Kupang lebih unggul dibandingkan alternatif lokasi lainnya yang jarak tempuhnya jauh dan sebagian besar belum memiliki fasilitas pasar yang memadai seperti
gedung, gudang, air bersih, listrik, pengelolaan limbah, sistem keamanan dan sebagainya. Banyaknya pengunjung dari luar kota yang singgah di Kota Kupang
dapat meningkatkan permintaan produk budidaya laut. Sedangkan untuk urutan prioritas pasar berikutnya adalah Kelurahan
Sulamu, Desa Tablolong, dan Desa Uiasa. Ketiga alternatif lokasi pasar ini dapat menjadi sentra pasar kecamatan yang akan mengirimkan hasil produk
pengolahan budidaya laut yang ada di kecamatan ke sentra pasar pusat di Kota Kupang. Untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik antara wilayah kecamatan,
kabupaten dan kota. Pola kerjasama yang baik sangat mempengaruhi keberhasilan pengembangan kawasan minapolitan. Berikutnya kerjasama ini
akan dibahas lebih lanjut dalam sub-bab pendekatan sistem dengan metode ISM interpretative structural modelling.
Pasar mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian. Pasar juga dapat dijadikan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai
pembangunan melalui pajak dan retribusi. Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan pasar, berarti pasar turut membantu mengurangi
pengangguran, memanfaatkan sumber daya manusia, serta membuka lapangan kerja. Pasar sebagai sarana distribusi, berfungsi memperlancar proses
penyaluran hasil olahan budidaya laut dari produsen pembudidaya ke konsumen, dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen. Pasar dikatakan berfungsi baik jika kegiatan distribusi barang dan
jasa dari produsen ke konsumen berjalan lancar. Pasar dikatakan tidak berfungsi baik jika kegiatan distribusi seringkali macet, oleh karena itu diperlukan
prasarana dan sarana pendukung transportasi dan distribusi yang baik dalam akses menuju pasar.
Prioritas pasar yang ada di ketiga desakelurahan ini merupakan pasar tradisional yang ada dalam kelompok masyarakat, nantinya dari pasar tradisional
inilah yang akan menjadi sentra pemasaran daerah skala mikro. Dari sentra pemasaran mikro ini yang akan dikembangkan atau ditingkatkan jumlah dan
kualitasnya menjadi skala menengah keatas skala nasional sehingga berdaya saing tinggi untuk di import ke luar negeri.
6.4 Kesimpulan
Tingkat perkembangan wilayah termasuk dalam strata pra kawasan minapolitan II. Untuk meningkatkan strata kawasan, variabel lain yang perlu
diperhatikan adalah jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga, jumlah sarana dan prasarana umum, jumlah komoditas budidaya laut, dan banyaknya keluarga
pra sejahtera. Dilihat dari kelengkapan fasilitas yang dimiliki setiap desa, terdapat 6 desa dengan tingkat perkembangan lebih maju, 7 desa dengan tingkat
perkembangan sedang, dan 11 desa dengan tingkat perkembangan tertinggal. Masyarakat wilayah Kabupaten Kupang setuju bila daerahnya
dikembangkan kawasan minapolitan berbasis budidaya laut. Jenis budidaya laut yang dikembangkan adalah minapolitan rumput laut dengan tujuan untuk
peningkatan pendapatan masyarakat. Faktor yang perlu diperhatikan adalah sumberdaya manusia dan aktor yang berperan adalah nelayanpembudidaya.
Prioritas lokasi industri pengolahan budidaya laut adalah Desa Tablolong dan lokasi pasar produk budidaya laut bertempat di Kota Kupang sebagai sentra
pasar pusat. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan kawasan minapolitan di
Kabupaten Kupang adalah tanggung jawab pemerintah terhadap potensi budidaya laut, untuk mengatasinya dibutuhkan penyediaan infrastruktur, dan
sarana dan prasarana produksi budidaya laut yang memadai. Dalam hal ini peran masyarakat nelayan dan industri pengolahan hasil budidaya laut sangat
diperlukan untuk menjamin kesuksesan pengembangan minapolitan di Kabupaten Kupang.
7 STATUS KEBERLANJUTAN KABUPATEN KUPANG
Abstrak
Keberlanjutan merupakan dasar dalam pembangunan kelautan dan perikanan yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi sumberdaya dan
masyarakat. Konsep keberlanjutan dalam pembangunan kelautan dan perikanan telah dipahami saat ini, namun dalam menganalisis atau mengevaluasi
keberlanjutan pembangunan kelautan dan perikanan sering dihadapkan dengan permasalahan mengeintegrasikan informasidata dari keseluruhan komponen
secara
holistik, baik
aspek ekologi,
ekonomi, sosial-budaya,
infrastrukturteknologi, serta hukum dan kelembagaan. Metode analisis keberlanjutan
pengembangan kawasan
minapolitan dilakukan
dengan pendekatan multidimensional scaling MDS yang disebut juga dengan
pendekatan Rap-MINAKU rapid appraisal Minapolitan Kabupaten Kupang dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk indeks dan status keberlanjutan. Untuk
mengetahui atribut yang sensitif berpengaruh terhadapindeks dan status keberlanjutan dan pengaruh galat, dilakukan analisis leverage dan monte carlo.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dimensi ekologi berada pada status cukup berkelanjutan 72,26, dimensi ekonomi status cukup berkelanjutan 62,84,
dimensi
sosial-budaya status
berkelanjutan 78,67,
dimensi infrastrukturteknologi status kurang berkelanjutan 46,93, serta dimensi
hukum dan kelembagaan status kurang berkelanjutan 49,84. Dari 48 atribut yang dianalisis, 18 atribut yang perlu segera ditangani karena sensitif
berpengaruh terhadap peningkatan indeks dan status keberlanjutan dengan tingkat galat error yang sangat kecil pada tingkat kepercayaan 95. Dalam
rangka meningkatkan status keberlanjutan ke depan jangka panjang, skenario yang perlu dilakukan adalah skenario progresif-optimistik dengan melakukan
perbaikan secara menyeluruh terhadap semua atribut yang sensitif dalam peningkatan status kawasan.
Kata kunci : status keberlanjutan, MDS, Kabupaten kupang
7.1 Pendahuluan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No.12 Tahun 2010 tentang minapolitan Bab III Pasal 5 Butir 2 yang
menyatakan bahwa pengembangan kawasan minapolitan dimulai dari pembinaan unit produksi, pengolahan, danatau pemasaran yang terkonsentrasi
di sentra produksi, pengolahan danatau pemasaran di suatu kawasan yang diproyeksikan atau direncanakan menjadi kawasan minapolitan yang dikelola
secara terpadu. Dalam pengelolaan kawasan minapolitan terpadu perlu adanya integrasi setiap kepentingan dalam keseimbangan proporsionality antar dimensi
ekologis, dimensi sosial, antar sektoral, disiplin ilmu dan segenap pelaku pembangunan stakeholders. Tujuan dari pengelolaan ini adalah untuk
mewujudkan pembangunan di sektor kelautan dan perikanan yang berkelanjutan.
Keberlanjutan merupakan dasar dalam pembangunan kelautan dan perikanan yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi sumberdaya dan
masyarakat. Konsep keberlanjutan dalam pembangunan kelautan dan perikanan telah dipahami saat ini, namun dalam menganalisis atau mengevaluasi
keberlanjutan pembangunan kelautan dan perikanan sering dihadapkan dengan permasalahan mengeintegrasikan informasidata dari keseluruhan komponen
secara holistik, baik aspek ekologi, ekonomi, sosial, infrastrukturteknologi, serta hukum dan kelembagaan.
Sejauh ini, untuk mengevaluasi keberlanjutan perikanan adalah dengan memakai pendekatan multidimensional scaling MDS yang merupakan salah
satu alternatif pendekatan sederhana yang dapat digunakan untuk evaluasi status keberlanjutan dari perikanan, metode yang dipakai adalah Rapfish yaitu
suatu teknik multi-diciplinary rapid appraisal untuk mengevaluasi comparative sustainability
dari perikanan berdasarkan sejumlah besar atribut yang mudah diskoring. Rapfish akan menghasilkan gambaran yang jelas dan komprehensif
mengenai kondisi sumberdaya dari lima dimensi di lokasi penelitian, sehingga akhirnya dapat dijadikan bahan untuk menentukan kebijakan yang tepat untuk
mencapai pembangunan kelautan dan perikanan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan
yang berkelanjutan, perlu dikaji status keberlanjutan wilayah Kabupaten Kupang dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengambil
kebijakan, khususnya pemerintah Kabupaten Kupang, dalam rangka meningkatkan status keberlanjutan wilayah Kabupaten Kupang ke depan untuk
pengembangan kawasan minapolitan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status keberlanjutan wilayah
Kabupaten Kupang dari lima dimensi keberlanjutan, yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial, infrastrukturteknologi, serta hukum dan kelembagaan.Status
keberlanjutan setiap dimensi keberlanjutan ditentukan berdasarkan hasil analisis dari program analisis keberlanjutan MDS yang dinyatakan dalam bentuk nilai
indeks keberlanjutan. Dengan mengetahui status keberlanjutan wilayah dari lima dimensi, akan memudahkan dalam melakukan perbaikan-perbaikan terhadap
atribut-atribut yang sensitif berpengaruh terhadap peningkatan status keberlanjutan wilayah, terutama pada dimensi keberlanjutan dengan status yang
lebih rendah guna mendukung pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang.
7.2 Metode Analisis Status Keberlanjutan Kabupaten Kupang 7.2.1 Jenis dan Sumber Data
Dalam analisis keberlanjutan Kabupaten Kupang, jenis data yang dipakai berupa data primer yang bersumber dari para responden dan pakar terpilih, serta
hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian. Data primer meliputi atribut- atribut yang terkait dengan lima dimensi keberlanjutan pembangunan yaitu
dimensi ekologi, ekonomi, sosial, infrastrukturteknologi, serta hukum dan kelembagaan.
7.2.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam analisis keberlanjutan pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang dilakukan melalui diskusi,
wawancara, kuesioner, dan survei lapangan dengan responden di wilayah studi yang terdiri dari berbagai pakar dan stakeholder yang terkait dengan topik
penelitian.
7.2.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam analisis keberlanjutan ini terbagi atas dua bagian yaitu analisis multidimensional scaling MDS dan analisis prospektif.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai kedua analisis tersebut.
a. Analisis Multidimensional Scaling MDS
Metode analisis keberlanjutan pengembangan kawasan minapolitan dilakukan dengan pendekatan multidimensional scaling MDS yang disebut juga
dengan pendekatan Rap-MINAKU rapid appraisal Minapolitan Kabupaten Kupang yang merupakan pengembangan dari metode Rapfish rapid
assessment techniques for fisheries yang dikembangkan oleh Fisheries Center,
University of British Colombia Kavanagh, 2001; yang kemudian digunakan dalam penelitian ini untuk menilai status keberlanjutan budidaya laut dan
dinyatakan dalam indeks keberlanjutan pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang IKB-MINAKU.
Pemilihan MDS dalam analisis Rap-MINAKU ini dilakukan berhubung hasil yang diperoleh terbukti lebih stabil dari metode multivariate analysis yang
lain, seperti factor analysis dan multi-attribute utility theory Pitcher and Preikshot, 2001. Analisis dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu 1 penentuan atribut
pengembangan kawasan minapolitan secara berkelanjutan yang mencakup lima
dimensi yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya, infrastrukturteknologi, dan hukum dan kelembagaan; 2 penilaian setiap atribut dalam skala ordinal
berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi; dan 3 penyusunan indeks dan status keberlanjutan pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten
Kupang. Setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor berdasarkan scientific judgment
dari pembuat skor. Rentang skor berkisar antara 0 – 3 atau
tergantung pada keadaan masing-masing atribut yang diartikan mulai dari buruk
0 sampai baik 3.
Nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara multidimensional untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi
keberlanjutan wilayah Kabupaten Kupang untuk pengembangan kaawasan minapolitan yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik baik good dan
titik buruk bad. Adapun nilai skor yang merupakan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30 Kategori status keberlanjutan pengembangan kawasan minapolitan berdasarkan nilai indeks hasil analisis Rap-MINAKU
Nilai Indeks Kategori
Nilai indeks Kategori
– 24, 99
Buruk 50
– 74,99 Cukup
25 – 49,99
Kurang 75
– 100,00 Baik
Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horisontal dan sumbu vertikal. Dengan proses
rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horisontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi skor 0 buruk dan 100 baik. Jika sistem
dikaji mempunyai nilai indeks keberlanjutan lebih besar atau sama dengan 50 50, maka sistem dikatakan keberlanjutan sustainable dan tidak
berkelanjutan jika nilai indeks kurang dari 50 50. Ilustrasi hasil ordinasi
nilai indeks keberlanjutan dapat dilihat pada Gambar 36.
Gambar 36 Ilustrasi penentuan indeks keberlanjutan pengembangan kawasan
minapolitan dalam skala ordinasi
Nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram. Untuk melihat atribut yang paling
sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan pengembangan kawasan minapolitan, dilakukan analisis sensitivitas dengan melihat bentuk
perubahan root mean square RMS ordinasi pada sumbu x. Semakin besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif tersebut dalam pengembangan
kawasan minapolitan. Dalam analisis tersebut di atas akan terdapat pengaruh galat yang dapat
disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor karena kesalahan pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian yang
belum sempurna, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, proses analisis MDS yang berulang-ulang, kesalahan input data atau ada data
yang hilang, dan tingginya nilai stres nilai stres dapat diterima jika nilainya 25 Kavanagh dan Pitcher, 2004. Untuk mengevaluasi pengaruh galat pada
pendugaan nilai ordinasi pengembangan kawasan minapolitan digunakan analisis monte carlo.
b. Analisis Prospektif
Analisis prospektif dilakukan dalam rangka menghasilkan skenario pengembangan kawasan minapolitan secara berkelanjutan di wilayah Kabupaten
Kupang untuk masa yang akan datang dengan menentukan faktor kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem. Pengaruh antar faktor yang diberikan skor
oleh pakar dengan menggunakan pedoman penilaian analisis prospektif pada
Tabel 31.
Tabel 31 Pedoman Penilaian Prospektif dalam Pengembangan Kawasan
Minapolitan di Kabupaten Kupang Hardjomidjodjo, 2006
Skor Keterangan
Skor Keterangan
Tidak ada pengaruh 2
Berpengaruh Sedang
1 Berpengaruh Kecil
3 Berpengaruh sangat kuat
Pedoman pengisian pengaruh langsung antar faktor berdasarkan pedoman penilaian dalam analisis prospektif adalah : 1 dilihat dahulu apakah
faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap lain, jika ya beri nilai 0, 2 jika tidak, selanjutnya dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat, jika ya beri nilai 3,
dan 3 jika tidak, baru dilihat apakah berpengaruh kecil = 1, atau berpengaruh