Budidaya Tiram Mutiara Development of marine culture-based minapolitan model in Kupang Regency

dalam menyusun strategi pengembangan minapolitan, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil studi kepustakaan pada berbagai instansi yang terkait.

6.2.2 Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari hasil diskusi, kuisioner, wawancara, dan survei lapangan dengan responden pakar dan masyarakat di wilayah studi, sedangkan data sekunder diperoleh dari beberapa sumber kepustakaan dan dokumen dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian.

6.2.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam mengkaji tingkat perkembangan wilayah di Kabupaten Kupang terdiri atas analisis tipologi, skalogram, analisis hirarki proses AHP, metode perbandingan eksponensial MPE, dan interpretatif struktural modeling ISM.

a. Analisis Tipologi Kawasan

Analisis tipologi kawasan diperlukan untuk mengidentifikasi berbagai karakteristik dari masing-masing kawasan. Dalam analisis tipologi kawasan ini digunakan analisis berstrata, analisis komponen utama principal component analysis PCA, dan analisis cluster. Dalam analisis strata Deptan, 2002, membagi wilayah untuk pengembangan kawasan minapolitan atas tiga strata yaitu strata pra kawasan minapolitan I, strata pra kawasan minapolitan II, dan strata kawasan minapolitan. Ada lima variabel penciri yang digunakan sebagai indikator penilaian yaitu komoditas unggulan yang dikembangkan, kelembagaan pasar, kelembagaan nelayan, kelembagaan balai penyuluh perikanan BPP dan kelengkapan sarana dan prasarana wilayah yang dimiliki. Dalam analisis komponen utama digunakan untuk menentukan peubah- peubah yang paling dominan mempengaruhi strata kawasan minapolitan. Penggunaan analisis komponen utama dimaksudkan untuk mendapatkan variabel baru dalam jumlah lebih kecil dari sejumlah variabel yang dianalisis dimana variabel baru tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan strata kawasan. Variabel yang lebih kecil dapat 2 atau 3 atau lebih tergantung subjektivitas analis, tetapi menurut Iriawan dan Astuti 2006, bahwa apabila total variasi populasi sekitar 80-90 untuk jumlah variabel yang besar dapat diterangkan oleh 2 atau 3 komponen utama Principal Component, maka kedua atau ketiga komponen dapat menggantikan variabel semula tanpa menghilangkan banyak informasi dan multikolinearitas hubungan korelasi antar variabel-variabel penjelas, selanjutnya dilakukan analisis cluster untuk mengelompokkan unit-unit wilayah ke dalam kelompok yang lebih homogen berdasarkan kemiripan yang dimiliki. Analisis komponen utama dan analisis cluster dilakukan dengan menggunakan software Minitab 14. b. Analisis Skalogram - Sentralitas Analisis skalogram digunakan untuk mengetahui jumlah dan jenis sarana pelayanan fasilitas yang dimiliki oleh setiap wilayah. Dalam metode ini, seluruh fasilitas yang dimiliki setiap wilayah didata dan disusun dalam satu tabel dimana unit wilayah yang memiliki fasilitas lebih lengkap diletakkan paling atas, dan selanjutnya unit wilayah yang memiliki fasilitas kurang lengkap. Secara umum, fasilitas yang dimiliki oleh setiap unit wilayah dikelompokkan menjadi enam yaitu fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, fasilitas olah raga, fasilitas keamanan, dan fasilitas ekonomi. Analisis sentralitas untuk mengelompokkan hirarki wilayah berdasarkan kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki, seperti berikut ini : 1. Kelompok I tingkat perkembangan tinggi diasumsikan sebagai kelompok desa yang memiliki jumlah jenis, jumlah unit sarana dan prasarana, serta kepadatan penduduk yang lebih besar atau sama dengan rata-rata + 2x standar deviasi. 2. Kelompok II tingkat perkembangan sedang diasumsikan sebagai kelompok desa yang memiliki jumlah jenis, jumlah unit sarana dan prasarana, dan kepadatan penduduk antara rata-rata sampai rata-rata + 2x standar deviasi. 3. Kelompok III tingkat perkembangan rendah diasumsikan sebagai kelompok desa yang memiliki jumlah jenis, jumlah unit sarana dan prasarana, dan kepadatan penduduk kurang dari nilai rata-rata. c. Analisis Hirarki Proses AHP AHP analytical hierarchy process digunakan untuk menentukan elemen- elemen kunci untuk ditangani. Analisis ini diharapkan persoalan-persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepatkan proses pengambilan keputusannya. Dalam AHP didasarkan pada hasil pendapat pakar expert judgment untuk menjaring berbagai informasi dari beberapa elemen-elemen yang berpengaruh dalam penyelesaian suatu persoalan. Penilaian alternatif dan kriteria ini didapatkan dari kuisioner yang diberikan dan diisi oleh para pakar dari berbagai multi disiplin. Dalam analisis AHP, urutan prioritas setiap elemen dinyatakan dalam nilai numerik atau persentasi. Elemen-elemen yang dikaji disusun dalam lima level, yakni : fokus, faktor, aktor, tujuan, dan alternatif. Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 satu dibagi perbandingan B dengan A. Analisis ini dilakukan untuk menentukan alternatif pengembangan kawasan minapolitan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis ini adalah :

a. Menyusun struktur hirarki dari kriteria dan alternatif penyelesaian.

b. Penilaian kriteria dan alternatif, dinilai melalui perbandingan berpasangan. Skala penilaian oleh pakar didasarkan pada skala nilai yang dikeluarkan oleh Saaty 1993 seperti yang disajikan pada Tabel 23. c. Penentuan prioritas untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan pairwise comparisons. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. d. Konsistensi logis semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Tabel 23 Skala penilaian perbandingan berpasangan Saaty, 1993 Nilai Skor Keterangan Penjelasan 1 Kriteria yang satu dengan lainnya sama penting. Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama pentingnya. 3 Kriteria yang satu sedikit lebih penting agak kuat dibanding kriteria lainnya. Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen lainnya. 5 Kriteria yang satu sifatnya lebih penting lebih kuat pentingnya dibanding kriteria lainnya. Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas lainnya. 7 Kriteria yang satu sangat penting dibanding kriteria lainnya. Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek. 9 Kriteria yang satu ekstrim pentingnya banding kriteria lainnya. Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2,4,6,8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian diatas. Nilai ini diberikan jika ada dua kompromi diantara dua pilihan.

d. Analisis Metode Perbandingan Eksponensial MPE

Metode perbandingan eksponensial MPE merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Tahapan yang harus dilakukan dalam MPE adalah menyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih, menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi, menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria, melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria, menghitung skor atau nilai total setiap alternatif dan menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif Marimin, 2005. Adapun formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif dalam MPE adalah: Total Nilai TN = …………………………………..15 dimana : TNi = Total nilai alternatif ke-i RKij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i TKKj = derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj 0; bulat j = jumlah pilihan keputusan m = jumlah kriteria keputusan Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara wawancara dengan pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat. Sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Keuntungan dari MPE adalah mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisa. Nilai skor yang menggambarkan urutan prioritas menjadi besar fungsi eksponensial ini mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata. Penggunaan MPE dalam penelitian ini adalah untuk menentukan prakiraan lokasi pengolahan hasil produksi dan prakiraan pasar produk budidaya laut di Kabupaten Kupang.

e. Interpretatif Struktural Modeling ISM

Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dengan metode interpretative structural modelling ISM. Metode ini dapat digunakan untuk membantu suatu kelompok, dalam mengidentifikasi hubungan kontekstual antar sub elemen dari setiap elemen yang membentuk suatu sistem berdasarkan gagasanide atau struktur penentu dalam sebuah masalah yang komplek Saxena et al., 1992. Beberapa kategori struktur dan kategori gagasanide yang mencerminkan hubungan kontekstual antar elemen dapat dikembangkan dengan