Distributor Gambaran Faktor Penyebab Kekosongan Stok Obat

142 Kekosongan pada distributor disebabkan adanya kekosongan pada produsen principle karena adanya bahan baku yang sulit didapat. Kekosongan pada produsen ini juga dapat menghambatnya pengiriman ke distributor. Hal ini juga terjadi dalam penelitian Utari 2010 yang menjelaskan bahwa penyebab stock out di RS Zahirah dikarenakan kosongnya obat di distributor dan tidak sesuainya permintaan obat yang biasa digunakan. Dalam penelitian Pratiwi 2009 juga dijelaskan bahwa ketidaktepatan dalam melakukan pengiriman dikarenakan kosongnya obat di distributor dan ketidaktepatan kualitas barang yang diterima menjadi penyebab kekosongan obat dirumah sakit. Keterlambatan yang terjadi ini seringkali menghambat dan menganggu aktifitas petugas kefarmasian di gudang farmasi. Masalah yang timbul dari keterlambatan misalnya dapat merusak pola konsumsi di gudang farmasi dan menganggu ketenangan petugas dalam bekerja. 6.5. Proses

6.5.1. Perencanaan Persediaan

Metode dalam melakukan proses perencanaan dan penentuan kebutuhan obat di gudang farmasi RSUD Kota Bekasi menggunakan metode konsumsi. Dimana menurut Permenkes tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit no.58 tahun 2014, kegiatan perencanaan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, alkes serta BHP sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan 143 untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, dan kombinasi serta disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui metode ini sesuai dengan ketetapan Kemenkes dan mudah untuk digunakan, namun masih terdapat beberapa kekurangan dalam menerapkan metode ini. Kekurangan metode konsumsi diantaranya data konsumsi, data obat dan data jumlah kontak pasien kemungkinan sulit didapat, tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stok obat Febriwati, 2013. Menurut Pedoman Pengelolaan Depkes 2008, metode konsumsi merupakan metode yang kurang tepat dalam penentuan jenis dan jumlah serta mendukung ketidakrasionalan dalam penggunaan. Untuk itu, SDM kefarmasian dirumah sakit mengatasi hal ini dengan melakukan evaluasi terhadap obat yang datang dan tidak datang ke gudang farmasi sebelum melakukan perencanaan serta melakukan pemeriksaan berjenjang dalam menentukan jenis dan jumlah obat yang akan dipesan. Pertimbangan dalam perencanaan menurut Permenkes No.58 tahun 2014 bahwa perencanaan harus memperhatikan anggaran yang tersedia, sisa persediaan, kapasitas gudang, data pemakaian periode lalu, waktu