Kearifan Keadilan Legenda Kepemimpinan

kemiripan dengan kepemimpinan hikayat srirama. Timbanganten bercerita tentang raja Timbanganten, Ratu Pasehan, yang meminta Prabu Siliwangi untuk mencarikan pengganinya sebagai raja di Timbanganten. Prabu Siliwangi menugasi anaknya, Sunan Burung Baok, sebagai raja di Timbanganten dengan kewajiban untuk belajar terlebih dahulu pada Raja Timbanganten. Karena ingkah lakunya yang buruk, Burung Baok gagal dan dihukum untuk bertapa. Ia pulang ke Pajajaran dan memitnah Ratu Pasehan. Selanjutnya, Ratu Pasehan terbebas dari itnah dan Burung Baok harus menebus hukumannya dengan menaklukkan kerajaan yang membangkang kepada Prabu Siliwangi. Timbanganten selanjutnya dipimpin oleh keponakan Ratu Pasehan yang juga putra Prabu Siliwangi. Hal yang dipeik untuk diambil maknanya adalah sefat kepemimpinan sebagai berikut:

1. Kearifan

Kearifan dalam WBT dapat kita abstraksikan dari sikap Prabu Siliwangi saat menghadapi itnah anaknya terhadap Ratu Pasehan. Ia marah. Namun, setelah mendengar penjelasan Ratu Pasehan, ia memahami dan segera memberikan hukuman mai kepada anaknya. Saat paih idak melaksanakan hukuman itu, ia bertanya: Ka paih Arga ngadawuh, na kumaha raden paih, kapan kudu ditelasan, bet ayeuna masih hirup? Enggal matuh paih Arga, sumuhun imbalan gusi. Iyeu menta tukeur umur, sanggup jadi senapai, tadah sakawegah tuwan, siyang wengi seja ngiring, kangjeng Perbu Pajajaran, buligah manahna gusi. Lamun sanggup kitu sukur, ayeuna diperih pai, eta di Galuh negara, putra Perbu Braja Saki, jenengan Baraja Denda eta teu taluk ka kami . Pupuh IX, bait 18—20 Terjemahan: Kepada paih berkata, bagaimana raden paih, bukannya harus dibunuh, mengapa masih hidup? Segera menjawab paih Arga, betul itah paduka. Ini minta tukar umur, sedia jadi senapai, terima segala itah tuan, siang malam siap sedia, kangjeng Prabu Pajajaran, senang hai gusi. Jika sanggup demikian syukur, sekarang diminta berkorban, itu di negara Galuh, putra Prabu Braja Saki, namanya Baraja Denda, dia idak takluk kepadaku.’ Prabu menerima pertobatan anaknya. Ia menggani hukuman mai dengan tugas untuk menaklukan raja yang idak mau takluk kepadanya. Hal itu idak hanya berlaku kepada anaknya. Ratu Pasehan yang semula akan dihukum karena itnah Burung Baok dipulihkan kehormatannya dan kembali memerintah Timbanganten. Menurut Rosidi dalam Ekadjai, 1984:130, secara populer orang Sunda dicirikan suka humor, periang, senang kesenian, idak pendendam, dan semacamnya. Prabu Siliwangi merupakan tokoh asli Sunda. Oleh karena itu, sifat pemaafnya merupakan ciri budaya Sunda yang pemaaf dan idak pendendam.

2. Keadilan

Sifat adil juga ditunjukkan oleh tokoh Prabu Siliwangi. Prabu Siliwangi adalah raja besar yang menguasai raja-raja kecil di sekitarnya, termasuk Timbanganten. Bahkan, dalam BT diceritakan Prabu Siliwangi menaklukkan juga Raja Wiyangga di Majapahit. Sebagai raja taklukan, Ratu Pasehan memahami eika patronase kerajaan itu. Saat merasa tua dan idak memiliki anak, ia meminta Prabu Siliwangi untuk menentukan raja pengganinya. Prabu Siliwangi memberikan kesempatan kepada anaknya untuk menjadi raja di Timbanganten dengan syarat harus magang kepada Ratu Pasehan. Kepada paihnya, Prabu berpesan: Kudu pasrahkeun ku paih, ka akang Ratu Pasehan, sina diwarah nu angot, sugan ari di ditu mah, di jero pangumbaraan, sugan ka pangwarah turut, lamun teu beunang diwarah. Akadkeun bae sakali, ka akang ratu Pasehan, ieu lamun masih bangor, teu turut kana pangwarah, hirup ge taya gunana, pasrah diterapan hukum, dumugi ka ditelasan . Pupuh I, bait 19—20 Terjemahan: Sunan Burung Baok harus diserahkan oleh paih, kepada Ratu Pasehan, supaya dididik dengan sungguh-sungguh, mungkin inggal di sana, di pengembaraan, mungkin menurut didikan Ratu Pasehan, jika idak mau dididik. Perintahkan saja sekali, kepada Ratu Pasehan, jika masih nakal, idak mengikui didikan, hidup juga tak berguna, pasrah diberi hukuman meskipun sampai dibunuh.’ Prabu Siliwangi mengetahui kenakalan anaknya, tetapi dengan keadilannya ia memberi kesempatan kepada anaknya untuk memperbaiki diri. Permintaan Ratu Pasehan oleh Prabu dilihat sebagai jalan untuk mendidik anaknya agar menjadi baik dan siap menjadi raja. Prabu bersikap adil terhadap anaknya. Prabu membolehkan Ratu Pasehan untuk mendidik Burung Baok dan menghukumnya jika bersalah meskipun ia anak seorang Prabu Siliwangi.

3. Kasih