200
Bagian Sembilan
KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI LISAN NUSANTARA Penggalian Nilai-nilai Kebhinekaan untuk Indonesia Masa
Kini dan Masa Depan
Oleh Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, M.A. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
A. Pendahuluan
Tradisi lisan adalah berbagai pengetahuan dan adat kebiasaan yang secara turun-menurun disampaikan secara lisan
dan mencakup hal-hal idak hanya berisi cerita rakyat, mite, dan legenda …. tetapi menyimpan sistem kognasi kekerabatan asli
yang lengkap, sebagai contoh sejarah, prakik hukum, hukum adat, pengobatan …”oral tradiions do not only contain folktales, myths
and legends …, but store complete indigeneous cognate systems. To name a few: histories, legal pracices, adat law, medicaion”
Roger Tol dan Pudenia, 1995:2.Tradisi lisan diarikan sebagai “segala wacana yang diucapkan melipui yang lisan dan yang
beraksara” atau dikatakan juga sebagai “sistem wacana yang bukan aksara” Pudenia MPSS, 1998:vii.
Danandjaja 1998:54 menyatakan bahwa isilah tradisi lisan oral tradiion adalah sinonim dari folklor lisan. Menurut Brunvand
1968:2-3 folklor lisan adalah folklor yang bentuknya murni lisan.
Bentuk-bentuk genre folklor yan termasuk ke dalam kelompok besar ini, antara lain: 1 ragam tutur rakyat folkspeech seperi
logat, julukan, jabatan tradisional, dan gelar kebangsawanan; 2 ungkapan tradisional, seperi paribahasa, pepatah, dan pameo;
3 pertanyaan tradisional seperi teka-teki; 4 puisi rakyat seperi pantun, gurindam, dan syair; 5 cerita prosa rakyat mite, legenda,
dan dongeng.
Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran antara unsur lisan dan unsur bukan lisan.
Kepercayaan rakyat, misalnya, yang oleh orang “modern” seringkali disebut takhayul itu, terdiri atas pernyataan yang bersifat lisan
ditambah dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib. Kepercayaan masyarakat terhadap benda yang dianggap
berkhasiat untuk melindungi atau dapat membawa rezeki, seperi batu-batu permata tertentu atau pusaka juga termasuk folklor
sebagian lisan.
Kata folklor merupakan pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata ini adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata folk dan
lore Danandjaja, 1998:53. Folk memiliki ari yang sama dengan
kolekif collecivity, sedangkan lore adalah tradisi folk. Menurut Dundes 1965:2 folk adalah sekelompok orang yang memiliki
ciri-ciri pengenal isik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Ciri-ciri pengenal
itu antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan yang
sama, dan agama yang sama. Namun yang pening lagi adalah bahwa mereka telah memiliki satu tradisi, yakni kebudayaan, yang
telah mereka warisi turun-menurun, sedikitnya dua generasi, yang
dapat mereka akui sebagai milik bersama. Selain itu, yang lebih pening adalah mereka sadar akan idenitas kelompok mereka
sendiri. Yang dimaksud dengan loreyaitu sebagian kebudayaannya, yang diwariskan turun-menurun secara lisan atau melalui suatu
contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pengingat mnemonic device.
Deinisi folklor yaitu sebagian kebudayaan suatu kolekif, yang tersebar dan diwariskan turun-menurun, di antara kolekif macam
apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai alat pembantu pengingat
mnemonic device
Danandjaja, 1984:2.Menurut Danandjaja 1984:3-5 untuk membedakan dengan kebudayaan culture pada
umumnya, folklor mempunyai beberapa ciri pengenal, seperi: a penyebaran dan pewarisannya bersifat lisan; b bersifat tradisional;
c ada exist dalam versi-versi bahkan varian yang berbeda; d bersifat anonim; e biasanya memiliki bentuk berumus,
f mempunyai kegunaan fungsi dalam kehidupan bersama kolekifnya; g bersifat pralogis; h milik bersama kolekif; dan i
pada umumnya bersifat polos dan lugu.
B. Hakikat Pengetahuan dan Kearifan Lokal