Budidaya Teripang Budidaya Laut di Kabupaten Kupang

peningkatan daya dukung lingkungan memiliki batas-batas dimana pada keadaan tertentu cenderung sulit atau tidak ekonomis lagi bahkan tidak mampu lagi dinaikkan kemampuannya karena akan terjadi kerusakan pada sumberdaya atau ekosistem. Penggunaan IPTEK yang tidak bijaksana justru akan menghancurkan daya dukung lingkungan. Kelestarian, keberadaan atau optimisasi manfaat dari suatu sumberdaya alam dan lingkungan merupakan salah satu persyaratan dilakukannya penilaian daya dukung carrying capacity. Tujuan utama dari penilaian ini adalah untuk mempertahankan atau melestarikan potensi sumberdaya alam dari areal tersebut pada batas-batas penggunaan yang diperkenankan atau yang dimungkinkan. Nilai yang dihasilkan dari perhitungan atau pendekatan daya dukung dari sumberdaya alam dan lingkungan adalah penting untuk menentukan bentuk- bentuk pengelolaan terhadap sumberdaya tersebut terutama dalam tujuan menjaga, mengendalikan, dan juga melestarikan lingkungan. Penilaian yang sistematik terhadap sumberdaya alam dan lingkungan yang menjadi dasar dari kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya dilakukan terutama untuk mengetahui potensinya. Dengan pendekatan ini maka akan dapat diketahui kapasitas dari suatu kawasan atau ekosistem yang dinilai, yang selanjutnya akan dapat merupakan ukuran danatau nilai pendugaan terhadap kualitas sumberdaya alam dan lingkungan.

2.6 Pendekatan Sistem

Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan yang kompleks. Pengertian ini mencerminkan adanya beberapa bagian dan hubungan antara bagian dan menunjukkan kompleksitas dari sistem yang meliputi kerjasama antara bagian yang interdependen satu sama lain Marimin, 2004, sedangkan pendekatan sistem didefinisikan sebagai suatu metodologi penyelesaian masalah yang dimulai dengan tentatif mendefinisikan atau merumuskan tujuan dan hasilnya adalah suatu sistem operasi yang secara efektif dapat dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan Eriyatno, 1998. Menurut Manetsch and Park 1979, suatu pendekatan sistem akan dapat berjalan dengan baik jika terpenuhi kondisi-kondisi berikut : 1 tujuan sistem didefinisikan dengan baik dan dapat dikenali jika tidak dapat dikuantifikasikan, 2 prosedur pembuatan keputusan dalam sistem ini adalah terdesentralisasi atau cukup jelas batasannya, 3 dalam perencanaan jangka panjang memungkinkan dilakukan. Sistem terdiri atas dua jenis yaitu sistem statis dan sistem dinamik Djojomartono, 2000. Sistem statis adalah sistem yang nilai outputnya tidak tergantung pada nilai inputnya. Sedangkan sistem dinamik adalah sistem yang memiliki variabel yang dapat berubah sepanjang waktu sebagai akibat dari perubahan input dan interaksi antar elemen-elemen sistem. Dengan demikian nilai output sangat bergantung pada nilai dari variabel-variabel input sebelumnya. Sistem dinamik dicirikan oleh adanya delay time yang menggambarkan ketergantungan output terhadap varibel input pada periode waktu tertentu. Hardjomidjojo, 2006 menyatakan bahwa penyelesaian persoalan dengan pendekatan sistem dapat ditekankan pada tiga filosofi sistem yang dikenal sebagai SHE sibernetik, holistik, dan efektifitas. Sibernetik dapat diartikan bahwa dalam penyelesaian masalah tidak berorientasi pada permasalahan problem oriented tetapi lebih berorientasi pada tujuan goal oriented. Holistik lebih menekankan pada penyelesaian masalah secara utuh dan menyeluruh, sedangkan efektivitas berarti bahwa sistem yang telah dikembangkan tersebut harus dapat dioperasikan. Lebih lanjut Eriyatno dan Sofyar 2007 menyatakan bahwa dalam penyelesaian persoalan dengan pendekatan sistem, harus memenuhi tiga karakteristik yaitu kompleks, dinamis, dan probabilistik.

2.6.1 Pemodelan dengan Interpretasi Struktur ISM

Pemodelan dengan interpretasi struktur interpretative structural system - ISM merupakan salah satu teknik pemodelan yang dikembangkan untuk perencanaan kebijakan strategis. Menurut Eriyatno 1998 dalam Marimin 2004, ISM adalah proses pengkajian kelompok group learning process dimana model- model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat. Saxena 1992 dalam Marimin 2004 menyebutkan sembilan elemen yang dapat dianalisis dengan pendekatan ISM yaitu 1 sektor masyarakat yang terpengaruh, 2 kebutuhan dari program, 3 kendala utama program, 4 perubahan yang diinginkan, 5 tujuan dari program, 6 tolak ukur untuk menilai setiap tujuan, 7 aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, 8 ukuran aktifitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai setiap aktivitas, dan 9 lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Setiap elemen dijabarkan menjadi sejumlah sub elemen. Dalam suatu kajian dengan menggunakan ISM, analisis dapat dilakukan terhadap semua elemen seperti dikemukakan atas atau hanya sebagian elemen saja tergantung tujuan yang ingin dicapai dalam kajian yang dilakukan. Apabila hanya sebagian elemen yang dikaji, maka penentuan elemen-elemennya didasarkan pada hasil pendapat pakar termasuk penyusunan sub elemen pada setiap elemen yang terpilih. Setelah ditetapkan elemen dan sub elemen, selanjutnya ditetapkan hubungan kontekstual antar sub elemen yang terkandung adanya suatu pengarahan direction dalam terminologi sub ordinat yang menuju pada perbandingan berpasangan seperti apakah tujuan A lebih penting dari tujuan B. perbandingan berpasangan yang menggambarkan keterkaitan antara sub elemen atau tidaknya hubungan kontekstual dilakukan oleh pakar. Beberapa keterkaitan antara sub elemen dengan teknik ISM dapat dilihat seperti Tabel 1. Tabel 1 Keterkaitan antara sub elemen pada teknik ISM Marimin, 2004 No. Jenis Keterkaitan Sub Elemen Interpretasi 1. Perbandingan comparative A lebih pentingbesarindah daripada B 2. Pernyataan definitive A adalah atribut B A termasuk di dalam B A mengartikan B 3. Pengaruh influence A menyebabkan B A adalah sebagian penyebab B A mengembangkan B A menggerakan B A meningkatkan B 4. Keruangan spatial A adalah selatanutara B A di atas B A sebelah kiri B 5. Kewaktuan time scale A mendahului B A mengikuti B A mempunyai prioritas lebih dari B Untuk menyajikan tipe hubungan kontekstual dengan teknik ISM, digunakan empat simbol yang disebut VAXO Eriyatno, 2007 dimana : V = untuk relasi dari elemen Ei sampai Ej, tetapi tidak berlaku untuk kebalikannya, A = untuk relasi dari elemen Ej sampai Ei, tetapi tidak berlaku untuk kebalikannya, X = untuk interelasi antara elemen Ei sampai Ej berlaku untuk kedua arah, dan O = untuk merepresentasikan bahwa Ei sampai Ej adalah tidak berkaitan.

2.6.2 Sistem Dinamik

Studi pengembangan sistem dinamik bertujuan untuk mendapatkan model keterkaitan secara dinamis antar variabel yang berpengaruh. Model adalah abstraksi atau penyederhanaan dari sistem yang sebenarnya Hall dan Day, 1977. Menurut bentuknya, model dapat dibedakan antara lain Hardjomidjojo, 2006 : 1. Model fisik dan mental. Model fisik menggambarkan sistem secara nyata fisik, sedangkan model mental menggambarkan sistem melalui penjelasan secara deskriptif atau persamaan matematis. 2. Model deskriptif dan numerik. Model deskriptif menjelaskan sistem tanpa menggunakan hubungan kuantitatif, umumnya menggunakan diagram atau berupa konsep. Sedangkan model numerik menggunakan persamaan matematis sehingga mempunyai kemampuan prediksi. 3. Model empirik dan model mekanistik. Model empirik juga disebut model statistik, yang mengandalkan hubungan kausal berdasarkan pengamatan empirik hubungan input-output . Model ini kadang disebut „black box‟ karena tidak menjelaskan mekanisme proses yang terjadi. Sedangkan model mekanistik menjelaskan mekanisme proses yang terjadi, namun tergantung pada level model tersebut. 4. Model statis dan model dinamik. Model statis tidak memperhitungkan waktu yang selalu berubah tidak ada fungsi waktu. Sedangkan model dinamik memperhitungkan waktu sebagai variabel. Dalam model dinamis, variabel yang tidak berubah dengan waktu disebut „parameter‟ atau „konstanta‟. 5. Model deterministik dan model stokastik. Model deterministik menghasilkan keluaran output yang pasti determined atau tunggal dan tidak memperhitungkan berbagai kemungkinan lain akibat ketidak-pastian berbagai faktor eksternal. Sedangkan model stokastik dengan masukan input yang sama dapat memiliki berbagai kemungkinan. Pada model semacam ini, biasanya digunakan perhitungan peluang probability dari keluaran output model. Model-model tersebut digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan lintas disiplin, sehingga permasalahan yang kompleks dapat diselesaikan secara komprehensif. Dalam melakukan suatu pemodelan, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan struktur model yang akan memberikan gambaran bentuk dan perilaku sistem dimana perilaku tersebut dibentuk oleh kombinasi perilaku simpul umpan balik causal loop yang menyusun struktur model. Struktur model suatu sistem dapat dijelaskan dengan jalan menentukan pengaruh yang akan memberikan hubungan sebab-akibat antara faktor-faktor yang ada.