Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian model pengembangan minapolitan di
Kabupaten Kupang
1.4 Perumusan Masalah
Pengelolaan wilayah pesisir terpadu dinyatakan sebagai proses pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan serta ruang dengan mengindahkan
aspek konservasi dan keberlanjutannya. Permasalahan yang ada di Kabupaten Kupang adalah pemanfaatan sumberdaya perikanan yang belum optimal,
program pemda NTT yaitu gemala yang tidak lagi bergaung dalam pembangunan perikanan NTT, dan Kabupaten Kupang sebagai kawasan pengembangan
minapolitan berbasis budidaya laut. Sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan
perikanan, khususnya nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan sebagaimana menjadi misi kementerian kelautan dan perikanan KKP, maka dibuat kebijakan
strategis operasional minapolitan. Minapolitan merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah. Untuk itu pendekatan dalam
pembangunan minapolitan dilakukan dengan sistem manajemen kawasan
dengan prinsip integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi.
Ciri kawasan minapolitan adalah sebagian besar masyarakat memperoleh pendapatan dari kegiatan minabisnis kegiatan dikawasan didominasi oleh
kegiatan perikanan industri pengolahan, perdagangan. Dalam rencana pengembangan kawasan minapolitan tersebut, Kabupaten Kupang memiliki
sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi seperti : 1 memiliki lahan dan perairan yang sesuai untuk pengembangan komoditas perikanan; 2 memiliki
sarana umum lainnya seperti transportasi, listrik, telekomunikasi, air bersih dll; dan 3 memiliki berbagai sarana dan prasarana minabisnis, yaitu : pasar,
lembaga keuangan, kelompok budidaya, balai benih ikan, penyuluhan dan
bimbingan teknis, jaringan jalan, irigasi.
Dengan demikian, dibutuhkan kajian lebih mendalam berkaitan dengan persyaratan yang harus dipenuhi untuk sebuah kawasan minapolitan; untuk itu
perlu dilakukan pengkajian pengembangan kawasan minapolitan dengan menggunakan berbagai macam metode secara komprehensif yang nantinya
akan diperoleh hasil penelitian yang detail dan mendalam. Perumusan masalah pengembangan kawasan minapolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Kupang,
disajikan secara sistematis pada Gambar 2. Beberapa pertanyaan penelitian
yang merupakan permasalahan-permasalahan yang perlu dikaji adalah :
1. Bagaimana kondisi dan potensi wilayah yang dimiliki Kabupaten Kupang
untuk menunjang pengembangan kawasan minapolitan?
2. Bagaimana tingkat perkembangan wilayah yang dimiliki Kabupaten Kupang
untuk menunjang pengembangan kawasan minapolitan?
3. Bagaimana keberlanjutan potensi wilayah yang dimiliki Kabupaten Kupang dapat mendukung pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten
Kupang?
4. Bagaimana model pengembangan kawasan minapolitan secara berkelanjutan di Kabupaten Kupang, serta bagaimana rumusan kebijakan dan skenario
strategi pengembangannya?
Gambar 2 Skema perumusan masalah model pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat bagi pemerintah daerah, dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kebijakan dan strategi pembangunan wilayah
melalui pengembangan kawasan minapolitan secara berkelanjutan.
2. Manfaat bagi masyarakat stakeholders, memberikan kontribusi hasil pemikiran secara ilmiah bagi masyarakat yang akan menginvestasikan
modalnya dalam pengelolaan sumberdaya laut secara berkelanjutan melalui
konsep minapolitan.
3. Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai bahan referensi dan pengkajian lebih lanjut dalam pengembangan wilayah yang berpihak
pada optimalisasi di sektor perikanan berbasis budidaya laut.
1.6 Kebaruan Novelty
Penelitian mengenai model pengembangan minapolitan berbasis budidaya laut di Kabupaten Kupang belum pernah dilakukan, khususnya jika
ditinjau berdasarkan hal-hal berikut secara menyeluruh yaitu: potensi sumberdaya kelautan dan perikanan, tingkat perkembangan wilayah, status
keberlanjutan wilayah, dan konsep pengembangan minapolitan. Berdasarkan hal tersebut, kebaruan dari penelitian ini adalah dihasilkannya rekomendasi
kebijakan umum dan operasional minapolitan berbasis budidaya laut yang didasarkan pada potensi sumberdaya kelautan dan perikanan, tingkat
perkembangan wilayah,
status keberlanjutan
wilayah, dan
konsep pengembangan minapolitan.
1.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian ini yang telah
dilaksanakan terlebih dahulu, antara lain :
1. Susilo 2003 dengan judul penelitian “Keberlanjutan Pembangunan Pulau-
Pulau kecil ” Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari
KePulauan Seribu, DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan konsep keberlanjutan dan menyimpulkan bahwa pengelolaan sumberdaya di Pulau
Panggang dan Pulau
Pari termasuk dalam kategori “cukup berkelanjutan”.
2. Pranoto 2005 dengan judul penelitian “Pembangunan Perdesaan
Berkelanjutan Melalui Model Pengembangan Agropolitan ”, menyimpulkan
bahwa pengembangan agropolitan sebagai pendekatan pembangunan perdesaan yang berkelanjutan dapat tercapai jika peningkatan produksi
pertanian, peningkatan sarana dan prasarana permukiman, transportasi, dan pemasaran disertai dengan peningkatan konservasi sumberdaya alam;
pengembangan agribisnis dan pembangunan agroindustri dibarengi dengan perbaikan pemasaran secara berkelanjutan, perencanaan dan pelaksanaan
program dibarengi dengan peran dan kinerja kelembagaan yang ada.
3. Rauf 2008 dengan judul “Pengembangan Terpadu Pemanfaatan Ruang
Kepulauan Tanakeke Berbasis Daya Dukung ”, menyimpulkan bahwa
Kepulauan Tanakeke memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup besar untuk pengembangan budidaya perikanan rumput laut dan KJA,
penangkapan ikan pelagis dan karangdemersal; Hasil analisis kesesuaian dan daya dukung lahan serta kelayakan secara ekonomi terhadap berbagai
peruntukkan di Kepulauan Tanakeke, didapatkan bahwa kegiatan budidaya perikanan seperti rumput laut dan keramba jaring apung layak
dikembangkan di Pulau Tanakeke dan Lantangpeo.
4. Saksono 2008 dengan judul “Kajian Pembangunan Kabupaten Administrasi
Kepulau an Seribu Berbasis Industri Perikanan”. Penelitian ini bertujuan
menguji dan menganalisis interaksi antar faktor pembangunan Kabupaten danatau kota yang berbasis industri perikanan; dan merancang suatu model
pembangunan bagi kabupaten administrasi Kepulauan Seribu berbasis industri perikanan.
5. Thamrin 2009 dengan judul “Model Pengembangan Kawasan Agropolitan
Secara Berkelanjutan Di Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat – Malaysia”
Studi Kasus Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang - Serawak, menyimpulkan bahwa model pengembangan kawasan agropolitan di wilayah
perbatasan Kabupaten Bengkayang dibangun dari empat sub model berdasarkan analisis sistem dinamik, yakni : sub model pengembangan
wilayah, sub model budidaya pertanian, sub model pengembangan industri, dan sub model pengolahan dan pemasaran produk. Hasil identifikasi potensi
wilayah, menunjukkan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang sangat
potensial untuk pengembangan kawasan agropolitan terpadu.
6. Radarwati 2010 dengan judul “Pengelolaan Perikanan Tangkap
Berkelanjutan Di Perairan Jakarta, Provinsi DKI Jakarta” menyimpulkan bahwa tingkat keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap di perairan
Jakarta berada pada tahap pertumbuhan dan pengelolaan dalam kategori kurang baik dalam merespon faktor-faktor internal dan eksternal, alokasi
optimum alat tangkap terbesar adalah bubu dengan 8.547 unit, sedangkan ruang yang dapat dimanfaatkan sebesar 52,89 dari luas perairan 748 ha
dengan strategi standarisasi perikanan ukuran kecil menjadi prioritas utama untuk diimplementasikan.