Penutup 19. sebagai editor buku berjudul folklor Nusantara Hakekat, Bentuk, dan Fungsi

pasangan sifon yang sama sekali idak mendapat perhaian sesamanya, termasuk dari laki-laki yang pernah dilayaninya dan mendapatkan kesehatan dan keperkasaan darinya Anonim, 2007. Oleh karena itu, fungsi ini pun terlihat kontradikif. Ada harga yang harus dibayar oleh segolongan kaum wanita untuk kepeningan laki-laki yang ingin memperoleh kejantanan dan kesehatan. Sebagaimana dikemukakan dalam kajian pustaka di atas, fungsi kesehatan sunat merupakan sebuah hasil perkembangan baru dalam abad ke-19, keika ilmu kedokteran mulai berkembang. Fungsi kesehatan tentu bukanlah sebuah fungsi arkhais dari pelaksanaan sunat dan sifon.

F. Penutup

Studi ini memperlihatkan dinamika yang menarik tradisi sunat dan sifon dalam masyarakat Dawan. Studi ini mengungkap asal-usul dan latar belakang mitologis dan ritual prakik sunat dan sifon dalam masyarakat Dawan, yang menunjukkan idenitas kultural dan ekspresi religiositas masyarakat pendukungnya. Dari berbagai tanda dan simbol yang ada, studi ini menyimpulkan bahwa masyarakat Dawan purba mewariskan tradisi sunat dan sifon lebih-lebih sebagai sebuah ritus kesuburan alam, sebuah indakan dan ekspresi religiositas. Hal ini terbuki dari beberapa indikator sebagai berikut. 1. Masyarakat Dawan purba mengenal ritus pengorbanan manusia dan hewan dengan tujuan untuk memperoleh kesuburan. Sunat dan pengorbanan darah anak laki-laki pada awalnya menjadi korban persembahan bagi dewa-dewi untuk memohon kesuburan bagi ladang pertanian mereka. Tujuan ritus mengorbanan manusia dan hewan sangat mirip dengan tradisi sifon yang pada prinsipnya bermaksud “mendinginkan” bumi yang dipanasi. Perisiwa sifon pun dipahami sebagai sebuah perisiwa “mendinginkan” penis yang panas akibat luka sunat. Dalam beberapa kebudayaan lainnya, seperi masyarakat Meksiko purba, bayi yang dibunuh dan darahnya ditumpahkan ke bumi bermaksud menjamin tersedianya hasil panen yang melimpah seiap tahunnya. Pembunuhan bayi itu kemudian digani dengan pemotongan kulup penis, hidung, telinga, dan bagian tubuh lainnya. 2. Masyarakat purba idak memiliki alasan yang kuat dalam hal seksualitas yang ditujukan hanya untuk kepeningan ‘rekreaif’, yakni untuk kenikmatan seksual. Studi-studi mengenai seksualitas dalam masyarakat purba menunjukkan bahwa fungsi seks yang paling dominan adalah untuk kepeningan pro-kreasi, yaitu untuk melanjutkan keturuanan. Fungsi rekreaif adalah fungsi seks yang berkembang dalam masyarakat modern. 3. Ritus sunat yang selalu diawali dengan memohon perlindungan leluhur dan dewa-dewi menunjukkan sisi religiositas tradisi ini. Selain itu, bahan korban persembahan berupa ‘sopi’ dan ‘ayam jantan puih’ menunjukkan kesakralan tradisi ini pada awal mulanya. Dalam perkembangannya, tradisi sunat dan sifon dalam masyarakat Dawan mengalami pergeseran makna dan fungsi yang sangat signiikan. Studi ini mengungkap adanya iga fungsi baru dari tradisi sunat dan sifon. Mula-mula sunat dan sifon berfungsi sebagai ritus kesuburan yang jelas-jelas memiliki visi dan misi yang sangat religius. Makna dan fungsi sunat dan sifon kemudian bergeser ke arah fungsi sosial-budaya sebagai ritus inisiasi, fungsi seksualitas sebagai sarana maskulinitas, dan fungsi kesehatan sebagai sarana medis. Keiga fungsi terakhir itulah yang kini sangat mendominasi kesadaran historis dan ingatan kolekif masyarakat Dawan. Kini mitos tentang kejantanan yang diperoleh dari sunat dan sifon itu bahkan telah merembet dan mempengaruhi orang- orang di luar etnis Dawan. Beberapa tukang sunat dengan bangga menyebut nama beberapa pejabat yang pernah mereka sunat. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi ini tetap memainkan peranan yang besar dalam masyarakat Dawan kontemporer. Melalui proses konstruksi sosial, sunat dan sifon telah melalui pentahapan- pentahapan kultural seperi pembiasaan habitualized menjadi suatu tradisi budaya insituionalized dan akhirnya menjadi sebuah bendungan historis historical reservoir yang memiliki makna yang pening dalam membentuk idenitas kolekif dan peradaban masyarakatnya. 189 Bagian Delapan EKSISTENSI TEMBANG DOLANAN ANAK DI TENGAH KOMPLEKSITAS MASALAH BANGSA Oleh Sahid Teguh Widodo, Ph.D. Universitas Sebelas Maret Surakarta

A. Alu-Aluan