Analisis Data Development of marine culture-based minapolitan model in Kupang Regency

membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal dan berinteraksi dengan manusia lainnya serta tempat berlindung sebuah rumah harusnya memenuhi syarat kesehatan, untuk menunjang kehidupan manusia. Salah satu indikator rumah sehat menurut world health organization WHO adalah rumah yang memiliki luas lantai minimal 10m 2 perkapita. Jika satu rumah tangga memiliki empat sampai lima anggota rumah tangga, maka rumahnya dikatakan sehat bila memiliki luas lantai minimal 40-50 m 2 . Hasil susenas tahun 2009 menyatakan bahwa lebih dari 31,25 rumah tangga di Kabupaten Kupang menempati rumah dengan luas lantai 50 m 2 atau lebih. Selain luas lantai minimal, rumah juga harus memiliki fasilitas yang sangat dibutuhkan manusia untuk hidup. Dari hasil susenas tahun 2009 dapat dilihat bahwa sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Kupang sudah mengkonsumsi air minum bersih 50. Sumber air minum yang relatif bersih tersebut berasal dari ledeng, pompa, air kemasan, sumur terlindung dan mata air terlindung. Fasilitas rumah lainnya yang tidak kalah penting adalah penerangan. Fasilitas penerangan ini dapat bersumber dari listrik atau bukan listrik seperti petromakaladin, pelitasentirobor dan lainnya. Berdasarkan hasil susenas 2009, sekitar 36,84 rumah tangga menggunakan fasilitas penerangan listrik, terdiri dari 32,23 menggunakan listrik PLN dan 4,61 menggunakan listrik non PLN. Hasil Susenas tahun 2007 juga memberikan gambaran fasilitas rumah lainnya yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan yaitu penggunaan tempat buang air besar. Sekitar 66,30 rumah tangga memiliki tempat buang air besar sendiri. Tetapi, satu hal yang masih perlu perhatian khusus dari pemerintah adalah masih ada sekitar 22 rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar.

4.5 Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan KabupatenKupang

Potensi dan pemanfaatan sumberdaya perikanan Kabupaten kupang terdiri atas : potensi dan pemanfaatan sumberdaya perikanan laut, data sebaran sarana dan prasarana perikanan, data sebaran sarana dan prasarana penunjang pembangunan perikanan, dan database sumber daya perikanan.

4.5.1 Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut

Sebagai salah satu Kabupaten kepulauan yang memiliki sekitar 21 pulau besar dan kecil Lampiran 4, dengan perairan laut yang cukup luas dan garis pantai yang cukup panjang, maka wilayah pesisir dan laut Kabupaten Kupang tentunya memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar pula. Potensi penangkapan ikan dan non ikan sudah menjadi andalan daerah ini sejak lama, dan menjadi salah satu penyuplai bahan pangan protein dari sumber ikan ke Kota Kupang maupun diantar pulaukan ke Pulau Jawa, Bali dan Sulawesi, dan sebagian lagi diekspor.

a. Karakteristik Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Kupang

Selain memiliki beberapa pulau kecil terluar yang tidak berpenghuni, wilayah Kabupaten Kupang juga secara administratif berbatasan dengan Laut Sawu di sebelah utara, di sebelah selatan dengan Laut Timor, di sebelah timur dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan wilayah Oekusi bagian Negara Timor Leste, dan sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Rote Ndao dan Samudera Indonesia. Dari sekitar 24 kecamatan 177 desakelurahan yang ada, maka terdapat sekitar 15 kecamatan dan 64 desakelurahan yang berada di wilayah tersebut Lampiran 5. Dari lokasi yang ada, karakteristik pantai dan lautnya beragam antara karang, pasir maupun campuran karang dan kerikil, serta sebagian lagi berlumpur. Wilayah pantai yang berada di Teluk Kupang, pantai dan lautnya relatif lumpur berpasir dengan kondisi agak landai, karena terdapat beberapa muara sungai, dimana umumnya didominasi ekosistem mangrove. Wilayahnya meliputi Kecamatan Sulamu, Kupang Timur, dan sebagian lagi di Kecamatan Kupang Tengah, sehingga selama ini dimanfaatkan untuk usaha budidaya air payau tambak ikan, maupun tambak garam. Pantai berpasir umumnya ditemukan di pesisir pantai Kecamatan Kupang Barat, Semau, Pantai Amfoang Utara dan sebagian lagi di Pulau Raijua. Karakteristik pantai dan laut ini banyak ditumbuhi ekosistem padang lamun, serta sangat cocok untuk dikembangkan budidaya rumput laut, serta budidaya ikan dan mutiara. Di lain pihak, karakteristik pantai dan perairan yang berkarang, dapat ditemukan pada hampir sebagian besar lokasi di desa-desa pantai yang ada. Beberapa lokasi yang memiliki potensi terumbu karang untuk pengembangan wisata bahari termasuk wisata bawah laut, yakni perairan di sekitar Pulau Kera di Desa Uiasa Kecamatan Semau maupun pada perairan di Desa Tablolong Kecamatan Kupang Barat, sebaliknya, beberapa wilayah pesisir dan laut telah menunjukkan degradasi lingkungan yang sangat memprihatinkan, baik itu terhadap kondisi terumbu karang, maupun hutan bakau. Aktifitas manusia dianggap menjadi penyebab utamanya. Kegiatan penangkapan ikan dan biota laut lainnya yang bersifat destruktif, pemanfaatan terumbu karang yang tidak terkendali, pengambilan pasir laut serta penebangan pohon bakau untuk kayu bakar, menjadi alasan-alasan kerusakan lingkungan pantai dan ekosistemnya. Gambaran karakteristik pantai, laut dan ekosistem pendukungnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

b. Potensi Perikanan Budidaya sebaran menurut luasan dan jenis

Potensi perikanan budidaya di wilayah perairan dan pantai Kabupaten Kupang juga cukup besar. Beberapa komoditi ekonomis penting yang sudah dibudidayakan oleh sebagian besar nelayanpembudidaya adalah rumput laut dan budidaya ikan, sedangkan budidaya mutiara dilakukan oleh perusahaan swasta asing yakni PT.TOM. Komoditi rumput laut saat ini menjadi primadona pengembangan budidaya laut di Kabupaten Kupang, karena mampu memberikan nilai tambah bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir baik untuk pembudidaya rumput laut atau nelayan sambilan maupun pelaku usaha perikanan seperti pengumpul hasil, distributor dan jasa transportasi laut. Sebaran lokasi potensi dan pengembangan budidaya rumput laut umumnya hampir pada setiap perairan pantai di seluruh wilayah kecamatan pesisir. Namun demikian, usaha budidaya rumput laut sampai saat ini lebih banyak digeluti oleh masyarakat pesisir di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Kupang Barat, Semau, Semau Selatan dan kecamatan-kecamatan di Pulau Sabu dan Raijua. Wilayah-wilayah ini merupakan sentra produksi komoditi rumput laut. Produksi rumput laut juga mengalami peningkatan, dan umumnya hasil produksinya diantarpulaukan ke Jakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Untuk potensi pengembangan budidaya mutiara hingga saat ini terdapat di perairan Selat Semau yakni perairan sekitar Kecamatan Kupang Barat, Semau dan Semau Selatan. Hasil produksi mutiara umumnya dipasarkan ke Jakarta ataupun diekspor Jepang. Gambaran sebaran areal potensial pengembangan budidaya laut seperti pada Lampiran 8.

4.5.2 Sarana dan Prasarana Perikanan a. Data Sebaran Sarana dan Prasarana Perikanan Tangkap

Hingga saat ini, kondisi sarana dan prasarana perikanan tangkap untuk sebagian besar kecamatan-kecamatan pantai cenderung masih bersifat tradisional. Umumnya kepemilikan sarana penangkapan ikan berupa perahu tanpa motor, baik itu jukung, perahu kecil dan besar dengan jumlah seluruhnya mencapai 2.049 unit, dengan sebaran terbanyak di Kecamatan Kupang Barat yakni sebanyak 361 unit, kemudian Kecamatan Semau dan Sulamu data tahun 2007. Ketiga kecamatan tersebut menjadi sentra perikanan tangkap di Kabupaten Kupang, sehingga kepemilikan armada penangkapan ikan berupa motor tempel dan kapal motor juga terbanyak pada wilayah-wilayah tersebut. Jika dilihat dari jenis alat tangkap yang digunakan, maka umumnya nelayan di Kabupaten Kupang masih menggunakan alat tangkap yang masih tradisional seperti pancing tangan dan gillnet monofilamen.

b. Data Sebaran Sarana dan Prasarana Perikanan Budidaya

Berhasilnya kegiatan budidaya laut, salah satunya ditunjang pula oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana prasarana budidaya laut yang selama ini terus dikembangkan yakni sarana budidaya rumput laut. Pengadaan tali PE dan pelampung, merupakan sarana utama dari kegiatan budidaya rumput laut di beberapa sentra pengembangan komoditi tersebut. Demikian pula untuk mengupayakan peningkatan produksi dan nilai tambah hasilnya maka diberikan bantuan patok besi, waring penjemuran dan bahkan alat pres rumput laut, sedangkan prasarana penyimpanan hasil gudang hanya terdapat 2 unit milik masyarakat. Saat ini para pengumpul hasil di Pulau Sabu masih menggunakan bangunan rumah miliknya sebagai tempat penampungan sementara. Untuk pengembangan budidaya pembesaran ikan, maka telah ada KJA yang diberikan kepada nelayan di Desa Tablolong Kupang Barat dan Desa Hansisi Semau. Gambaran sebaran dan jumlah sarana prasarana budidaya laut seperti pada Lampiran 10. Untuk pengembangan budidaya air tawar dan payau, maka sarana prasarana yang seharusnya menjadi pendukungnya yakni kolam permanen, tambak, bendungan dan embungcekdam, yang tentunya ditunjang dengan ketersediaan sumber air yang ada sepanjang tahun. Sarana prasarana ini tersebar pada beberapa kecamatan yang memiliki potensi sumberdaya air cukup banyak, yakni Kecamatan Kupang Tengah bendungan Tilong, Kupang Timur, Takari, Fatuleu dan Amabi Oefeto Timur. Luasan sarana prasarana ini secara keseluruhan mencapai 493,00 ha untuk embungcekdam, untuk kolam permanen seluas 27,80 ha, untuk tambak garam 420,75 ha dan luasan Bendungan Tilong mencapai sekitar 18,00 ha.