Hakikat Pengetahuan dan Kearifan Lokal

dapat mereka akui sebagai milik bersama. Selain itu, yang lebih pening adalah mereka sadar akan idenitas kelompok mereka sendiri. Yang dimaksud dengan loreyaitu sebagian kebudayaannya, yang diwariskan turun-menurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pengingat mnemonic device. Deinisi folklor yaitu sebagian kebudayaan suatu kolekif, yang tersebar dan diwariskan turun-menurun, di antara kolekif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai alat pembantu pengingat mnemonic device Danandjaja, 1984:2.Menurut Danandjaja 1984:3-5 untuk membedakan dengan kebudayaan culture pada umumnya, folklor mempunyai beberapa ciri pengenal, seperi: a penyebaran dan pewarisannya bersifat lisan; b bersifat tradisional; c ada exist dalam versi-versi bahkan varian yang berbeda; d bersifat anonim; e biasanya memiliki bentuk berumus, f mempunyai kegunaan fungsi dalam kehidupan bersama kolekifnya; g bersifat pralogis; h milik bersama kolekif; dan i pada umumnya bersifat polos dan lugu.

B. Hakikat Pengetahuan dan Kearifan Lokal

Ada iga isilah yang sering digunakan secara tumpang indih, yaitu pengetahuan lokal local knowledge, kearifan lokal local wisdom , dan kecerdasan setempat local genius. Isilah pengetahuan tradisional baca: pengetahuan lokal, pen. adalah segala sesuatu yang terkait dengan bentuk-bentuk tradisional baca: lokal, pen., baik itu suatu kegiatan ataupun hasil suatu karya yang biasanya didasarkan pada suatu kebudayaan tertentu Avonina, 2006. Sardjono 2004:28-29 menyatakan pengetahuan tradisional adalah pengetahuan yang dimiliki atau dikuasai dan digunakan oleh suatu komunitas, masyarakat atau suku bangsa tertentu, yang bersifat turun-menurun dan terus berkembang sesuai dengan perubahan lingkungan. The World Intellectual Property Organizaion WIPO menggunakan terminologi pengetahuan tradisional untuk menggambarkan tradiion-based-literacy, arisic, scieniic works, performances, invenions, scieniic discoveries, designs, marks, names and symbols, undisclosed informaion and all other tradiion based innovaions and creaion yang berasal dari kegiatan intelektual dalam bidang industri, keilmuan, sastra ataupun seni Sardjono, 2004:8. Di pihak lain, Wales dalam Poepawardojo, 1986:30 memaknai local genius sebagai the sum of the cultural characterisics which the vast majority of a people have in common as a result of their experiences in early life ” keseluruhan ciri-ciri kebudayaan yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakatbangsa sebagai hasil pengalaman mereka pada masa lampau. Mundardjito 1986:40 menjelaskan secara implisit hakikat local genius, yaitu: 1 mampu bertahan terhadap budaya luar; 2 memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar; 3 memiliki kemampuan mengintegrasi unsur-unsur budaya luar ke dalam budaya asli; 4 mempunyai kemampuan mengendalikan; 5 mampu memberikan arah pada perkembangan budaya. Sedyawai 1986:186-187 membedakan dua pengerian local genius , yaitu: 1 segala nilai, konsep dan teknologi yang telah dimiliki suatu bangsa sebelum mendapat “pengaruh asing”; 2 daya yang dimiliki suatu bangsa untuk menyerap, menafsirkan, mengubah, dan mencipta sepanjang terjadinya pengaruh asing. Sedangkan kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan kepada komunitas itu daya tahan dan daya tumbuh di dalam wilayah di mana komunitas itu berada. Kearifan lokal adalah jawaban kreaif terhadap situasi geograis-poliis, historis, dan situasional yang bersifat lokal Saini dalam Permana, 2010:1. Kearifan lokal dimaknai kepandaian dan strategi-strategi pengelolaan alam semesta yang berwajah manusia dan menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala alam serta keteledoran manusia Wahono, dkk., 2004:vii. Kearifan lokal juga diarikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud akivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Sistem pemenuhan kebutuhan mereka pasi melipui seluruh unsur kehidupan, agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi, serta kesenian. Mereka mempunyai pemahaman, program, kegiatan, pelaksanaan terkait untuk mempertahankan, memperbaiki dan mengembangkan unsur kebutuhan dan cara pemenuhannya, dengan memperhaikan sumber daya manusia dan sumber daya alam di sekitarnya Depsos, 2006. Hadi 2006 menyatakan bahwa pada dasarnya dalam seiap komunitas masyarakat memiliki kearifan lokal local wisdom . Kearifan lokal yang terdapat pada seiap komunitas masyarakat tradisional sekalipun terdapat terdapat suatu proses untuk ‘menjadi pintar dan berpengetahuan’ being smart and knowledgeable. Hal itu terkait dengan adanya keinginan agar dapat mempertahankan dan melangsungkan kehidupan, sehingga warga komunitas masyarakat akan secara spontan memikirkan cara-cara untuk melakukan danatau menciptakan sesuatu. Dalam hal ini termasuk juga cara untuk membuat makanan, cara untuk membuat peralatan yang diperlukan untuk mengolah sumberdaya alam demi menjamin tersedianya bahan makan, dan sebagainya. Dalam proses tersebut suatu penemuan yang sangat berharga dapat terjadi tanpa disengaja. Mereka menemukan bahwa suatu jenis tanaman tertentu dapat menghasilkan buah yang dapat dimakan setelah dilakukan cara pengolahan tertentu; atau daun tertentu dapat menyembuhkan mereka dari sakit perut, sedang daun lain mengobai demam; atau akar-akaran tertentu dapat menyembuhkan luka. Pengembangan suatu sistem pengetahuan dan teknologi yang asli tersebut itulah yang disebut kearifan lokal. Kearifan lokal dipandang sangat bernilai dan mempunyai manfaat tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Sistem tersebut dikembangkan karena adanya kebutuhan untuk menghayai, mempertahankan, dan melangsungkan hidup sesuai dengan situasi, kondisi, kemampuan, dan tata nilai yang dihayai di dalam masyarakat yang bersangkutan. Kearifan lokal tersebut, selanjutnya menjadi bagian dari cara hidup mereka yang arif untuk memecahkan segala permasalahan hidup yang mereka hadapi. Berkat kearifan lokal mereka dapat melangsungkan kehidupannya, bahkan dapat berkembang secara berkelanjutan sustainable development Hadi, 2006. Kearifan lokal dipandang lahir dan berkembang dari generasi ke generasi seolah-olah bertahan dan berkembang dengan sendirinya. Tidak ada ilmu dan teknologi yang mendasari lahirnya kearifan lokal, bahkan idak ada pendidikan dan pelaihan untuk meneruskannya. Sejainya manusia menciptakan budaya dan lingkungan isik dan biologisnya. Kebiasaan-kebiasaan, prakik, dan tradisi diwariskan dari generasi ke generasi. Pada gilirannya kelompok atau masyarakat tersebut idak menyadari darimana asal warisan kebijaksanaan tersebut. Generasi berikutnya terkondisikan menerima ‘kebenaran’ itu tentang nilai, pantangan, kehidupan, dan standar perilaku Idrus, 2008. Kearifan lokal dapat pula dideinisikan sebagai nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kekayaan-kekayaan budaya lokal berupa tradisi, pepatah-peiih, dan semboyan hidup. Salah satu ungkapan dari kearifan lokal adalah alon-alon waton kelakon, kebat kliwat pen. biar lambat asal tujuan tercapai daripada terlalu cepat tetapi merugikan dalam budaya Jawa, atau semboyan marsiadap ari saling membantu dalam melakukan suatu pekerjaan dalam budaya Batak. Konsep kearifan lokal atau kearifan tradisional atau sistem pengetahuan lokal indigenous knowledge system adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu yang telah berkembang lama sebagai hasil dari proses hubungan imbal balik antara masyarakat dengan lingkungannya Marzali dalam Mumfangai, dkk. 2004. Jadi konsep sistem kearifan lokal berakar dari sistem pengetahuan dan pengelolaan lokal atau tradisional. Karena hubungan yang dekat dengan lingkungan dan sumber daya alam, masyarakat lokal, tradisional, atau asli, melalui “uji coba” telah mengembangkan pemahaman terhadap sistem ekologi di mana mereka inggal yang telah dianggap mempertahankan sumber daya alam, serta meninggalkan kegiatan- kegiatan yang dianggap merusak lingkungan Mitchell, 2003. Berdasarkan uraian tersebut, pengetahuan lokal, local genius, maupun kearifan lokal, pada hakikatnya memiliki pengerian yang sama. Keiga isilah tersebut mendasari pemahaman bahwa kebudayaan itu telah dimiliki dan diturunkan secara berkelanjutan dari generasi ke generasi selama ratusan bahkan ribuan tahun oleh masyarakat setempat atau lokal. Kebudayaan yang telah kuat berakar itu idak mudah goyah dan terkontaminasi dengan pengaruh dari kebudayaan lain yang masuk.

B. Dimensi Kearifan Lokal