Kesesuaian Jumlah Petugas Gambaran Penyebab Kekosongan Stok Obat Paten Dan Upaya Pengendaliannya Di Gudang Medis Instalasi Farmasi RSUD Kota Bekasi Pada Triwulan I Tahun 2015
77
Berdasarkan observasi dan telaah dokumen terhadap kualifikasi SDM rumah sakit sudah sesuai dengan ketentuan Permenkes no.58 tahun 2014
bahwa rumah sakit harus memiliki petugas kefarmasian yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian serta petugas penunjang
kefarmasian yang terdiri dari operator komputer, tenaga admin dan pekaryapembantu pelaksana.
Berdasarkan telaah dokumen pada bulan Agustus 2015 terdapat 27 orang jumlah tenaga kefarmasian di RSUD Kota Bekasi. Dimana tenaga
apoteker di instalasi farmasi berjumlah 6 orang dan tenaga asisten apoteker berjumlah 21 orang. Menurut Permenkes no.58 th 2014 bahwa idealnya
rasio apoteker di rawat jalan yaitu 1 : 50 pasien. Sedangkan rasio tenaga apoteker di RSUD Kota Bekasi yaitu 6 apoteker : 400 pasien setiap harinya
dengan estimasi rasio kefarmasian menjadi 1 apoteker : 67 pasien. Hal ini menunjukkan bahwa rumah sakit belum memiliki tenaga apoteker yang
cukup dalam melakukan pelayanan kefarmasiannya dirumah sakit. Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa tenaga apoteker di RSUD
Kota Bekasi masih kurang dan belum mencukupi dengan standar ideal yang ditetapkan Kemenkes.
Sedangkan berdasarkan PMK no.56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan RS bahwa di RS tipe B harus memiliki tenaga kefarmasian
berjumlah 13 apoteker. Hal ini belum sesuai dengan data telaah dokumen pada bulan Agustus 2015 bahwa jumlah apoteker di RSUD Kota Bekasi
berjumlah 6 orang apoteker.
78
Hal ini juga didukung berdasarkan hasil observasi oleh peneliti yang menunjukkan bahwa jumlah SDM kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD
Kota Bekasi yang ada saat ini belum mencukupi untuk kegiatan pelayanan kefarmasian. Ini terlihat dari waktu pulang petugas yang melebihi jam yang
telah ditentukan dan adanya double job bagi petugas kefarmasian. Kurangnya tenaga SDM Kefarmasian dirumah sakit membuat waktu kerja
overtime pada petugas dan terkadang petugas sekretariat dan wakil instalasi farmasi diminta membantu dalam pelayanan kefarmasian di depo Rawat
Inap atau depo BPJS. Hal ini mengakibatkan tugas - tugas kesekretariatan dan wakil instalasi farmasi yang harusnya bisa diselesaikan dengan segera
menjadi tertunda dan menumpuk dikemudian harinya.