Status Keberlanjutan Multidimensi Development of marine culture-based minapolitan model in Kupang Regency

jenis informasi dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu peubah input, peubah output, dan parameter-parameter yang membatasi struktur sistem. Gambaran diagram lingkar sebab-akibat dapat dilihat pada Gambar 46 dan diagram kotak gelap pada Gambar 47. Gambar 46 Diagram lingkar sebab-akibat causal loop pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang Gambar 47 Diagram kotak gelap black box pengembangan minapolitan

c. Simulasi Model

Simulasi model merupakan cara untuk menirukan keadaan yang sesungguhnya Robert, 1983, sedangkan menurut Muhammadi et al., 2001, simulasi model merupakan peniruan perilaku suatu gejala atau proses. Tujuan simulasi adalah untuk memahami gejala atau proses, membuat analisis, dan peramalan perilaku gejala atau proses tersebut di masa depan. Dengan menggunakan perangkat lunak powersim, variabel-variabel akan saling dihubungkan membentuk suatu sistem yang dapat menirukan kondisi sebenarnya. Hubungan antar variabel dinamakan diagram alir flow diagram, dimana variabel ini digambarkan dalam bentuk simbol yaitu simbol aliran flow symbol yang dihubungkan dengan level level symbol. Penghubung antara flow dan level disebut proses aliran yang digambarkan melalui panah aliran. Hasil simulasi model berupa gambar atau grafik yang menggambarkan perilaku dari sistem. Kelebihan dilakukannya simulasi dalam analisis kesisteman adalah bahwa permasalahan yang penuh dengan ketidakpastian dan sulit dipecahkan dengan metode analisis lainnya, dapat diselesaikan dengan simulasi model. d. Validasi Model Terdapat dua pengujian dalam validasi model yaitu uji validasi struktur dan uji validasi kinerja. Uji validasi struktur lebih menekankan pada keyakinan pada pemeriksaan kebenaran logika pemikiran, sedangkan uji validasi kinerja lebih menekankan pemeriksaan yang taat data empiris. Model yang baik adalah yang memenuhi kedua syarat tersebut yaitu logis-empiris logico-empirical. Uji validasi struktur bertujuan untuk memperoleh keyakinan sejauh mana keserupaan struktur model mendekati struktur nyata. Uji ini dibedakan atas dua jenis yaitu validasi konstruksi dan kestabilan struktur. Validasi konstruksi adalah keyakinan terhadap konstruksi model diterima secara akademis, sedangkan kestabilan struktur adalah keberlakuan atau kekuatan robustness struktur dalam dimensi waktu Muhammadi et al., 2001. Uji validasi kinerja bertujuan untuk memperoleh keyakinan sejauh mana kinerja model sesuai compatible dengan kinerja sistem nyata sehingga memenuhi syarat sebagai model ilmiah dengan yang taat fakta, yaitu dengan melihat apakah perilaku output model sesuai dengan perilaku data empiris. Penyimpangan terhadap output model dengan data empiris dapat diketahui dengan uji statistik yaitu menguji penyimpangan rata-rata absolutnya AME : Absolute Means Error dan penyimpangan variasi absolutnya AVE : Absolute Variation Error. Batas penyimpangan yang dapat diterima berkisar antara 5 – 10 Muhammadi et al., 2001. Adapun rumus untuk menghitung nilai AME dan AVE seperti di bawah ini : Rumus AME Absolute Means Error = Si – Ai Ai x 100 …….……16 Si = Si N dan Ai = Ai N dimana : S = Nilai simulasi A = Nilai aktual N = Interval waktu pengamatan Rumus AVE Absolute Variation Error = Ss – Sa Sa x 100 …….…….17 Ss = Si - Si 2 N dan Sa = Ai - Ai 2 N dimana : Sa = Deviasi nilai aktual Ss = Deviasi nilai simulasi N = Interval waktu pengamatan e. Uji Kestabilan Model Uji kestabilan model pada dasarnya merupakan bagian dari uji validasi struktur. Uji ini dilakukan untuk melihat kestabilan atau kekuatan robustness model dalam dimensi waktu. Model dikatakan stabil apabila struktur model agregat dan disagregat memiliki kemiripan. Caranya adalah dengan menguji struktur model agregat yang diwakili oleh sub-sub model yang ada.

f. Uji Sensitivitas Model

Uji sensitivitas merupakan respon model terhadap suatu stimulus. Respon ini ditunjukkan dengan perubahan perilaku danatau kinerja model. Stimulus diberikan dengan memberikan perlakuan tertentu pada unsur atau struktur model.

8.3 Hasil dan Pembahasan Model Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Kupang

8.3.1 Simulasi Model Pengembangan Kawasan Minapolitan

Model dinamik pengembangan kawasan minapolitan di wilayah Kabupaten Kupang dibangun melalui logika hubungan antara komponen yang terkait dan interaksinya. Komponen-komponen yang terkait adalah pertumbuhan penduduk, luas lahan kawasan minapolitan, luas lahan permukiman, luas lahan industri, luas lahan budidaya, produksi dan keuntungan usaha nelayan, pendapatan pemanfaatan industri, biaya industri pengolahan, keuntungan, dan sumbangan pengembangan minapolitan terhadap produk domestik regional bruto PDRB Kabupaten Kupang. Model dinamik yang dibangun terdiri atas tiga sub model yang mewakili dimensi ekologi, ekonomi, dan sosial yaitu 1 sub model lahan minapolitan yang menggambarkan perkembangan kebutuhan lahan untuk permukiman, budidaya, fasilitas, dan lahan untuk industri pengolahan serta dinamika pertumbuhan penduduk; 2 sub model budidaya laut yang menggambarkan perkembangan produksi, jumlah rumput laut yang dipakai pada kebun bibit, penjualan bibit, keuntungan dari pembibitan keuntungan usaha nelayan minapolitan; dan 3 sub model industri pengolahan rumput laut yang menggambarkan biaya pengolahan, keuntungan yang diperoleh dari hasil pengolahan serta PDRB. Perilaku model dinamik pengembangan kawasan minapolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Kupang dianalisis dengan menggunakan program powersim constructor version 2.5d . Struktur model minapolitan ini dapat dilihat pada Gambar 48 dan persamaan model dinamis pada Lampiran 22. Analisis dilakukan untuk 30 tahun yang akan datang, dimulai pada tahun 2007 dan berakhir pada tahun 2037. Waktu 30 tahun ini diharapkan dapat memberikan gambaran perkembangan kawasan minapolitan di wilayah Kabupaten Kupang untuk masa jangka panjang. Beberapa data awal dan asumsi-asumsi yang digunakan dalam pemodelan ini antara lain : 1. Simulasi model minapolitan berbasis budidaya laut ini merupakan simulasi dari tiga kecamatan pesisir di Kabupaten Kupang yaitu Kecamatan Semau, Kupang Barat dan Sulamu. Luas lahan minapolitan terdiri atas dua lahan yaitu lahan minapolitan darat dan lahan minapolitan laut. 2. Jumlah penduduk kecamatan Semau, Kupang Barat dan Sulamu masing- masing sebesar 6.280 jiwa, 14.234 jiwa dan 14.457 jiwa pada tahun 2007 BPS Kabupaten Kupang, 2008. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kupang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian, namun saat ini faktor perpindahan penduduk juga mempunyai pengaruh yang cukup besar. Luas lahan perairan untuk pengembangan minapolitan budidaya laut masing-masing kecamatan sekitar 689,22 ha untuk Kecamatan Semau, 3040,47 ha untuk Kecamatan Kupang Barat, dan 365,34 ha untuk Kecamatan Sulamu. 3. Komoditas budidaya yang dimodelkan meliputi komoditas rumput laut yang merupakan komoditas unggulan di lokasi studi. Produksi budidaya rumput laut untuk Kecamatan Semau sebesar 600 ton dan Kecamatan Kupang Barat sebesar 1.100 ton tahun 2007 sedangkan untuk Kecamatan Sulamu data tidak tersedia. 4. Hasil rumput laut akan diolah menjadi dodol dan pilus. Untuk mengolah tersebut dibutuhkan industri pengolahan dengan tenaga kerja. Pembudidaya rumput laut tahun 2007 di Kecamatan Semau sejumlah 995 jiwa dan Kecamatan Kupang Barat sejumlah 1650 orang. 5. Lahan budidaya adalah lahan dengan kelas sangat sesuai, sedangkan untuk lahan dengan kelas sesuai dan tidak sesuai dipakai sebagai lahan konservasi. 6. Sumbangan pengembangan minapolitan terhadap produk domestik regional bruto PDRB Kabupaten Kupang dihitung dari PDRB perikanan yang meliputi komoditas rumput laut. Gambar 48 Struktur model dinamik pengembangan kawasan minapolitan berbasis rumput laut di Kabupaten Kupang

a. Sub Model Pengembangan Lahan Minapolitan

Sub model pengembangan lahan minapolitan di Kabupaten Kupang terdiri atas tiga kecamatan yaitu Kecamatan Semau, Kupang Barat dan Sulamu. Komponen-komponen yang saling berhubungan dan memberikan pengaruh pada sub model pengembangan lahan minapolitan adalah lahan budidaya, lahan industri, dan lahan permukiman. Lahan minapolitan terdiri atas lahan minapolitan darat dan lahan minapolitan laut. Adapun pengaruh dari setiap komponen- komponen tersebut seperti pada Gambar 49. Gambar 49 Struktur model dinamik sub model pengembangan lahan minapolitan di Kabupaten Kupang Simulasi model dinamik untuk lahan minapolitan Gambar 50 berawal dari luas perairan laut dengan kelas kesesuaian sangat sesuai untuk budidaya rumput laut dan luas lahan daratan yang terbagi atas dua bagian, yaitu 1 lahan industri adalah lahan yang dibutuhkan dari industri rumah tangga dan 2 lahan permukiman yang diasumsikan pemakaiannya sebesar 20 m 2 per jiwa. Untuk pemodelan dinamis minapolitan laut hanya akan dimodelkan lahan budidaya rumput laut perairan dengan tingkat kesesuaian sangat sesuai saja, sehingga untuk pertimbangan lingkungan seperti kawasan konservasi laut diambil dari luas perairan dengan tingkat kesesuaian sesuai dan tidak sesuai tidak dimodelkan. Pemodelan dinamis minapolitan darat diasumsikan alokasi penggunaan lahan untuk kawasan industri pengolahan dan permukiman. Luas lahan industri pengolahan di dapat dari kebutuhan industri dodol dan pilus per rumah tangga asumsi 100 m 2 per industri rumah tangga. Pengembangan lahan minapolitan di Kabupaten Kupang berada di tiga kecamatan yaitu Semau, Kupang Barat, dan Sulamu. Simulasi model dinamik alokasi penggunaan lahan Kecamatan Semau berawal dari luas lahan darat 143,42 km 2 dan 6,89 km 2 lahan di laut. Di lahan minapolitan laut digunakan untuk lahan budidaya rumput laut 5,94 km 2 diambil dari kelas kesesuaian sangat