Macromedia Flash Professional 8 Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran dengan Multimedia

67 Borg Gall termasuk dalam tahap uji coba produk awal sampai produk akhir.Dengan demikian, setiap tahapan pada masing-masing model dapat saling melengkapi dan menggantikan untuk menghasilkan tahapan penelitian yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pada penelitian ini menggunakan tiga tahap besar yaitu, studi pendahuluan, perencanaan, dan pengembangan. Tahap studi pendahuluan menggunakan model penelitian dan pengembangan Borg Gall 1989. Pada tahap perencanaan sesuai dengan model Allessi dan Trollip, sedangkan tahap pengembangan sesuai dengan model pengembangan desain pembelajaran Dick dan Carey 2005.

8. Macromedia Flash Professional 8

Macromedia Flash Professional 8 merupakan sebuah program yang ditujukan kepada desainer maupun programmer yang bermaksud merancang animasi untuk pembuatan game interaktif serta tujuan-tujuan lain yang lebih spesifik Yudhiantoro, 2006:1. Macromedia flash mempunyai kemampuan dalam menampilkan multimedia, gabungan antara grafis, animasi, suara, dan interaktivitas. Sama halnya dengan Candra 2004:2 yang menyatakan bahwa macromedia flash merupakan program untuk membuat animasi dan aplikasi web professional. Macromedia flash juga memiliki kemampuan untuk membuat animasi kartun, game, dan aplikasi multimedia interaktif. Macromedia flash banyak digunakan karena mempunyai ukuran yang relatif kecil sehingga mudah diinstal dan dioperasikan pada 68 komputer. Hasil dari perangkat software ini dapat dipublish ke dalam berbagai format seperti .Swf, .HTML, .Gif, .Jpg, .Png, .Mov, dan .Exe. Hasil media yang dipublish dalam format .Exe dapat dioperasikan dengan berbagai software. Dengan kata lain setiap komputer tidak harus terinstal Macromedia Flash untuk dapat mengoperasikan multimedia Dhani Yudiantoro, 2006:2 Dengan penggunaan Software Macromedia Flash Professional 8 dalam pengembangan multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan ini, diharapkan mampu membuat multimedia pembelajaran yang interaktif, menarik, dan materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

9. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran dengan Multimedia

Menurut Heinich, dkk 1996:15-18 dalam pembelajaran menggunakan multimedia paling tidak ada tiga teori belajar, yaitu teori behavioristik, teori kognitif, dan teori konstruktivistik.

a. Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik memandang belajar sebagai perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika ia dapat menunjukan perubahan tingkah lakunya Asri Budiningsih, 2005:20. Thorndike Asri Budiningsih, 2005:21 mengartikan stimulus sebagai segala yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar. sedangkan respon merupakan reaksi yang ditimbulkan sebagai akibat adanya 69 stimulus. Pembelajaran yang berpijak dan dirancang berdasarkan teori behavioristik memandang pengetahuan bersifat objektif, tetap pasti, dan tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar merupakan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Siswa diharapkan mempunyai pemahaman yang sama tentang pengetahuan yang diajarkan Suyono dan Hariyanto, 2014:70. Faktor lain yang dianggap penting dalam belajar dalam teori behavioristik adalah faktor penguatan reinforcement. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Penguatan ada dua yaitu penguatan positif positive reinforcement dan penguatan negatif negative reinforcement. Penguatan positif jika ditambahkan, maka respon akan semakin kuat. Sedangkan penguatan negatif akan menimbulkan respon yang kuat jika dikurangi Asri Budiningsih, 2005:20-21. Evaluasi hasil belajar menurut teori behavioristik lebih menekankan pada kemampuan siswa secara individu. Evaluasi hasil belajar menuntut satu jawaban benar yang sesuai dengan keinginan guru. Berdasarkan penjelasan di atas, maka multimedia interaktif yang peneliti kembangkan harus memuat beberapa karakteristik pembelajaran menurut teori belajar behavioristik, yaitu: 70 1 Pada multimedia yang dikembangkan, materi disajikan melalui kegiatan pembuka, inti dan penutup. Materi dibagi menjadi materi yang lebih sederhana ke materi kompleks. 2 Multimedia dapat memberikan stimulus berupa pertanyaan, test kuis, latihan, dan tugas. 3 Multimedia memberikan penguatan melalui pemberian nilai pada jawaban soal yang dapat dilihat langsung oleh siswa seperti soal pilihan ganda.

b. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan Baharudin dan Nur Wahyuni, 2010:87. Sedangkan Ausubel menyatakan bahwa proses belajar akan terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar terjadi melalui tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, meyimpan, dan menggunakan kembali informasi yang sudah dipahami Asri Budiningsih, 2005:51. Menurut Piaget, belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Kegiatan belajar terjadi sesuai dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap-tahap perkembangan intelektual sejak lahir sampai dewasa Suyono dan Hariyanto, 2014:85. Belajar juga melalui proses asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. 71 Berdasarkan penjelasan di atas, maka multimedia interaktif yang peneliti kembangkan harus memuat beberapa karakteristik pembelajaran menurut teori belajar kognitif, yaitu: 1 Pembelajaran disesuaikan dengan tingkat kesiapan dan perkembangan siswa. 2 Dalam pembelajaran, disajikan materi melalui gambar, teks, video, dan animasi untuk memperjelas makna sehingga pemahaman siswa terhadap suatu konsep lebih mendalam. 3 Materi disajikan sekonkret mungkin sehingga siswa lebih mudah memahami materi. 4 Tokoh animasi pada multimedia didesain seperti siswa SD agar menimbulkan kesan teman dalam belajar.

c. Teori Belajar Kontruktivistik

Teori belajar Kontruktivistik memandang belajar sebagai proses mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman Asri Budiningsih, 2005:58. Mengkontruksi berarti membentuk atau membangun pengetahuan. Pembentukan pengetahuan dilakukan oleh si belajar dengan aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, aktif menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Sama halnya dengan Suyono dan Hariyanto 2014:108, yang menyatakan bahwa dalam teori belajar kontruktivistik, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari pikiran guru kepada pikiran 72 siswa. Siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Teori belajar kontruktivistik memandang siswa telah mempunyai kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal itulah yang dijadikan sebagai dasar dalam mengkontruksi pengetahuan baru. Dalam kegiatan belajar, siswa diberi banyak kebebasan untuk belajar secara mandiri dan mengemukakan ide atau gagasan yang dimilikinya. Menurut Tasker Suyono dan Hariyanto, 2014:108 mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar kontruktivistik sebagai berikut: 1 Peran aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan secara bermakna.. 2 Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkontruksian secara bermakna. 3 Mengkaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima. Driver dan Bell dalam Suyono dan Hariyanto 2014:106 mengemukakan karakteristik pembelajaran kontruktivistik sebagai berikut: 1 Siswa tidak dipandang sebagai suatu yang pasif melainkan memiliki tujuan. 2 Belajar harus mengoptimalkan keterlibatan siswa, 3 Pengetahuan bukanlan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal. 4 Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan melainkan melibatkan pengaturan situasi lingkungan belajar. 5 Kurikulum bukanlah sekedar hal yang dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi dan sumber. 73 Berdasarkan penjelasan di atas, maka multimedia interaktif yang peneliti kembangkan harus memuat beberapa karakteristik pembelajaran menurut teori belajar kontruktivistik, yaitu: 1 Proses pembelajaran menekankan pada pembentukan pengetahuan oleh siswa, misalnya melaui video yang disajikan siswa diajak untuk mengetahui permasalahan sampah kemudian siswa diminta menjelaskan isi dari video. 2 Pembelajaran mengutamakan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Sebelum materi disajikan, siswa diminta untuk mengemukakan pengetahuannya terlebih dahulu. 3 Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide gagasan yang dimiliki setiap individu. Misalnya dalam soal latihan, siswa diminta memilih jawaban yang benar kemudian mengemukakan alasan memilih jawaban tersebut.

E. Kajian tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar