Budidaya Keramba Jaring Apung

disusun berlapis dan berselang-seling yang dibatasi dengan lapisan kapas atau kain yang sudah dibasahi air laut. Agar bibit tetap baik, simpan di dalam keranjang atau jaring dengan ukuran mata jaring kecil dan harus dijaga agar tidak terkena minyak, kehujanan maupun kekeringan. Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan pengikatan bibit pada tali simpul ris PE berdiameter 2 mm yang terdapat pada tali ris bentang PE berdiameter 5 mm. Sebaiknya pengikatan bibit dilakukan ditempat terlindung agar bibit yang akan ditanam tetap dalam kondisi segar. Penanaman bisa langsung dikerjakan dengan cara merentangkan tali ris bentang PE berdiameter 5 mm yang telah berisi ikatan bibit tanaman yang diikat pada tali ris utama PE berdiameter 10 mm. Posisi tanaman sekitar 30 cm di atas dasar perairan perkirakan pada saat surut terendah masih tetap terendam air. Pemeliharaan rumput laut dilakukan dengan cara membersihkan tanaman dari tumbuhan dan lumpur yang mengganggu, sehingga tidak menghalangi tanaman dari sinar matahari dan mendapatkan makanan. Jika ada sampah yang menempel, angkat tali perlahan, agar sampah-sampah yang menyangkut bisa larut kembali. Jika ada tali bentangan yang lepas ikatannya, sudah lapuk atau putus, segera diperbaiki dengan cara megencangkan ikatan atau mengganti dengan tali baru. Pemanenan rumput laut sangat tergantung dari tujuannya. Jika tujuan memanen untuk mendapatkan rumput laut kering kualitas tinggi dengan kandungan karaginan banyak, panen dilakukan pada umur 45 hari umur ideal, sedangkan untuk tujuan mendapatkan bibit yang baik, pemanenan rumput laut dilakukan pada umur 25 –35 hari. Pemanenan budidaya rumput laut dapat dilakukan dengan dua cara : 1 memotong sebagian tanaman. Cara ini bisa menghemat tali pengikat bibit, namun perlu waktu lama, dan 2 mengangkat seluruh tanaman. Cara ini memerlukan waktu kerja yang singkat. Pelepasan tanaman dari tali dilakukan di darat dengan cara memotong tali.

2.3.3 Budidaya Tiram Mutiara

Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Saat ini Indonesia baru memberikan porsi 26 dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih dapat untuk ditingkatkan sampai 50. Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan, baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara. Mutiara yang dibudidayakan di Indonesia, terutama di Nusa Tenggara Barat NTB, Nusa Tenggara Timur NTT, Lampung, Irian Jaya, Sulawesi, dan Halmahera merupakan jenis kerang Pinctada Maxima atau di pasaran internasional dikenal dengan Mutiara Laut Selatan MLS atau south sea pearl. Tiram muda jenis Pinctada Maxima mempunyai warna cangkang bervariasi dengan warna dasar kuning pucat, kuning tua, cokelat kemerahan, merah anggur, dan kehijauan. Pada cangkang bagian luar, terdapat garis-garis radier yang menonjol seperti sisik yang berwarna lebih terang daripada warna dasar cangkang. Perusahaan pembudidayaan mutiara di NTT adalah PT. Timor Outsuki Mutiara TOM yang bertempat di Kupang. Hal yang terpenting dalam usaha budidaya mutiara adalah ketepatan dalam pemilihan lokasi. Lokasi budidaya kerang mutiara hendaknya berada di perairan atau pantai yang memiliki arus tenang dan terlindung dari pengaruh angin musim, selain itu kualitas air disekitar budidaya kerang mutiara harus terbebas dari polusi atau pencemaran serta jauh dari perumahan penduduk, karena polusi dan pencemaran dapat mengakibatkan kegagalan usaha. Lokasi yang sesuai adalah berupa teluk dan pulau-pulau kecil yang tenang. Dasar perairan yang memiliki karang atau berpasir merupakan lokasi yang baik untuk melakukan budidaya kerang. Kondisi suhu yang baik untuk kerang adalah berkisar antara 25-30 o C dan suhu air berkisar antara 27-31 o C. Perubahan kondisi suhu yang drastis dapat mengakibatkan kematian spat karena suhu air menentukan pola metabolisme. Untuk memulai usaha budidaya kerang mutiara memang dibutuhkan investasi yang relatif besar, paling tidak 750 juta rupiah sampai 1 miliar rupiah untuk 10.000 jumlah tiram yang dibudidayakan. Bank memberikan kredit untuk perusahaan misalnya PT, dan tidak untuk kelompok, apalagi secara individu. Kredit yang diberikan oleh bank biasanya digunakan untuk investasi sebesar 70 dan untuk modal kerja sebesar 30. Selain itu biasanya bank tidak mensyaratkan adanya bantuan teknis yang berkaitan dengan usaha budidaya mutiara dari dinas terkait, misalnya DKP. Fasilitas produksi dan peralatan utama yang dibutuhkan untuk budidaya tiram mutiara Lampiran 1 ini adalah : 1. Rakit Pemeliharaan Rakit apung selain sebagai tempat pemeliharaan induk, pendederan, dan pembesaran, juga berfungsi sebagai tempat aklimatisasi beradaptasi induk pasca pengangkutan. Bahan rakit dapat dibuat dari kayu berukuran 7 m x 7 m. selain kayu, bahan rakit dapat pula terbuat dari bambu, pipa paralon, besi, ataupun alumunium. Bahan pembuat ini disesuaikan dengan anggaran, ketersediaan bahan, dan umur ekonomis. Untuk menjaga agar rakit tetap terapung, digunakan pelampung seperti pelampung yang terbuat dari styrofoam, drum plastik, dan drum besi. Agar rakit tetap kokoh, maka sambungan sambungan kayu diikat dengan kawat galvanizir. Apabila kayu berbentuk persegi, maka sambungan dapat menggunakan baut. Pemasangan rakit hendaknya dilakukan pada saat air pasang tertinggi dan diusahakan searah dengan arus air atau sejajar dengan garis pantai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan rakit apabila terjadi gelombang besar. Agar rakit tetap berada pada posisi semula, maka rakit diberi jangkar berupa pemberat yang terbuat dari semen seberat 50-60 kg. Tali jangkar yang digunakan antara 4-5 kali kedalaman tempat. 2. Keranjang Pemeliharaan Induk Keranjang pemeliharaan induk bisa terbuat dari kawat galvanizir, plastik, atau kawat alumunium. Jika menggunakan bahan dari kawat, sebaiknya keranjang dilapisi atau dicelupkan dengan bahan plastik atau aspal sehingga daya tahan keranjang tersebut lebih lama. Ukuran keranjang 25 cm x 25cm x 60 cm. Ukuran ini dapat bervariasi, tergantung ukuran induk, ketersediaan bahan, biaya, dan kemudahan penanganannya. Satu keranjang pemeliharaan dapat diisi dengan induk ukuran dorso ventral 17-20 cm DVM sebanyak 8-10 ekor. Untuk pendederan atau pemeliharaan spat yang baru dipindahkan dari hatchery , digunakan keranjang jaring ukuran 40 cm x 60 cm. Untuk spat ukuran 2-3 cm dipelihara dalam keranjang dengan lebar jaring ukuran 0,5-1 cm. Lebar mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan ukuran spat. Semakin besar ukuran spat, maka digunakan jaring dengan mata jaring yang lebih besar pula agar sirkulasi air dapat terjaga dengan baik. 3. Spat Kolektor Bahan yang digunakan untuk tempat penempelan spat atau sebagai substrat disebut kolektor. Spat kolektor dapat terbuat dari berbagai jenis bahan, misalnya serabut tali PE, senar plastik, paranet, asbes gelombang, genteng fiber, atau bilah pipa paralon. Jika terbuat dari bahan paranet, serabut tali, atau bahan lain berbentuk serabut, maka harus digunakan kantong untuk meletakkan bahan tersebut. Keranjang jaring dengan kerangka besi atau kawat ukuran 40 cm x 60 cm juga dapat digunakan sebagai wadah kolektor. Potongan paranet atau serabut tali dimasukkan ke dalam kantong-kantong jaring dan diikat erat. Pipa paralon juga dapat digunakan sebagai kolektor. Caranya pipa paralon berdiameter 2-3 inci dipotong sepanjang 30-50 cm, lalu dibelah menjadi dua. Selanjutnya belahan pipa tersebut dijalin dengan tali PE berdiameter 3-5 mm sepanjang 40-50 cm. 4. Bak Pencucian Bak pencucian digunakan untuk membersihkan tiram mutiara dari organisma dan parasit lain yang menempel pada tiram mutiara. Organisma dan parasit yang menempel di kulit tiram akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan tiram mutiara. Bak pencucian biasanya terbuat dari fiberglass, tetapi ada juga bak pencucian ini terbuat dari bahan lain yang awet, seperti dari semen, plastik dan bahan lainnya. Bila dilihat dari umur ekonomisnya, masing-masing peralatan memiliki umur ekonomi relatif pendek, terutama untuk keranjang jaring, keranjang kawat, tali tambang, pelampung jalur tambang, dan spat kolektor. Hal ini dikarenakan peralatan dan fasilitas tersebut rentan terhadap korosi air laut. Bahan baku yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini ada dua macam, yaitu : 1 spat benih tiram mutiara jenis Pinctada maxima; dan 2 inti bundar nukleus . Kedua jenis bahan baku ini merupakan bahan baku utama yang harus ada dalam proses budidaya tiram mutiara. Inti bundar atau nukleus merupakan benda yang disuntikkan kedalam tiram untuk menghasilkan mutiara. Tenaga kerja untuk budidaya mutiara ini harus memiliki keahlian khusus, terutama untuk melakukan operasi penyuntikan nukleus kedalam tiram mutiara. Ketidaktepatan dalam penempatan nukleus akan mengakibatkan kegagalan panen karena nukleus yang sudah dimasukkan akan dimuntahkan kembali. Untuk tenaga kerja lain, seperti tenaga kerja untuk perawatan tiram mutiara dan tenaga kerja untuk keamanan tidak memerlukan keahlian khusus. Jumlah tenaga kerja untuk keamanan relatif banyak karena budidaya ini rentan terhadap perampokan dan pencurian. Teknologi yang digunakan pada budidaya tiram mutiara ini merupakan kombinasi antara teknologi sederhana dan teknologi modern. Teknologi sederhana yang digunakan dalam budidaya mutiara ini adalah penggunaan fasilitas rakit apung, sedangkan teknologi modern yang digunakan adalah bioteknologi untuk perawatan tiram dari spat sampai tiram siap untuk dioperasi. Teknologi operasi peletakan nukleus pada kerang yang telah cukup umur ukuran minimal 9 cm sangatlah rumit dan kompleks. Untuk pengoperasian ini digunakan tenaga kerja asing yang sebagian besar berasal dari Jepang. Proses budidaya tiram mutiara secara garis besar melalui tiga tahapan, yaitu: pengoperasian tiram, pemeliharaan, dan panen. Untuk proses produksi usaha budidaya mutiara ini, spat yang berukuran 700 mµ dipelihara dan dibersihkan, serta diseleksi untuk dibudidayakan. Setelah tiram diseleksi, maka tahap selanjutnya adalah memasukkannya kedalam kolektor. Isi satu kolektor untuk ukuran ini adalah 200-300 buah. Spat yang dipelihara tersebut akan dipelihara selama 2 bulan. Setelah 2 bulan, maka spat akan bertambah menjadi 2-3 cm. Dalam jangka waktu tersebut, ukuran masing-masing tiram tidak selalu sama. Langkah selanjutnya adalah memasukkan tiram ukuran 2-3 cm tersebut kedalam waring net yang berisi 20 buah. Tiram mutiara yang telah dipelihara dalam kurun waktu tersebut akan siap dioperasi apabila ukuran minimalnya 9 cm. Rata rata pertumbuhan tergantung pada suhu dan kondisi air. Apabila kondisi air berkurang, maka tiram kemungkinan tidak terjadi pertumbuhan. Setelah satu setengah tahun dioperasi maka tiram sudah dapat menghasilkan mutiara yang siap untuk diperdagangkan. 1 Pengoperasian Tiram Mutiara Cara pemasangan inti mutiara bulat pada tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya, dengan menempatkannya dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti. Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati- hati. Kemudian dengan graft carrier masukkan graft tissue potongan mantel ke dalam torehan yang dibuat. Inti dimasukkan dengan nucleus carrier secara hati- hati sejalur dengan masuknya mantel dan penempatannya harus bersinggungan dengan mantel, setelah pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan. Untuk pemasangan inti mutiara setengah bulat blister, tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti. Inti mutiara blister