Kepemimpinan dalam Dongeng 19. sebagai editor buku berjudul folklor Nusantara Hakekat, Bentuk, dan Fungsi

menggali makna ilosois yang terkandung dalam ajaran Aji Saka: “Ha-na-ca-ra-ka”. Betapa pun kita mengagungkan ke-adiluhung- an karya sastra Jawa, seperi Serat Wulangreh, Serat Wedhatama, atau pun ilsafat Ha-na-ca-ra-ka, apabila tanpa penghayatan dan meresapi nilai-nilai substansial yang terkandung di dalamnya serta usaha mengembangkannya, tentulah idak akan bermakna bagi kehidupan sastra Jawa masa kini dan masa depan, apalagi terhadap budaya Indonesia Baru yang harus kita bangun.

D. Kepemimpinan dalam Dongeng

Karya sastra lama mengandung berbagai pelajaran, petuah, dan nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan masa kini. Salah satu nilai yang terkandung dalam naskah-naskah kuno tersebut adalah nilai kepemimpinan. Karya sastra yang berasal dari khazanah sastra lama salah satunya yaitu Hikayat Sri Rama, cerita kepahlawanan Prabu Sliwangi, ataupun dongeng, legenda lainnya. Dalam naskah ini ternyata terdapat berbagai citra yang berhubungan dengan kepemimpinan yang selama ini sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. HSR hikayat Sri rama bercerita tentang perjuangan Rama yang terusir dari kerajaan dan berjuang untuk merebut kembali istrinya dari Rawana. Ada tujuh ajaran eika sifat raja ideal yang dapat diambil manfaatnya, yaitu kearifan, keadilan, kasih, sifat-sifat lahiriah yang menarik, keberanian demi harga diri, dan pertapa Ikram 1980: 9. Lebih jauh dijelaskan sebagai berikut: 1. Kearifan Sifat arif diarikan sebagai kemampuan membedakan dan memilih antara yang buruk dan baik. Pikiran dan ingkah laku raja harus dilandasi oleh rasa moral yang inggi. Ikram mencontohkan Rawana dalam HSR sebagai raja yang kurang arif sehingga perbuatannya menculik Sita berakibat celaka bagi dirinya dan sengsara bagi rakyatnya. 2. Keadilan Keadilan dalam HSR selalu bersanding dengan kata kasih. Keadilan seorang raja muncul sebagai akibat dari rasa kasihnya kepada rakyat yang berada dalam naungannya. Keadilan dicontohkan dengan keharusan seorang raja untuk memeriksa dengan telii masalah rakyat yang diadukan kepadanya. 3. Kasih Sifat kasih harus dimiliki raja untuk melindungi rakyat yang diayominya. Sifat kasih juga mencakup sifat dermawan atau murah hai yang selalu dihubungkan sebagai pujian kepada raja besar dalam HSR. 4. Sifat-sifat lahiriah yang menarik Sifat-sifat lahiriah yang menarik ini dalam HSR jarang dikemukakan secara eksplisit. Akan tetapi, sifat ini selalu muncul saat menggambarkan seorang raja, seperi Dasarata yang dikatakan “terlalu baik parasnya” atau Sri Rama yang dikatakan “terlalu mahaelok rupanya”. 5. Keberanian demi harga diri Keinggian martabat raja didukung oleh rasa segan dari raja lainnya. Seorang raja harus berani berindak jika merasa terhina, seperi tokoh Balikasya yang mengembalikan martabatnya dengan mengalahkan raja Syaksya yang pernah mengalahkan leluhur Balikasya. 6. Keahlian perang Ajaran mengenai perang dan segala yang berhubungan dengan keprajuritan menduduki tempat yang pening dalam HSR. Keahlian perang idak terbatas pada permainan senjata, tetapi mencakup segala pikiran yang melatarbelakangi peperangan dan ingkah laku yang bersumber padanya. 7. Pertapa. Sifat pertapa sangat menentukan perangai dan sepak terjang seorang raja. seorang raja yang selalu hidup mewah dan berkuasa dapat terperosok pada sifat takabur dan inggi hai. Dengan bertapa atau hidup dalam keprihainan dan irakat, seorang raja akan mencapai kearifan dalam memerintah rakyatnya. Ikram 1980: 9. Terkait dengan cerita hikayat Sri Rrama tersebut di atas, nilai-nilai luhur sebagai sifat kepemimpinan perlu ditanamkan bagi seiap manusia sebagai pemimpin, baik pemimpin dalam dirinya sendiri maupun memimpin untuk orang lain. Seiap manusia akan memimpin, minimal memimpin dirinya sendiri. Dalam falsafah Jawa, memimpin diri sendiri lebih sulit daripada orang lain. Dalam diri manusia ada sedulur papat limo pancer paseduluran. Inilah yang disebut falsafah ajaran peradaban budaya Jawa. Inisari ajarannya adalah seiap manusia sebagai pemimpin dan harus mampu memimpin diri harus mampu mengendalikan empat sahabat hidupnya antara lain: Nafsu mutmainah sebagai perwujudan sahabat hidup manusia yang selalu menginginkan dan mengajak manusia mengutamakan nafsu ibadah kepada tuhan yang Maha Esa di simbolkan warna puih sebagai perwujudannya darah puih. Jadi sejahat apapun manusia di dalam dirinya ada keinginan untuk berbuat baik dan prinsifnya idak ada orang jahat itu 100 jahatnya. Secara ilmiah sifat Mutmainah itu menjadi pertanda bahwa seiap manusia hidup membutuhkan air sebagai salah satu sumber kehidupan dengan kata lain manusia idak minum akan mai maka dapat dipasikan di dalam tubuh iap manusia mengandung air, secara ilmu geologi bumi ini salah satu faktor yang harus ada adalah air. Nafsu supiyah sebagai perwujudan sahabat hidup manusia yang selalu menginginkan dan mengajak manusia kearah pemujaan terhadap kemegahan dan kemewahan harta dan benda duniawi saja disimbolkan warna kuning sebagai perwujudannya air kuning. Jadi seorang alim apapun di dalam dirinya ada keinginan untuk kesenangan duniawikaya walaupun 0.1 saja oleh karena itu jangan munaik dengan harta dunia. Secara ilmiah sifat Supiyah itu menjadi pertanda bahwa seiap manusia hidup membutuhkan Angin udara sebagai salah satu sumber kehidupan dengan kata lain manusia idak menghirup udara akan mai dapat dipasikan di dalam tubuh iap manusia mengandung udara. Nafsu amarah sebagai perwujudan sahabat hidup manusia yang selalu menginginkan dan mengajak manusia kearah poliik, kecerdasan yang cenderung sombong pemarah, merasa pandai yang idak mau dilampaui orang lain di simbolkan warna merah sebagai perwujudannya darah merah Jadi sesabar apapun manusia di dalam dirinya terdapat sifat amarah apabila di ganggu orang lain teramat sangat ia akan marah dan jika idak dapat dibendung lagi. Secara ilmiah sifat Amarah itu menjadi pertanda bahwa seiap manusia hidup membutuhkan api sebagai salah satu sumber kehidupan dengan kata lain manusia idak apipanas tubuh akan mai maka dapat di pasikan di dalam tubuh iap manusia mengandung apisuhu panas. Nafsu aluamah perwujudan sahabat hidup manusia yang selalu menginginkan dan mengajak manusia ke arah berani membunuh dan kejam apabila diganggu oleh orang lain disimbolkan warna hitam sebagai perwujudanya kulit selemah apapun manusia di dalam dirinya terdapat sifat kejampembunuh dan ingin berontak maka jangan anggap orang lemah itu idak punya keberanian untuk membunuh. Ada pepatah cacing saja diinjak melawan apalagi manusia. Secara ilmiah sifat Aluamah itu menjadi pertanda bahwa seiap manusia hidup membutuhkan tanah sebagai salah satu sumber kehidupan dengan kata lain manusia idak makan zat tanah akan mai maka dapat di pasikan di dalam tubuh iap manusia mengandung dzat tanah. Sebagai kesempurnaan hidup manusia maka Allah Swt meniupkan Roh ke dalam jasad manusia yang tugasnya sebagai pengendali pengatur dan pengarah tubuh manusia ke jalan yang dikehendaki Allah dan manusia diberi keleluasaan untuk menggunakan ke empat Sifat tersebut di atas agar mampu bertahan dan tetap hidup sebagai Insan khamil. Apabila manusia idak mampu mengendalikan ke empat sabahat hidupnya tersebut maka manusia akan terombang-ambing ke dalam jurang kehancuran. Namun, sebaliknya apabila manusia mampu mengendalikan, mengatur, menguasai ke empat sifat sahabatnya hidupnya dengan baik dan benar maka manusia tersebut akan mencapai kejayaan, kebahagiaan, kemakmuran dan kesempurnaan moralitas dalam hidupnya dan akan menjadi insan khamil yang sempurna, mulia di sisi Allah sang Maha pencipta alam semesta dan seisinya. Hal lain terkait dengan kepemimpinan dalam dongeng adalah dongeng Prabu Siliwangi sebagai pemimpin dengan kujang sebagai simbol pertahanan dan keamanan. Ini dapat menjadi inspirasi sebagai pemimpin harus bersifat silih asah, asih, asuh. Ini juga memiliki ari bahwa Prabu Siliwangi sebagai pemimpin tunggal harus menjadi percontohan moralitas super yang teringgi serta mampu menjaga, mengatur, menguasai dan mengendalikan para bawahannya dan masyarakat yang dipimipinnya untuk bahu- membahu mewujudkan tujuan bersama. Silih asah maksudnya para bawahan prabu siliwangi harus mampu membuat masyarakatnya menjadi cerdas, pandai, dan berilmu pengetahuan inggi. Silih asih maksudnya para bawahan prabu siliwangi harus mampu membuat masyarakatnya makmur dan sejahtera agar idak terjadi masyaraktnya yang kelaparan atau idak makan. Silih asuh maksudnya para bawahan Prabu Siliwangi harus mampu membuat masyarakatnya terbina akhlak dan moralnya serta menegakan dan menindak siapa saja yang melanggar aturan moral yang ada. Kujang yaitu senjata sejenis keris sebagai simbol pertahanan dan keamanan maksudnya para bawahan prabu siliwangi membuat masyarakatnya hidup dalam kondisi yang aman, tentram dan terib serta terkendali.

E. Legenda Kepemimpinan