‘Riuh rame tepat waktu matahari terbenam Nini Thowong mengangguk-angguk kepalanya
Siwur direka dibuat sedemikian berbusana seperi orang punya nyawa
Pakai baju, mengenakan setagen orang tua perempuan yang membawa sapu dikejar-kejar,
Siapa yang nakal kejarlah, Nini Thowong yang nakal itu gigitlah’.
2. Sifat Nini Thowong
Secara misik permainan tari Nini Thowong hanya menekankan pada segi trance
saja, sehingga idak berkaitan secara langsung dengan konsep-konsep religi. Namun apabila dirunut dari proses
dihadirkannya roh dalam wewujudan boneka kayu tersebut, kiranya lebih mendekai kepada dunia totem Pigeaud, 1938: 365 yaitu
pemujaan terhadap totemisme tokoh-tokoh binatang yang dianggap memiliki daya kekuatan gaib yang mampu mempengaruhi pola
pemikiran petani. Seperi halnya dalam tradisi wiwit yang ternyata salah satu tujuan diadakan upacara karena terkait dengan tokoh
totem yaitu Kala Bulkiya yakni binatang singa berkepala gandarwa. Apakah hal ini berkaitan dengan wujud Nini Thowong yang sebenarnya
memang berorientasi pada tanaman atau pun hasil-hasil pertanian. Dari gambaran itu dapat dikatakan bahwa sifatnya adalah profan,
yang paling tampak dari tarian ini sebatas pada tarian hiburan di waktu senggang yang dilakukan oleh para petani, dan waktunya pun
memilih setelah matahari terbenam yaitu surupsebagaimana syair yang dilantunkan oleh para pelaku pertunjukan tari Nini Thowong.
3. Fungsi Tarian Nini Thowong
Keberadaan tarian Nini Thowong dalam kepercayaan yang arkais dinyatakan, bahwa setelah seseorang dalam keadaan
trance, baik diawali dengan menari secara khusus, atau minum
minuman yang memabukkan, maka orang tersebut kemudian dapat ditanyai berbagai keperluan yang berkaitan dengan hal-
hal pokok pada komunitas tertentu. Misalnya kapan harus mulai menanam padi, waktu mendirikan rumah, menjodohkan anak
gadisnya dan sebagainya.Hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki kemampuan seperi itu dan biasanya hanya diwariskan
kepada anak keturunannya saja. Hal seperi disebut sebagai telangkai atau dukun prewangan
Cassirrer, 1944: 19, yang hampir mirip dengan Nini Thowong misalnya Jailangkung di mana orang
dapat menanyakan sesuatu kepada roh halus yang masuk di dalamnya,sedangkan Nini Thowong sama sekali idak komunikasi
antara orang yang berada di sana ataupun lewat tulisan-tulisan dan bahasa isyarat, sehingga fungsi dari tarian ini melulu pada segi
hiburan belaka. Penonton menjadi tertawa dan geli keika boneka itu mengejar berusaha memukul dengan kepala siwurnya kepada
penonton yang menyalahi keberadaannya misalnya mengejek atau menjaili Nini Thowong.
Barangkali yang lebih tepat adalah sebagai sarana pemujaan kepada Dewi Padi sehingga tarian ini merupakan salah satu
ritus padi yang dikenal oleh masyarakat petani Pundong.Hal itu dapat dilihat dalam persiapan maupun adanya sesaji yang harus
diwujudkan serta mantra pemujaan oleh pawang Nini Thowong. Pergeseran dari fungsi itu kini dapat dilihat keika tarian Nini
Thowong ditanggap untuk pentas memperingai suatu perayaan di tempat keramaian, sehingga dengan demikian dominasi unsur
hiburan sangat kuat. Di samping itu telah ditentukan pula nilai bayaran tanggapannya yang sekitar Rp. 1.000.000,-- sampai
dengan Rp. 2.000.000,-- Semua pendukung mengenakan seragam tradisional lengkap, demikian halnya boneka siwur dibuat sangat
glamour penuh assesoris yang menarik penonton. Komersialisasi
nilai tradisi seperi ini pun akhirnya terjadi dalam komunitas kehidupan petani setempat.
Kemajuan dunia teknologi modern mendera seluruh wilayah di Indonesia, sehingga membanjirnya barang-barang eletronika
berbagai merek dan jenis menjadi barang komoditas kebutuhan masyarakat. Orang tua sampai anak-anak pun idak pernah
terlepas dari genggaman alat komunikasi modern yang di sebut
hand phone tanpa disadari kehadiran alat tersebut sedikit mengubah perilaku seidaknya orang menjadi lebih asyik dengan
dirinya sendiri.Masyarakat Pundong pun memanfaatkan hal ini untuk memajukan kehidupannya dengan menjadi pedagang HP
dan jualan pulsa, akibatnya garapan sawah hanya dilakukan orang- orang tua, yang muda alih profesi di berbagai bidang.
C. Manfaat