Folklor, Daya Hidup, dan Pengalaman Spiritual

26 Bagian Dua FOLKLOR SPIRITUAL: MEMAHAMI RAHASIA HIDUP MANUSIA JAWA Oleh Dr. Suwardi Endraswara, M. Hum. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta

A. Folklor, Daya Hidup, dan Pengalaman Spiritual

Folklor yang terkait dengan spiritualitas kejawen memang amat pelik. Fenomena folklor semacam ini, banyak dilakukan oleh para penghayat kepercayaan. Folklor spiritual adalah fenomena unik, yang membutuhkan kedalaman dalam menggali makna di balik fenomena itu. Dhavamony 1995:43 menyatakan bahwa fenomenologi religious, idak sekdar menangkap kulit, melainkan perlu menjelaskan apa yang dihayai oleh manusia. Hal-hal empiris tentang religiusitas, sering muncul dalam aneka ragam folklor. Biasanya dalam budaya Jawa folklor religious semacam itu dinamakan ilmu kejawen. Ilmu yang terkait dengan rahasia hidup orang Jawa memang cukup pelik. Ilmu ini sesungguhnya telah lama ada di jagad Jawa. Namun perlu diakui memang belum banyak yang mengetahui, memahami dan mengamalkannnya. Yang jelas, manusia sering kurang menyadari bahwa badan isiknya itu ibarat “damar kurung tanpa sumbu”, arinya lampu yang terkurung tanpa sumbu, yang nyalanya sampai menerangi ke mana-mana. Hal ini idak lain merupakan gambaran Kridhaning agesang , arinya daya hidup, yang menyebabkan orang memiliki rasa cinta, benci, dan lain-lain sebagai daya hidup. Daya hidup itu suci, kudus, murni dan penuh ketulusan. Dalam folklor spiritual, daya hidup itu dinamakan heneng-hening. Suasana itu sejajar dengan isilah hierophany penampakan kudus dalam isilah Eliade Dhavamony, 1995:101. Inilah sebuah pencerahan hidup, yang dapat mengajak manusia mencapai spiritualitas. Penjilmaan sang daya hidup memang pening untuk menggugah semangat hidup. Daya hidup itu sebuah pernyataan sacral, yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Hidup manusia sering digerakkan terus-menerus oleh sebuah folklor spiritual ini, hingga manusia menemukan idenitas dirinya. Hal demikian dapat dipengaruhi oleh apa saja, antara lain oleh daya hidup. Yang menjadi pertanyaan, apakah daya hidup itu muncul atas dasar olah pikir? Ternyata daya hidup itu idak melalui pikiran semata, melainkan telah bercampur dengan perasaan dan kemauan. Oleh karena itu dalam keyakinan kejawen daya hidup itu dapat disebut daya perbawa. Daya perbawa adalah sebuah kekuatan gaib yang idak terduga, tan kasatmata, yang muncul dari manusia. Kekuatan itu dalam folklor akan menumbuhkan rasa percaya diri. Rasa itu boleh disebut sebagai katharsis Ratna, 2011:64. Katharsis adalah penyucian jiwa, agar seseorang merasa cemerlang hidupnya. Hidup sudah menemukan daya atau energy suci, yang dikenal dalam ilsafat sebagai pencerahan. Pekeri daya hidup itu dapat diperintah untuk keperluan apa saja, biarpun wujudnya idak kelihatan. Daya hidup itu sesungguhnya merupakan kekuatan yang rahasia. Oleh sebab itu manusia perlu ingat pada daya hidup, sebab dia itu merupakan teman hidup manusia di dunia. Untuk itu, kita perlu memperhaikan pada orang yang memiliki daya hidup, terutama dalam hubungan bermasyarakat. Daya hidup akan nampak pada sikap dan pekeri. Daya hidup juga dapat disebut sebagai ilmu rahasia kagunan yang dapat membantu hidup manusia secara psikologis. Salah satu pertanda kalau anda sedang berhubungan dengan orang yang memiliki daya hidup, akan merasa tenteram. Orang tersebut akan tampak sabar, idak tergesa-gesa, idak berindak yang tanpa pemikiran dan perasaan. Namun demikian daya hidup itu amat wingit, idak bisa ditebak di mana tata letaknya dalam badan kita. Daya hidup akan muncul dalam ucapan, sikap, dan perbuatan secara simultan. Daya hidup itu jika dipandang, ibarat sinar berlian. Sinar itu akan tampak terang, hingga membuat orang lain merasa aman tenteram. Perlu diingat bahwa orang yang memiliki daya hidup itu ada beberapa tanda yang nampak, antara lain: 1 orang tersebut idak banyak berkata-kata, hal ini bukan karena dia itu sombong, 2 jika harus bicara orang tersebut tanpa pamrih samadya saja, 3 dapat menyimpan rahasia, 4 jika berbicara selalu bijak, membuat orang lain senang. Orang yang telah memiliki kekuatan demikian, tergolong orang yang beruntung. Dalam isilah Rudolf Oto Morris, 2003:174 orang yang mencapai derajat semacam itu, telah menguasai keadaan supranatural. Hidup pada tataran supranatural, memanfaatkan numinous , arinya rasa kagum, rasa yang sama sekali lain, misterius, terhadap dunia.Orang tersebut telah mengalami immediate religious experience , arinya pengalaman beragama secara langsung. Orang tersebut memiliki daya tarik khas, seperi halnya anak kecil yang lucu, menyenangkan orang lain. Oleh karena itu, orang lain yang pernah berhubungan dengan dia akan selalu teringat. Orang yang memiliki daya gaib tersebut ibarat lautan yang mampu menampung segala hal yang berasal dari daratan. Orang yang telah memiliki daya hidup seperi mengikui sinar dan menyimpan daya tarik tertentu. Untuk menguasai daya hidup, seseorang perlu belajar dengan cara mencegah hawa nafsu, bisa menyimpan rahasia siapa pun. Rahasia tadi sebaiknya disimpan di guru loka baital makmur dalam bahasa Arab. Jika orang memiliki daya hidup, ibarat orang menyimpan uang di bank, akan mendapatkan bunga. Orang yang telah memiliki daya hidup, biasanya memiliki jiwa yang berani. Berani berari mau menanggung resiko perbuatan karena telah dipikirkan mendalam melalui daya hidup. Daya tersebut tersimpan rapat, hingga orang lain idak tahu, seperi air kolam yang dalam pasi akan tenang. Semakin dalam kolam, biasanya idak berombak besar, begitu pula sebaliknya. Dalam konteks antropologi budaya, orang yang telah memiliki pengalaman spiritual, menguasai folklor spiritual hidupnya akan tenang. Dalam isilah James 2003:409 orang tersebut sudah mencapai nilai-nilai kesantoan. Kesantoan dari kata santo sani berari suci, tenang, dan tenteram. Keadaan semacam itu hanya dapat diraih melalui daya hidup. Orang yang mencapai daya hidup, idak akan galau menghadapi situasi apa pun. Bahkan, apabila sedang dirundung duka, sakit, diitnah, dianiaya, dan dipinggirkan orang lain pun akan dihadapi dengan tegas.

B. Mawas Diri, Rasa Rumangsa, dan Manusia Sejati