Kebijakan Perencanaan Persediaan Kedisplinan petugas

89 Berdasarkan telaah dokumen terdapat 50 distributor obat yang masih bekerja sama untuk menyuplai kebutuhan obat di RSUD Kota Bekasi. Distributor yang terpilih harus memenuhi kriteria persyaratan dari rumah sakit diantaranya yaitu memiliki harga yang murah, kualitas barang yang baik dan service yang mudah serta cepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dalam kutipan wawancara dengan informan, sebagai berikut : “pemilihannya yang pertama harga, yang kedua kualitas barang, yang ketiga service artinya barang cepat datang, pada saat komplain kita cepat penanganannya ” Inf-2 “Setelah kita compare harga mana yang lebih murah kemudian yang kita lihat juga kemudahan pengiriman..lalu pelayanan purna jual, artinya misalkan ada barang yang expired, ada barang yang rusak bisa lakukan retu ke distributornya, mudah gitu ” Inf-3 “harga, kualitas dalam speksifikasi, walau barangnya sama bisa saja spesifikasinya berbeda, kualitasnya berbeda nanti harganya juga berbeda dalam pengadaan” Inf-4 Selain itu, berdasarkan wawancara bahwa perizinan maupun persyaratan administrasi yang harus dimiliki oleh PBF dirumah sakit yaitu adanya NPWP nomor pokok wajib pajak, SIUP surat izin usaha perdagangan, SIPA surat izin praktek apoteker, akta notaris dan perjanjian kerjasama. Sebagaimana pernyataan informan berikut : “ada SIUP, ada surat izin RS, ada surat izin dari RS, trus ada NPWP..ada NPWP, surat izin operasional RS, SIPASurat Izin Praktek Apoteker, dan SIUP tapi kalau RSUD tidak ada SIUP n ya”Inf-5 Hal ini sesuai dengan ketetapan Kemenkes dalam Permenkes no.34 tahun 2014 tentang perizinan bagi pedagang besar farmasi PBF bahwa harus memenuhi persyaratan administrasi dan kesesuaian dokumen berupa 90 adanya NPWP, TDP, SIUP, akta notaris dan SIPA surat izin praktek apoteker. Berdasarkan wawancara faktor dari distributor yang dapat menyebabkan kekosongan obat diantaranya kekosongan pada distributor, keterlambatan pengiriman dari distributor ke gudang farmasi, ketidaksesuaian barang dengan yang diminta dan adanya perubahan harga. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut : “ dari servicenya, keterlambatan pengiriman barang, kekosongan stok, ketidaksesuaian barang dengan yang diminta, kadang kita pesen merk A yang dikirimnya bukannya merk A atau merk A kemasannya rusak, ada yang berdalih kalau murah pak yang seperti itu ada nya,yang penting ada barang nya pak, nah yang seperti itu ada. Jadi kalau tidak teliti jadi seperti itu,,atau saat dibutuhkan obatnya kosong karena terlambat datang ” Inf-2 “karena kosong gudang distributor, barangnya ada tapi masih dipusat belum bisa dikirim, misalnya pusatnya jakarta, tapi belum dikirim ke cabang-cabangnya, trus yang kedua itu kenaikan harga misalnya ketika melakukan pemesanan, kita masih mengikuti harga kemarin, ternyata distributor ada perubahan harga, distributor akan akan menunda pengiriman dulu sampai deal harganya pas sama rumah sakit perubahan harganya ” Inf-3 Keterlambatan ini seringkali menghambat dan menganggu aktifitas petugas kefarmasian di gudang farmasi. Masalah yang timbul dari keterlambatan misalnya dapat merusak pola konsumsi di gudang farmasi dan menganggu ketenangan dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara informan ,sebagai berikut : “ keterlambatan, hal itu dapat merusak pola konsumsi dirumah sakit, sudah bikin pemesanan pada tanggal 30, harapannya tanggal 1-2 sudah datang karena pasien sudah membutuhkan, begitu terlambat kirim tanpa pemberitahuan lagi, apalagi sudah tidak kirim dan tidak memberi tahu 91 lagi, memberi tahunya telat, bahwa sudah kosong pak, sedangkan pasien sudah butuh..ada 1-2 lah distributor yang seperti itu..tapi 1 saja sudah membuat sulit karena merusak yang lain, merusak ketenangan bekerja juga ,kita sudah berharap dapat memenuhi permintaan pasien ” Inf-2 Sedangkan menurut distributor keterlambatan ini biasanya disebabkan karena kekosongan pada principle, bahan baku yang sulit, dan kesalahan pemilihan distributor. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara informan, sebagai berikut : “ter kadang principle itu ada produk yang bahan bakunya sulit, biasanya itu memang dibutuhkan waktu lama, kalau kekosongan yang biasa masa transisi seperti itu, misalnya APL sendiri stok produknya melalui purchase, melalui rencana, kalau di APL ada istilahnya pesta pesanan tambahan, kita melakukan pesanan tambahan diluar purchase tsb..biasanya kalau melebihi purchase dan ada kekosongan, biasanya itu masalah dari bahan baku yang lama.. Apabila keterlambatan, selain kekosongan kemungkinan mengenai approval, soal persetujuannya..contohnya saat ini produknya sanabi ansetik, tapi didatabasenya bpjs itu masih produknya combiphar, otomatis pada saat rumah sakit melakukan pemesanan obat itu,sudah pasti emailnya ke combiphar,begitu combiphar melihat dan ternyata dia tidak mempunyai produknya,otomatis diabaikan, otomatis rumah sakit menunggu, biasanya konfirmasi dari gudang kenapa belum dikirim, ternyata emailnya masuk ke distributor lain. Kemungkinan karena bpjsnya belum update jadi akhirnya kita confirmasikan ke sanabe ,untuk memastikan produk ini, jadi combiphar segera mengirimkan approve ke APL by email, supaya APL bisa mengirimkan ke rumah sakit”Inf-5 92 5.4. Proses Proses dari manajemen persediaan obat di gudang farmasi yang dapat mempengaruhi terjadinya stock out diantaranya Perencanaan, Pengadaan, Pengawasan, dan Pengendalian. Berikut gambaran hasil dari proses dalam manajemen persediaan, diantaranya : PROSES

1. PERENCANAAN

a. Kegiatan perencanaan dan penentuan kebutuhan obat di instalasi farmasi sudah sesuai dengan Permenkes no.58 th 2014. b. Pertimbangan dalam perencanaan sudah sesuai dengan Permenkes no.58 th 2014. c. Adanya data stok obat yang tertera dalam sistem informasi gudang yang tidak terbaca apabila stok obat kosong atau tidak datang pada periode sebelumnya. d. Ketidaksesuaian realisasi dengan perencanaan dan pola konsumsi yang berubah.

2. PENGADAAN

a. Pengadaan obat sudah menggunakan sistem e-purchasing secara online melalui web LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan BarangJasa Pemerintah sesuai dengan Surat Edaran Menkes167III2014 tentang Pengadaan Obat berdasarkan Katalog Elektronik E-catalogue. b. Adanya keterlambatan dalam pembuatan surat pemesanan SP, kekosongan pada distributor dan kesalahan dalam pemesanan.

3. PENGAWASAN 4. PENGENDALIAN

a. Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh petugas gudang yaitu dengan melakukan pencatatan secara teratur terhadap obat yang keluar dan masuk pada kartu stok dan pencatatan terhadap tanggal kadaluarsa obat. Pencatatan ini telah rutin dilakukan petugas gudang. Hal ini sesuai dengan pedoman pengelolaan perbekalan farmasi menurut Depkes 2008. b. Penyimpanan obat yang kurang beraturan sehingga sulit untuk melakukan pemeriksaan terhadap ED obat. Kegiatan pengendalian obat yang dilakukan oleh Instalasi farmasi RSUD Kota Bekasi yaitu berupa pencatatan dan pelaporan dari kegiatan stock opname. Hal ini sesuai dengan standar Permenkes 58 th.2014 bahwa salah satu cara dalam mengendalikan persediaan yaitu dengan kegiatan stock opname. Bagan 5.3 Proses Manajemen Persediaan 93

5.4.1. Perencanaan Persediaan

Kegiatan perencanaan digudang farmasi RSUD Kota Bekasi mengacu kepada prosedur yang telah ditetapkan. Kegiatan perencanaan dan penentuan kebutuhan obat di instalasi farmasi menggunakan metode konsumsi atau histori dan just in time. Metode ini digunakan karena lebih mudah dalam penerapannya. Kegiatan perencanaan diawali dengan melihat dan merekap stok bulan sebelumnya serta stok akhir bulan gudang. Kemudian memprediksikan jumlah obat untuk kebutuhan dalam sebulan dan menambahkannya dengan buffer stock sebesar 30. Penentuan kebutuhan ini dibuat dalam dokumen perencanaan DUPADADaftar Usulan Pengadaan Barang. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara dengan informan,sebagai berikut : metode perencanaan dengan mengambil histori data,berdasarkan data pemakaian bulan berjalan kemudian saya prediksikan sampai akhir bulan,ambil data tanggal 20 tapi kalau ambil sebulan hingga tanggal 30 berarti 32 nya ,angka mutasi dikalikan 32 lalu ditambahkan buffer 30 ,itu untuk mengantisipasi ada nya lonjakan perubahan” Inf-2 “metode perencanaan dengan melihat stok akhir bulan gudang, kita lihat mutasi sebulan untuk obat itu berapa, nah nanti ditambah sama buffer stock, contoh Paracetamol tablet stok akhirnya 1000, lalu mutasi keluar 3000, berarti 3000-1000 = 2000, 2000 + buffer stock sebesar 20- 30 dari mutasi akhir..kalau untuk obat-obat life saving atau obat yang wajib kadang konsumsi sedikit,tapi misalkan untuk obat life saving walaupun ada dan tidak ada kasus kita harus tetap mempunyai buffer stock untuk itu, harus selalu tersedia. Karena itu merupakan obat wajib dirumah sakit, tapi kalau buffer stock nya masih mencukupi berarti kita tidak memesan ”Inf-3 94 “metode yang digunakan dengan pola konsumsi dari bulan sebelumnya, lalu ditambahkan 30 dari jumlah yang dipesan..stok yang digunakan dengan melihat data komputer ”Inf-4 Hal ini telah sesuai dengan ketentuan pedoman pengelolaan perbekalan farmasi milik Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2008 bahwa metode konsumsi merupakan metode yang dapat dilakukan dalam penentuan kebutuhan dengan didasarkan pada data real konsumsi periode sebelumnya. Berdasarkan wawancara dengan informan bahwa dalam kegiatan perencanaan dan penentuan kebutuhan ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan diantaranya danaanggaran, stok akhir, pertimbangan kemampuan penyedia, dan kapasitas dalam penyimpanan. Ini sesuai dengan pernyataan yang dijelaskan oleh informan, berikut : “Pertimbangan dalam perencanaan yaitu kemampuan penyedia untuk menyediakan, yang kedua spesifikasi barang yang jadi pertimbangan, yang ketiga ketepatan barang datangnya “Inf-2 “Pertimbangannya dengan melihat saldo yang tersisa, anggaran, dan ketersediaan tempat penyimpanan, apabila memesannya terlalu banyak tempatnya harus di perhatikan ,mencukupi atau tidak. Riwayat konsumsi obat juga menjadi pertimbangan, kalau riwayat kemaren konsumsinya sedikit, pasti tidak akan memesan banyak. .”Inf-3 “Pertimbangan perencanaan yaitu dengan melihat dari lama pengiriman, ketersediaan barang, dan pengiriman dari distributornya.. kalau kita sudah membuat perencanaan tapi distributornya tidak bisa mengirim, ini akan percuma saja ”Inf-4 Pertimbangan dalam perencanaan ini sesuai dengan ketentuan PMK No.58 tahun 2014 bahwa perencanaan harus memperhatikan anggaran yang tersedia, sisa persediaan, kapasitas gudang, data pemakaian periode lalu, waktu tunggu dan penetapan prioritas. 95 Selama ini proses perencanaan obat sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Namun, tetap saja ada hal-hal yang dapat menghambat suatu proses penentuan kebutuhan obat. Kendala atau hambatan dalam kegiatan perencanaan yaitu data stok komputer yang tidak terbaca apabila stok obat kosong atau tidak datang dan perencanaan yang tidak sesuai dengan realisasi. Sebagaimana pernyataan informan berikut : “Ketika petugas membuat perencanaan dengan mengambil sumber datanya cuman bulan Juli, item tersebut bisa tidak terbawa,tidak terpesan lagi, karena kosong di bulan Juli, nah kendalanya jadi petugas harus mengambil data paling lama 6 bulan, supaya yang sudah tidak datang lama itu bisa tetap terbawa datanya, pake rata-rata data penggunaan 6 bulan konsumsi, dan dengan ditanyakan ke usernya apakah obat tersebut masih update atau tidak itemnya, masih dibutuhkan atau tidak ” Inf-1 “kekhawatiran perencanaan tidak sesuai dengan realisasi, direncanakan tapi tidak dikirim..”Inf-2 “kendala yang dialami yaitu apabila dalam menggunakan data dalam sistem komputer, jadi petugas melihat riwayat pengeluaran obat pada bulan sebelumnya, kalau obat itu bulan kemaren tidak datang, berarti nol mutasinya padahal rumah sakit butuh, tapi karena bulan kemarin tidak datang jadinya tidak ada riwayat, jadi kelewat untuk tidak dipesan ” Inf-3 Masalah yang dapat menyebabkan terjadinya stock out dalam proses perencanaan diantaranya ketidaksesuaian realisasi dengan perencanaan, meningkatnya jumlah pasien dan pola konsumsi yang berubah. Sebagaimana pernyataan informan berikut : “Masalah yang dapat terjadi yaitu adanya ketidaksesuaian dengan perencanaan, ketika perencanaan kita A, akhirnya pasiennya membludak stok kita akhirnya kosong dan habis..”Inf-2 “Kalau fast moving kita biasanya memang pesan banyak, biasanya obat generik, kalau yang slow moving paling kita pesennya tidak terlalu banyak, masalah pada perencanaan juga misalnya bulan kemaren tidak 96 ada kasus, akhirnya kita tidak memesan, tapi bulan ini ada kasus biasanya suka terjadi seperti itu biasanya untuk penyakit yang polanya tidak menentu, akhirnya petugas pesan cito sesuai kebutuhannya ”Inf-3 Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perencanaan di RSUD Kota Bekasi sudah sesuai dengan prosedur dan ketetapan Depkes. Namun dalam pelaksanaannya terkadang terdapat masalah yang berkaitan dengan data stok dalam sistem komputer yang tidak terbaca apabila stok obat kosong atau tidak datang dan perencanaan yang tidak sesuai dengan realisasi. Data stok yang tidak terbaca ini akan mengakibatkan tidak dipesannya obat yang sebenarnya dibutuhkan dirumah sakit.

5.4.2. Pengadaan Persediaan

Pengadaan merupakan salah satu kegiatan merealisasikan perencanaan dan penentuan kebutuhan obat dirumah sakit. Kegiatan pengadaan di RSUD Kota Bekasi dilakukan oleh unit khusus yaitu Unit Pengadaan Barang dan Jasa UPBJ. Dalam pelaksanaannya, pengadaan obat dilakukan berdasarkan ketentuan umum yang berlaku. Ketentuan yang digunakan oleh rumah sakit untuk melakukan pengadaan barangjasa adalah PP no. 70 tahun 2012, PP RI no.4 tahun 2015 dan peraturan walikota bekasi Nomor 50 tahun 2011 tentang unit pelaksana teknis layanan pengadaan barangjasa pemerintah kota bekasi. Pengadaan obat di RSUD Kota Bekasi sudah menggunakan sistem e-purchasing secara online melalui web LKPP Lembaga Kebijakan 97 Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Sebagaimana pernyataan informan berikut : “Sekarang kegiatan pengadaan sudah melalui e-catalog, yang kedua ada yang lelang, yang ketiga dengan penunjukkan langsungpembelian langsung, karena sekarang lebih mudah dengan e-catalog lewat online, harga juga sudah sesuai, tidak perlu sulit negoisasi ” Inf-2 “Kegiatan pengadaan dengan pembelian langsung, tenderlelang dan e-cataloguee-purchasing lewat online dan website lkpp, untuk obat, alkes, bhp dan vaksin. Sekarang sudah ada amanah dari UUpermenkes itu kita sudah wajib purchasing kalau ada barangnya di e-catalogue wajib lewat itu, paling sering obat yang dipesan lewat e-catalog ” Inf-3 Pengadaan obat melalui e-purchasing ini dikeluarkan pemerintah melalui Surat Edaran Menkes167III2014 tentang Pengadaan Obat berdasarkan Katalog Elektronik E-catalogue. Pengadaan obat dilaksanakan berdasarkan e-Catalogue obat dengan menggunakan metode pembelian secara elektronik e-Purchasing sebagaimana tercantum dalam e-Catalogue obat yang ditetapkan oleh Kepala LKPP. Dalam Katalog Elektronik e-Catalogue telah berisi daftar harga obat, spesifikasi obat dan penyedia obat. Salah satu kelebihan dari sistem online ini menurut informan adalah : “karena sekarang lebih mudah dengan e-catalog lewat online, harga juga sudah sesuai, tidak perlu sulit negoisasi” Inf-2 Selain itu, untuk kekurangan yang dirasakan selama proses pengadaan dengan menggunakan sistem online e-catalogue menurut informan terkait adalah : “Ketika dari pelayanan kefarmasian terdapat keluhan terhadap BHP yang tumpul..karena melalui e-catalog berbagai distributor dapat