148
alkes dan BHP adalah untuk memastikan persediaan efektif dan efisien, tidak terjadi kekosongankelebihan, kadaluarsa dan kehilangan.
Menurut Water 2003 mengemukakan bahwa pengendalian persediaan merupakan kegiatan yang menentukan kebijakan secara
keseluruhan yang meliputi saham, bahan yang digunakan, nilai investasi, layanan pelanggan, tingkat stok, ukuran pemesanan, dan waktu
pemesanan. Berdasarkan wawancara, telaah dokumen dan observasi bahwa
pengendalian digudang farmasi hanya dilakukan melalui kegiatan stock opname. Sementara itu, pengendalian yang lebih khusus yang biasanya
dilakukan untuk mengendalikan persediaan obat-obatan melalui analisis ABC, metode EOQ Economic Order Quantity, dan ROP Reorder Point
belum pernah dilakukan digudang farmasi RSUD Kota Bekasi. Selama ini, teori pengendalian persediaan tidak pernah digunakan di gudang farmasi,
yang digunakan adalah cara pengendalian yang sifatnya umum yaitu hanya berbentuk pencatatan dan pelaporan melalui kegiatan stock opname.
Salah satu faktor dalam pengendalian yang dapat menyebabkan stock out yaitu adanya barang kadaluarsa yang tidak terdeteksi saat
kegiatan stock opname sehingga barang menjadi kosong dan sudah tidak dapat digunakan kembali.
149
6.6.
Output
Output dari manajemen logistik yaitu ketersediaan obat di gudang farmasi yang ditandai dari pengendalian obat yang baik. Ketersediaan jumlah
obat dirumah sakit selalu diusahakan dalam keadaan cukup, tidak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan user tapi juga cukup sebagai stok cadangan yang
digunakan untuk keperluan diluar perkiraan dari kebutuhan biasanya.
6.6.1. Stock Out Obat
Menurut Rangkuti 2004 bahwa apabila jumlah permintaan atau kebutuhan lebih besar dari tingkat persediaan yang ada, maka akan terjadi
kekurangan persediaan atau disebut Stock Out. Pada situasi terjadinya kekurangan persediaan, seorang pemimpin akan menghadapi dua
kemungkinan diantaranya permintaan akan dibatalkan sama sekali dan barang yang masih kurang akan dipenuhi kemudian.
Berdasarkan telaah dokumen kekosongan obat yang terjadi di gudang farmasi RSUD Kota Bekasi pada triwulan I tahun 2015 terdapat 35
jenis obat paten, hal ini dikarenakan tidak tersedianya obat yang dibutuhkan. Terdapat beberapa jenis obat yang hampir setiap bulannya
dilakukan pembelian cito ke luar apotik karena stok obat yang dibutuhkan tidak tersedia. Dengan pembelian melalui cito ke apotik luar, obat dibeli
dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan membeli ke distributor sehingga dapat mempengaruhi keuangan rumah sakit. Pembelian cito
150
tersebut tentunya menggunakan anggaran yang lebih tinggi karena harga obat di apotek lain merupakan harga jual di apotek tersebut.
Dari pembelian cito tersebut, hal ini menandakan obat belum disediakan dengan tepat jumlah dan tepat waktu di gudang farmasi.
Menurut Depkes 2008, koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi secara terpadu diharapkan perbekalan
farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan.
Berdasarkan observasi, masalah dalam kekosongan obat di rumah sakit dapat menurunkan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan rumah sakit. Kekosongan obat mengakibatkan pasien membutuhkan waktu yang lebih lama dalam mendapatkan obat yang
dibutuhkan, menganggu waktu kerja petugas kefarmasian dan banyak pasien dari yang menggunakan pelayanan JKN yang mengeluhkan apabila
obat kosong. Menurut informan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi
terjadinya kekosongan obat di gudang farmasi yaitu faktor dana dan faktor distributor. Kedua faktor ini yang banyak memberikan pengaruh terhadap
terjadinya kekosongan obat di gudang farmasi RSUD Kota Bekasi.
6.6.2. Obat Kadaluarsa
Jumlah obat yang kadaluarsa merupakan salah satu indikator dalam memastikan bahwa pengendalian persediaan efektif dan efisien. Jumlah