Beberapa Teori tentang Tradisi Sunat

Asal-usul tradisi ini belum jelas benar, tetapi beberapa pengamat yang mengungapan pandangan yang berbeda. Pendapat pertama mengatakan bahwa tradisi ini diiru dari pedagang Cina yang menjelajah wilayah Asia Tenggara. Pendapat kedua mengatakan bahwa tradisi ini merupakan inovasi penduduk asli berkaitan dengan pembentukan daya tarik seksual ataupun dengan tujuan medis maupun spiritual Hull dan Budiharsana, 2001: 61. Sebagaimana diungkapkan Zoske 1998: 189, masalah sunat dapat menjadi isu medis, moral, psikologis, dan hukum, di samping isu-isu pening lainnya seperi gender dan ritual religius. Studi ini bermaksud mengkaji dan mempelajari isu-isu tersebut melalui sebuah studi kasus tradisi sunat dalam masyarakat Dawan di Propinsi NTT. Bagi masyarakat Dawan, tradisi sunat yang dilaksanakan dalam masyarakat mereka idak hanya sekedar sebuah indakan pelepasan kulup dari penis, tetapi lebih dari itu memiliki berbagai implikasi yang kompleks, yang sangat menarik untuk dikaji secara akademis.

B. Kerangka Acuan

1. Beberapa Teori tentang Tradisi Sunat

Literatur mengenai tradisi dan asal-usul sunat dalam ber Dunsmuir 1999: 1-2 mengungkap pandangan para antropolog dan psikolog mengenai asal-usul tradisi sunat. Para antropolog idak pernah sepakat mengenai asal-usul tradisi ini. Pakar Mesir kuno, Sir Graham Elliot Smith, mengatakan bahwa sunat merupakan salah satu ciri kebudayaan ‘heliolithicum’ yang sudah muncul 15.000 tahun yang lalu. Mumi yang paling tua tahun 1300 SM telah disunat dan lukisan-lukisan dinding Mesir menunjukkan bahwa tradisi itu memang telah ada dalam masyarakat Mesir ribuan tahun sebelumnya. Pakar lain berpendapat bahwa tradisi ini muncul dalam berbagai kebudayaan tanpa saling mempengaruhi. Contohnya, banyak penduduk asli yang ditemukan Colombus di ‘Dunia Baru’ yang telah disunat. Diketahui secara pasi pula bahwa sunat telah dilaksanakan di Timur Dekat, suku-suku bangsa tertentu di Afrika, penduduk Muslim India dan Asia Tenggara, dan Aborigin Australia. Dalam beberapa suku Afrika, sunat dilaksanakan pada saat anak itu baru lahir. Dalam masyarakat Yahudi, sunat dilaksanakan pada hari kedelapan setelah lahir, tetapi bagi orang Muslim dan banyak kebudayaan suku lainnya, sunat dilaksanakan pada masa akil balik sebagai sebuah `rite of passage’ ritus peralihan, seperi pubertas atau perkawinan 1999: 3. Holdredge Kimball Young 1927: 427 menyebutkan bahwa suku BaJok di Afrika Timur melaksanakan ritual bagi anak laki- laki maupun anak perempuan menjelang usia pubertas. Upacara yang dilaksanakan mirip dengan tradisi sunat di dalam masyarakat Dawan, yaitu adanya tambahan pelaksanaan hubungan seks ’wajib’ dalam periode waktu tertentu dengan beberapa orang, biasanya teman-teman dari ayah sang gadis atau sang anak laki- laki yang disunat tersebut. Meskipun sudah banyak teori yang dikembangkan, moivasi awal mula munculnya tradisi sunat dalam peradaban manusia belum diketahui jawabannya secara pasi. Sejarahwan abad ke-19 mengatakan bahwa ritual sunat merupakan bentuk kuno dari kontrol sosial. Mereka berpandangan bahwa pemotongan penis laki-laki dan menyebabkan pendarahan dan rasa sakit dimaksudkan untuk mengingatkan dia akan kekuasaan Gereja, ”Kami mengawasimu sebagai laki-laki, kesenangan-kesenanganmu, dan hakmu untuk ber-reproduksi.” Ritual itu bertujuan sebagai peringatan untuk orang tua dan anak yang baru lahir itu untuk selalu dekat dengan Gereja. ”Kami ingatkan bahwa anakmu adalah milik kami, bukan milikmu” Dunsmuir, 1999: 3. Pakar psikologi memperluas teori ini dengan memasukkan makna ”rasa sakit” pain imprining. Dengan membuat rasa sakit pada otak dan ingatannya, keterikatan anak pada ibunya diinterupsi dan perasaan sebagai ’pengkhianat’ dimasukkan kepada sang anak. Perasaan seperi inipun dipandang sebagai kualitas yang wajib dimiliki untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup ability for survive di kemudian hari di dalam hidupnya. Beberapa komponen dari teori-teori psikologis ini telah terbuki benar adanya melalui uji klinik dan ditemukan fakta bahwa bayi yang disunat tanpa diberi pembiusan lokal memiliki daya tahan yang jauh lebih inggi keika diberi vaksinasi pada 4 – 6 bulan kemudian. Pandangan lain mengatakan bahwa sunat adalah tanda bagi kaum budak. Dalam kebudayaan Mesir kuno, prajurit perang yang ditangkap selalu dimuilasi dan dijadikan budak. Sunat menjadi tanda penurunan nilai manusia dan kompromi dari indakan yang dapat membuat malu. Akhirnya semua keturunan budak tersebut disunat. Orang-orang Phoeniks dan kemudian Yahudi yang mengalami masa perbudakan yang hebat, mengadopsi dan meritualkan sunat. Kini sunat sudah menjadi bagian dari praik agama Yahudi dan dipandang sebagai sebuah tanda nyata adanya perjanjian antara Tuhan dan manusia Dunsmuir, 1999: 4. Dunsmuir 1999 2 menegaskan bahwa moivasi medis baru muncul pada abad ke-19, keika teknik operasi kedokteran mulai berkembang. Ada banyak penjelasan lain mengapa muncul sunat dalam peradaban manusia. Ada yang mengatakan sunat adalah tanda idenitas kultural, seperi juga tato atau lukisan tubuh body piercing. Pandangan lain mengatakan bahwa sunat berkaitan dengan ritus kesuburan. Misalnya, beberapa budaya suku memiliki ’musim’ untuk sunat laki-laki dan perempuan, mendukung pandangan bahwa sunat merupakan sebuah korban persembahan bagi dewa-dewa, dan sebagai balasannya dewa-dewi akan memberikan kesuburan dan panenan yang baik. Pandangan ini sebenarnya sangat masuk akal, karena penis menduduki peranan yang pening dalam menghasilkan kehidupan. Buki adanya hubungan antara sunat dengan kesuburan ditemukan di Nikaragua, di mana darah yang keluar dari luka sunat dicampur dengan maisena yang akan dimakan pada waktu upacara berlangsung Dunsmuir, 1999: 5. Meskipun asal-usul sesungguhnya dari ritual sunat ini idak akan pernah ditemukan, beberapa pandangan teoreis di atas dapat menjadi dasar penjelasannya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sudah ada berbagai pendekatan yang mencoba mencari jawaban tentang awal mula dan asal-usul tradisi sunat dan sifon, yaitu pendekatan antropologi, psikologi, sosiologis, dan medis. 2 Lihat Dusmunir dalam “The History of Circumcision” BJU INTERNATIONAL, Volume 83, Suppl. 1: Pages 1-12, January 1, 1999. Sekalipun hampir semua pria Dawan telah disunat secara ritual, dengan atau tanpa ritual sifon, sampai sekarang belum pernah diketahui secara jelas kapan, di mana, dan bagaimana asal mula tradisi ini. Juga idak diketahui secara jelas apakah tradisi ini pada mulanya memiliki moivasi dan fungsi religius, kultural, atau medis. Uraian berikut ini mengkaji latar belakang mitologis dan ritual tradisi sunat.

2. Masyarakat Dawan