Sub Model Pengembangan Lahan Minapolitan

Tabel 41 Simulasi lahan budidaya km 2 , jumlah petakan unit, kebutuhan bibit ton, panen kering ton, pengeluaran, penerimaan dan keuntungan Rp usaha budidaya rumput laut di Kecamatan Kupang Barat Tabel 42 menyajikan hasil simulasi lahan budidaya km 2 , jumlah petakan unit, kebutuhan bibit ton, panen kering ton, pengeluaran, penerimaan dan keuntungan Rp usaha budidaya rumput laut di Kecamatan Sulamu Tahun 2007-2037. Dengan asumsi laju pertambahan lahan budidaya 10 dan perhitungan produksi budidaya yang telah dibuat, pada tahun 2037 didapatkan peningkatan hasil panen kering rumput laut sebesar 885 ton dari 314 ton pada tahun 2007. Untuk mendapatkan 314 ton pada tahun 2007 dibutuhkan bibit rumput laut sebesar 80 ton yang akan ditanam pada luas lahan budidaya 0,10 km 2 dengan jumlah petakan 33 unit. Keuntungan usaha budidaya laut ini mengalami peningkatan dari Rp902.976.000,00 pada tahun 2007 menjadi Rp2.544.643.005,00 pada tahun 2037. Dilihat dari keuntungan yang diperoleh jika hasil panen rumput laut kering terjual semuanya tanpa diolah terlebih dahulu dapat meningkatkan pendapatan para pembudidaya rumput laut di Kecamatan Sulamu. Tabel 42 Simulasi lahan budidaya km 2 , jumlah petakan unit, kebutuhan bibit ton, panen kering ton, pengeluaran, penerimaan dan keuntungan Rp usaha budidaya rumput laut di Kecamatan Sulamu Peningkatan produksi usaha rumput laut ini akan berdampak pada peningkatan keuntungan usaha rumput laut yang diterima oleh pembudidaya. Hasil simulasi model dinamik menunjukkan peningkatan keuntungan usaha rumput laut mengikuti pertumbuhan yang cukup tajam dan membentuk pola pertumbuhan dari kurva sigmoid, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menjual hasil panen rumput laut kering saja dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya rumput laut di Kabupaten Kupang, sehingga diperlukan suatu kontinuitas produksi rumput laut karena menguntungkan dan dapat mensejahterakan masyarakat sekitar pesisir.

c. Sub Model Pengembangan Industri Pengolahan Rumput Laut

Sub model pengembangan industri pengolahan rumput laut kering merupakan bagian pemodelan untuk mengetahui pengaruh komponen- komponen dalam pengembangan usaha rumput laut di Kabupaten Kupang. Dalam simulasi sub model ini terdapat beberapa komponen yang saling berpengaruh seperti jenis olahan rumput laut, kapasitas produksi, tenaga kerja, industri rumah tangga, biaya produksi, keuntungan penjualan hasil olahan, dan PDRB di Kabupaten Kupang. Pengaruh antar komponen dalam sub model ini disajikan dalam stock flow diagram SFD seperti terlihat pada Gambar 52. Gambar 52 Struktur model dinamik sub model industri pengolahan dan pemasaran rumput laut di Kabupaten Kupang Berbeda dengan sub model budidaya, pada pemodelan industri pengolahan ini hasil panen rumput laut tidak dijual seluruhnya melainkan dibagi 10 untuk diolah menjadi makanan dan sisanya 90 dijual kering tanpa diolah terlebih dahulu. Untuk rumput laut yang diolah, dibagi menjadi dua hasil olahan yaitu dodol dan pilus. Contoh hasil pengolahan dodol dan pilus yang telah dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 23. Untuk pengolahan rumput laut saat ini berupa industri rumah tangga dengan tenaga kerja 5 orang per olahan pilus dan 5 orang per olahan dodol. Kapasitas produksi masing-masing dodol dan pilus sebesar 960 kg per tahun per industri rumah tangga. Untuk harga jual dodol Rp65.000,00 per kg dan harga jual pilus Rp55.000,00 per kg. Produk domestik regional bruto PDRB merupakan hasil sumbangan dari keuntungan penjualan dodol, pilus dan rumput laut kering. Simulasi panen kering ton, keuntungan jual kering, dodol dan pilus rp dari industri pengolahan rumput laut di Kecamatan Semau Tahun 2007-2037 disajikan pada Tabel 43. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dari hasil panen kering 3.779 ton pada tahun 2007 didapatkan PDRB sebesar Rp33.427.311.170,00 dari hasil penjualan 90 rumput laut kering dan 10 hasil olahan dodol dan pilus. Peningkatan industri rumput laut olahan dodol meningkat dari Rp10.589.022.785,00 pada tahun 2007 menjadi Rp29.840.530.378,00 pada tahun 2037 sedangkan untuk olahan pilus meningkat dari Rp8.689.322.785,00 pada tahun 2007 menjadi Rp24.487.056.624,00 pada tahun 2037. PDRB Kecamatan Semau dari rumput laut mencapai Rp94.200.259.521,00 pada tahun 2037. Tabel 43 Simulasi panen kering ton, keuntungan jual kering, dodol dan pilus Rp dari industri pengolahan rumput laut di Kecamatan Semau Tabel 44 menyajikan hasil simulasi panen kering ton, keuntungan jual kering, dodol dan pilus Rp dari industri pengolahan rumput laut di Kecamatan Kupang Barat tahun 2007-2037. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dari hasil panen kering 10.142 ton pada tahun 2007 didapatkan PDRB sebesar Rp89.231.582.710,00 dari hasil penjualan 90 rumput laut kering dan 10 hasil olahan dodol dan pilus. Peningkatan industri rumput laut olahan dodol meningkat dari Rp28.266.564.955,00 pada tahun 2007 menjadi Rp79.656.952.992,00 pada tahun 2037 sedangkan untuk olahan pilus meningkat dari Rp23.195.464.955,00 pada tahun 2007 menjadi Rp65.366.275.120,00 pada tahun 2037. PDRB Kecamatan Kupang Barat dari rumput laut mencapai Rp251.460.196.902,00 pada tahun 2037. Tabel 44 Simulasi panen kering ton, keuntungan jual kering, dodol dan pilus Rp dari industri pengolahan rumput laut di Kecamatan Kupang Barat Simulasi panen kering ton, keuntungan jual kering, dodol dan pilus rp dari industri pengolahan rumput laut di Kecamatan Sulamu tahun 2007-2037 disajikan pada Tabel 45. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dari hasil panen kering 314 ton pada tahun 2007 didapatkan PDRB sebesar Rp2.762.587.700,00 dari hasil penjualan 90 rumput laut kering dan 10 hasil olahan dodol dan pilus. Peningkatan industri rumput laut olahan dodol meningkat dari Rp875.125.850,00 pada tahun 2007 menjadi Rp2.466.159.535,00 pada tahun 2037 sedangkan untuk olahan pilus meningkat dari Rp718.125.850,00 pada tahun 2007 menjadi Rp2.023.723.688,00 pada tahun 2037. PDRB Kecamatan Sulamu dari rumput laut mencapai Rp7.785.145.415,00 pada tahun 2037. Tabel 45 Simulasi panen kering ton, keuntungan jual kering, dodol dan pilus Rp dari industri pengolahan rumput laut di Kecamatan Sulamu Peningkatan setiap komponen yang ada dalam sub model industri ini mengikuti pertumbuhan kurva sigmoid sampai batas tertentu. Akibat keterbatasan lahan budidaya akan mengalami suatu titik kesetimbangan tertentu stable equilibirium dimana keuntungan dan peningkatan PDRB tidak dapat ditingkatkan lagi di kawasan minapolitan budidaya rumput laut ini, dan sub model pengolahan ini dapat dikatakan mengikuti pola archetype limit to growth dalam sistem dinamik.

8.3.2 Simulasi Skenario Model Pengembangan Kawasan Minapolitan

Kinerja model yang digambarkan dalam struktur sistem menggambarkan kondisi saat ini. Seiring dengan perjalanan waktu, maka akan terjadi perubahan kinerja sistem sesuai dengan dinamika waktu yang akan terjadi pada masa yang akan datang, berdasarkan hal tersebut, disusun berbagai skenario pada model yang telah dibangun sebagai strategi yang dapat dilakukan ke depan dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan di wilayah Kabupaten Kupang. Skenario yang dibangun terdiri atas tiga skenario antara lain 1 skenario pesimis 2 skenario moderat, dan 3 skenario optimis. Skenario pesimis dapat diartikan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh pada kinerja sistem mengalami kemunduran atau terjadi perubahan dari keadaan eksisting yang mengarah pada tercapainya kinerja sistem atau terjadi perubahan yang sangat cepat dari keadaan yang perlu dihambat perkembangannya. Skenario moderat diartikan sebagai perubahan beberapa variabel yang berpengaruh pada kinerja sistem dimana perubahan tersebut lebih baik daripada skenario pesimis, sedangkan skenario optimis diartikan bahwa terjadi perubahan yang lebih besar dari variabel-variabel yang berpengaruh pada kinerja sistem dimana perubahan ini lebih baik dari skenario pertama dan kedua. Adapun variabel-variabel tersebut sebagai variabel kunci yang sangat berpengaruh pada kinerja sistem meliputi laju pertumbuhan lahan budidaya, persen kematian rumput laut, harga jual, kenaikan berat rumput laut dari berat semula waktu ditanam, waktu panen dalam 1 tahun, dan persen olahan rumput laut. Variabel-variabel ini akan berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan di kawasan minapolitan, peningkatan produksi, tingkat keuntungan usaha nelayan, dan sumbangan terhadap PDRB. Hasil simulasi skenario model perubahan penggunaan lahan budidaya rumput laut di Kabupaten Kupang dapat dilihat pada Gambar 54. Model yang diskenariokan pada penggunaan lahan ini adalah lahan budidaya yang mengambil tempat di wilayah perairan Kecamatan Semau, Kecamatan Kupang Barat dan Kecamatan Sulamu. Pada Gambar 54 terlihat bahwa perubahan tiga skenario dalam model ini menunjukkan perubahan yang berbeda-beda dimana perubahan yang lebih nyata terlihat dengan semakin bertambahnya tahun simulasi. Pada skenario optimis, peningkatan luas lahan budidaya sangat cepat sebagai akibat dari laju pertumbuhan sebesar 10 setiap tahun, sedangkan untuk skenario moderat 5 dan pesimis 3.