lain untuk mengikuti pandangan diri sendiri, mendengarkan


(57)

orang lain yang sedang berbicara, suka meminta pendapat orang lain, mempertimbangkan pendapat orang lain yang lebih baik, bersedia menerima pendapat yang dinilai lebih baik, mengakui pandangan sendiri jika ternyata keliru, memberikan pendapat secara lisan dan atau tulisan, bersedia memberikan pendapat secara tulus, memberikan pendapat dengan menggunakan tata krama dan santun bahasa yang baik, selalu menopang pendapatnya dengan alasan atau argumen yang kuat, bersikap cermat dalam informasi atau pandangan sehingga tidak mudah menerima dan menolak pandangan orang lain, mendengarkan pendapat orang lain, bersedia menggali alasan di balik pendapat orang lain yang dikemukakan, menyanggah pendapat orang lain dengan pandangan diri sendiri yang didukung argumen yang kuat, memilih persoalan dengan cermat, mengidentifikasi berbagai alternatif pemecahan masalah, mengumpulkan berbagai data dan informasi yang mendukung, memilih alternatif pemecahan masalah yang paling tepat dan layak, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menggunakan haknya dengan baik, tidak mencemoohkan orang lain karena berbeda bahasa dan budaya (Ninis Ristiani Septiliana, 2011: 33-40).

Melalui sikap demokratis yang ditunjukkan peserta didik di sekolah tentunya akan dapat mengatasi masalah melalui usulan pendapat dari berbagai sudut pandang yang sesuai. Pada dasarnya sikap demokratis bisa diamalkan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat, sehingga peserta didik akan bisa mengungkapkan pendapatnya masing-masing dalam suatu forum.


(58)

5. Bentuk Sikap Demokratis di Sekolah

Pendidikan demokrasi dapat saja merupakan pendidikan yang diintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi misal dalam mata pelajaran PPKn di sekolah (Winarno, 2007: 113). Suatu hal yang harus diciptakan di sekolah dalam penanaman sikap demokrasi salah satunya adalah dengan membangun suasana demokratis yaitu menghargai hak-hak orang lain dalam menyampaikan pendapat dan saran, berekspresi, dan berkreasi. Suasana di sekolah haruslah suasana yang menunjukkan adanya kebebasan mengeluarkan pendapat sesuai sopan santun demokrasi. Adanya suasana demokratis di lingkungan sekolah akan memberi pengaruh pada perkembangan sikap demokratis terutama sikap saling menghargai dan saling memaafkan (Nur Chayati, 2012: 5-8).

Bentuk dari sikap demokratis yang terjadi di lingkungan sekolah contohnya adalah pemilihan organisasi sekolah dan kelas dengan musyawarah, pembagian tugas piket yang merata, interaksi dan komunikasi yang lancar antara guru, peserta didik, dan orang yang ada di lingkungan sekolah. Selain itu juga pelaksanaan upacara dengan bergantian, menghadiri acara yang diadakan sekolah, ikut berpartispasi dalam OSIS, ikut serta dalam kegiatan politik di sekolah seperti pemilihan ketua OSIS, ketua kelas, maupun kegiatan yang lain yang relevan. Memberikan usul, saran, dan pesan kepada pihak sekolah, menulis artikel, pendapat, opini di majalah dinding. Hadir di sekolah tepat waktu, membayar SPP atau iuran wajib sekolah dan yang terpenting adalah saling menghargai pendapat orang lain dan dapat mengutarakan


(59)

pendapatnya sendiri dalam kelompok lingkungan sekolah (Khoiriah Safitri, 2013: 38).

Media pembelajaran dalam penanaman sikap demokratis dikatakan efektif dalam apabila peserta didik telah memenuhi kriteria sikap dalam prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut.

a. Adanya persamaan/tidak membeda-bedakan teman dalam kelompok; b. Adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, disini diartikan hak

adalah hak peserta didik sebagai anggota kelompok dan kewajiban adalah kewajiban peserta didik sebagai anggota kelompok;

c. Adanya kebebasan yang bertanggung jawab, dalam hal ini adalah kebebasan bertukar pendapat dalam penyelesaian masalah;

d. Mengutamakan persatuan dan kesatuan, dalam hal ini setiap peserta didik dalam anggota kelompok mencari penyelesaian masalah secara bersama-sama;

e. Bersifat kekeluargaan, dalam hal ini menyelesaikan segala permasalahan dengan teman sekelompok dengan cara kekeluargaan (Khoiriah Safitri, 2013: 42).

Pembelajaran sikap demokratis berarti peserta didik ditanamkan sikap untuk menghargai keberagaman dan perbedaan satu sama lain. Dalam pembelajaran itu peserta didik diajak untuk terbuka dan berani mengakui dan menerima bahwa pendapatnya belum tentu atau tidak dapat digunakan pada


(60)

saat itu, atau dengan kata lain peserta didikdalam forum demokrasi tidak dapat memaksakan kehendak satu sama lain.

D. Konsep Dasar Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar

Azhar Arsyad (2011: 1) mendefinisan belajar sebagai suatu proses yang kompleks dan terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan orang lain atau lingkungannya. Belajar tidak hanya dapat terjadi di dalam kelas, namun belajar dapat terjadi di mana saja berada dan kapanpun. Sementara itu, Cronbach sebagaimana dikutip oleh Mukhamad Murdiono (2012: 11) menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku seorang individu dari hasil pengalaman yang diperoleh. Menurut Burton (2003) sebagaimana dikutip oleh Mukhamad Murdiono (2012: 12) menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

Kriteria keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Azhar Arsyad (2011: 1) apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri peserta didik secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Jadi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri seseorang. Perubahan


(61)

sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Dengan demikian, belajar merupakan suatu hasil dari pengalaman yang dialami oleh seorang individu dengan lingkungannya yang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja tanpa mengenal adanya batasan waktu dan tempat. Dalam proses kehidupan seseorang tidak dapat terlepas dari proses belajar, karena proses belajar berlangsung seumur hidup.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Agar dapat mencapai keberhasilan belajar yang maksimal, tentu harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut. Pemahaman itu juga penting untuk menentukan latar belakang dan penyebab kesulitan belajar yang mungkin dialami.

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan, dan bakat. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu yang belajar, seperti keadaan lingkungan rumah,


(62)

sekolah, masyarakat, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan semua lingkungan tersebut (Ninis Ristiani Septiliana, 2011: 40).

Dari pemaraparan di atas maka keberhasilan dari suatu proses pembelajaran hanya akan tercapai apabila guru dan peserta didik saling bekerjasama demi tercapainya prestasi belajar yang optimal. Faktor internal memang dapat dikatakan faktor bawaan peserta didik yang dapat didukung oleh faktor eksternal dari lingkungan sekolahnya. Guru berperan penting untuk mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik. Jika guru dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan tentu peserta didik akan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga prestasi belajarnya juga akan lebih optimal.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Poerwanto (2007) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Selanjutnya Winkel (1997) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan menurut Nasution (1987) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga


(63)

kriteria tersebut (Ghullam Hamdu, 2011: 92). Sementara itu menurut Wayan Nurkancana, dkk., (1982: 1) berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Proses tersebut dilakukan untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, proses, orang, objek, dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Penilaian dilaksanakan dengan evaluasi pada proses belajar mengajar sehingga akan diketahui nilai dari prestasi belajar peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seorang peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk nilai, baik huruf maupun angka yang mencerminkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan tentang materi pelajaran yang telah disampaikan, khususnya pada mata pelajaran PPKn. Maka prestasi belajar merupakan penentu berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran.

4. Prestasi Belajar PPKn

Prestasi belajar PPKn pada dasarnya merupakan dampak dari proses pembelajaran PPKn. Hal ini berarti optimalnya hasil belajar PPKn pada peserta didik tergantung juga pada proses pembelajaran PPKn yang dipandu oleh guru. Dapat dikatakan juga bahwa prestasi belajar PPKn dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dalam menguasai konsep PPKn melalui proses pembelajaran PPKn dan kemampuan para peserta didik untuk menerapkan konsep PPKn dalam kehidupan nyata. Secara


(1)

216 Berdasarkan uji beda diatas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Angket Pre-test dan Prestasi Pre-test memiliki nilai sig >0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada beda antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

2. Angket Post-test dan Prestasi Post-test memiliki nilai sig <0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.


(2)

217

PERHITUNGAN GAIN SCORE

ANGKET

1. Gain Score Kelas Kontrol

Gain Score = 83,43−75,77 93−75,77 = 0,445

KategoriSedang

2. Gain Score Kelas Eksperimen

Gain Score = 96,40−75,83 102−75,83 = 0,786

Kategori Tinggi PRESTASI

1. Gain Score Kelas Kontrol

Gain Score = 56,17−69,33 85−69,33 = 0,457

Kategori Sedang

2. Gain Score Kelas Eksperimen

Gain Score = 60,17−83,0 95−83,0 = 0,656


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN AKTIVITAS DALAM OSIS TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS Pengaruh Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Dan Aktivitas Dalam Osis Terhadap Sikap Demokratis Pada Siswa Kelas XI SMKN 9 Surakarta Tahun Pe

0 2 19

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN AKTIVITAS DALAM OSIS TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS Pengaruh Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Dan Aktivitas Dalam Osis Terhadap Sikap Demokratis Pada Siswa Kelas XI SMKN 9 Surakarta Tahun Pe

0 3 13

PENGARUH KEMANDIRIAN DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA Pengaruh Kemandirian Dan Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kewirausahaan Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammad

0 1 18

PENGARUH SIKAP BELAJAR DAN KEAKTIFAN MAHASISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN Pengaruh Sikap Belajar Dan Keaktifan Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Akuntansi FKI

0 0 20

PENGARUH SIKAP BELAJAR DAN KEAKTIFAN MAHASISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN Pengaruh Sikap Belajar Dan Keaktifan Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Akuntansi FKI

0 1 29

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN POINT OF REWARD DAN SIKAP DEMOKRATIS TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM MATA PELAJARAN PKN.

0 0 48

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN.

0 0 19

PENGEMBANGAN MODEL DRAMATISASI UNTUK PEROLEHAN SIKAP TOLERANSI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

0 0 11

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN DENGAN PROSES PENGAMATAN DAN PENGUNGKAPAN (RETRIEVAL) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

0 0 5

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM UPAYA PEMBINAAN MORAL PESERTA DIDIK DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO

0 0 16