INSTALASI FARMASI Gambaran Penyebab Kekosongan Stok Obat Paten Dan Upaya Pengendaliannya Di Gudang Medis Instalasi Farmasi RSUD Kota Bekasi Pada Triwulan I Tahun 2015

48 b Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi: 1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai a. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit; b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal; c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku; d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit; e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku; f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian; g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit; h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu; i. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”dosis sehari; j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai apabila sudah memungkinkan; 49 k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan; m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; n. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. 2. Pelayanan farmasi klinik a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat; b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat; c. Melaksanakan rekonsiliasi Obat; d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan Resep maupun Obat non Resep kepada pasienkeluarga pasien; e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain; g. Memberikan konseling pada pasien danatau keluarganya; h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat PTO : Pemantauan efek terapi Obat, Pemantauan efek samping Obat, dan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah PKOD. i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat EPO; 50 j. Melaksanakan dispensing sediaan steril : Melakukan pencampuran Obat suntik dan Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil. k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat PIO kepada tenaga kesehatan lain, pasienkeluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit. l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit PKRS. Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk drug oriented menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien patient oriented. Untuk itu kompetensi apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan. Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 dua kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan manajerial yaitu melakukan serangkaian pengelolaan terhadap pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan, pengendalian dan administrasi pencatatan dan pelaporan. Sedangkan pada kegiatan pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat. 51

2.15. Kerangka Teori

Menurut George R. Terry dalam bukunya Principle of Management mengatakan ada enam sumber daya pokok dari manajemen, yaitu Man, Materials, Machines, Methods, Money, dan Markets. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan seperti SDM, Dana, Prosedur dan Distributor. Manajemen Logistik menurut Aditama 2007 yaitu suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan materialalat-alat. Tujuan operasional dalam manajemen logistik yaitu agar tersedianya barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan manajemen logistik dapat membantu dalam menyediakan barang dalam jumlah yang tepat sehingga mencegah terjadinya kekosongan obat dirumah sakit. Bagan 2.2 Kerangka Teori BAB III Sumber : GR. Terry, Aditama 2007 dan Seto 2004 Proses Perencanaan Penganggaran Pengadaan Penyimpanan Penyaluran Pengawasan Pengendalian Input SDM Dana Kebijakan Prosedur Distributor Output Pelayanan Obat yang tepat waktu dan sesuai kebutuhan 52 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

3.1. Kerangka Konsep

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologipatologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan untuk manusia. Banyaknya jenis dan jumlah obat dirumah sakit maka diperlukan pengendalian persediaan obat dengan efektif dan efisien. Kekosongan obat yang sering terjadi dirumah sakit menjadi salah satu yang menunjukkan belum optimal dan efektifnya pengendalian persediaan dirumah sakit. Dari beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan beberapa faktor penyebab terjadinya kekosongan obat di gudang farmasi rumah sakit diantaranya yaitu tenaga SDM yang belum mencukupi, dana yang tersedia tidak mencukupi, kekosongan obat pada distributor, perencanaan pengadaan yang tidak akurat, ketidaktelitian petugas dalam pemesanan, terlambatnya petugas dalam melakukan pemesanan dan keterlambatan distributor dalam mengirimkan barang. Hal-hal ini berkaitan dengan kurangnya pengelolaan terhadap SDM, dana, distributor, perencanaan, pengadaan dan pengendalian persediaan obat dirumah sakit. Dari beberapa faktor diatas menunjukkan bahwa faktor penyebab stock out dapat diklasifikasikan berdasarkan pendekatan sistem yaitu dari input, proses dan