Pengendalian Persediaan Manajemen Persediaan

30 Untuk mempertahankan tingkat persediaan yang optimum, diperlukan jawaban atas dua pertanyaan mendasar yaitu kapan dilakukan pemesanan dan berapa jumlah yang harus dipesan dan kapan harus dilakukan pemesanan kembali. Keputusan mengenai kapan dan berapa jumlah yang harus dipesan sangat tergantung kepada waktu dan tingkat persediaan. Salah satu fungsi manajerial dalam manajemen persediaan yang sangat penting adalah pengendalian persediaan. Apabila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, hal ini akan menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai oppurtinity cost. Demikian pula apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan bahan stock out Rangkuti, 2002. Sedangkan menurut Seto 2004, pengendalian persediaan inventory control adalah fungsi manajerial yang sangat penting karena persediaanstok obat akan memakan biaya yang melibatkan investasi yang besar karena itu perlu dilakukan dengan efektif dan efisien. Pengendalian persediaan yang efektif adalah mengoptimalkan dua tujuan yaitu memperkecil total investasi pada persediaan obat dan menjual berbagai produk yang benar untuk memenuhi permintaan konsumen.

2.2.4.1. Pengendalian Persediaan Dengan Analisis ABC Investasi

Jenis barang perbekalan farmasi dirumah sakit sangat banyak jumlahnya yang tidak seluruhnya memiliki prioritas yang sama. Untuk mengetahui jenis perbekalan farmasi yang harus mendapat prioritas maka 31 digunakan analisis ABC. Analisis ABC ini dapat memudahkan pengendalian persediaan perbekalan farmasi dengan mengklasifikasikan item barang. Analisis ABC merupakan metode pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A,B dan C Maimun, 2008: Menurut Assauri 2004, klasifikasi dalam analisis ABC dibagi menjadi 3, diantaranya : 1. Kelompok A adalah inventory dengan nilai investasinya tinggi dengan jumlah sekitar 80 dan mempunyai jumlah penggunaan tidak melebihi 10 dari total nilai inventory. 2. Kelompok B adalah inventory dengan nilai investasinya mencapai 15 dan mempunyai jumlah penggunaan hingga 20 dari total nilai inventory. 3. Kelompok C adalah inventory dengan nilai investasinya tidak lebih dari 15 dan mempunyai jumlah penggunaan mencapai 70 dari total nilai inventory. Menurut Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan 2008 klasifikasi persediaan berdasarkan kumulasi persennya dibagi atas 3 bagian, yaitu : 1 Persediaan dengan persen kumulatifnya 0-70 masuk dalam kategori kelompok A. 32 2 Persediaan dengan persen kumulatifnya 71-90 masuk dalam kategori kelompok B. 3 Persediaan dengan persen kumulatifnya 90-100 masuk dalam kategori kelompok C. Menurut Priyambodo 2009, beberapa persediaan memiliki proporsi yang relatif lebih kecil dari volume persediaan secara keseluruhan, namun memiliki nilai rupiah yang relatif lebih besar. Besarnya persentase ini adalah kisaran yang bisa berubah-ubah dan berbeda antara perusahaan satu dengan yang lainnya. Analisis ABC adalah analisis konsumsi obat tahunan dan biaya untuk menentukan item yang menjelaskan proporsi terbesar dari anggaran. Analisis ABC dapat WHO, 2003 : a. Mengklasifikasikan item yang memiliki tingkat penggunaan yang tinggi dan item yang memiliki biaya yang rendah. b. Mengukur sejauh mana konsumsi obat yang sebenarnya mencerminkan kebutuhan kesehatan masyarakat dan membandingkan konsumsi obat pola morbiditas. c. Mengidentifikasi pembelian untuk item di rumah sakit yang tidak masuk dalam daftar obat esensial yaitu penggunaan obat-obatan non- formularium. Manfaat pengendalian persediaan dengan klasifikasi ABC, yaitu Rangkuti, 2002 : 33 1 Membantu manajemen dalam menentukan tingkat persediaan yang efisien. 2 Memberikan perhatian pada jenis persediaan utama yang dapat memberikan cost benefit yang besar bai perusahaan 3 Dapat memanfaatkan modal kerja sebaik-baiknya sehingga dapat memacu pertumbuhan perusahaan 4 Sumber-sumber daya produksi dapat dimanfaatkan secara efisien.

2.2.4.2. Pengendalian Persediaan Dengan Metode EOQ Economic

Order Quantity Berawal di tahun 1913, F.W. Harris mengembangkan suatu model dimana menjaga persediaan dalam keadaan siap digunakan, terlebih dahulu mendefinisikan seberapa banyak suatu persediaan atau produk dipesan. Kemudian Wilson pada tahun 1934 mengembangkan teori F.W.Harris membuat perumusan EOQ. Metode ini tidak hanya mengetahui dan menentukan jumlah pemesanan namun dengan metode ini diharapkan dapat meminimalisasi total biaya operasional. Hal ini dikarenakan pada perumusan EOQ, jumlah pemesanan diperoleh dengan mempertimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan sebagai variabel yang dihitung Nadia, 2012. Menurut Bunawan 1996, rumus ini kemudian mencapai pemakaian yang sangat luas dalam industri melalui upaya seorang konsultan bernama Wilson. Maka rumus ini sering pula dinamakan EOQ Wilson yang 34 sebenarnya dikembangkan oleh Harris. Metode ini merumuskan jumlah barang yang harus dipesan dengan meminimalkan biaya pengoperasian persediaan. Menurut Anief 2008, metode EOQ merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Sehingga diharapkan metode ini dapat mencegah kekosongan obat dengan mengadakan jumlah pemesanan barang. Berikut adalah rumus untuk menentukan jumlah pemesanan optimum menurut Heizer dan Render 2010, yaitu : Rumus : Keterangan : Q : Jumlah pesanan D : Jumlah kebutuhan barang S : Biaya pemesanan untuk setiap pesanan H : Biaya penyimpanan per unit per tahun Menurut Schroeder 2003, dalam menggunakan EOQ ada beberapa asumsi yang digunakan : 1 Permintaan terhadap obat konstan, berulang, dan diketahui. 2 Waktu tunggu lead time konstan dan diketahui. 3 Tidak diperbolehkan terjadi kehabisan stok untuk menentukan dengan pasti kapan harus memesan bahan untuk mencegah kekurangan stok. 4 Barang yang dipesan ditempatkan dalam persediaan dalam satu waktu. Q = √ 35 5 Harga per unit konstan dan tidak ada diskon yang diberikan jika pesanan dalam jumlah banyak. 6 Barang merupakan produk tunggal ,tidak ada interaksi dengan produk lain.

2.2.4.3. Pengendalian Persediaan Dengan Safety Stock

Apabila penggunaan persediaan melebihi dari perkiraan maka terdapat persediaan pengamanan untuk menghindari kekosongan obat inilah yang dinamakan safety stock. Rumah sakit sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang logistik selama periode tertentu. Dalam hal ini rumah sakit memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengamanan. Safety stock bertujuan untuk menentukan berapa besar stok yang dibutuhkan selama masa tenggang untuk memenuhi besarnya permintaan. Rangkuti, 2002 Safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan yang disebabkan karena adanya permintaan yang lebih besar dari perkiraan semula atau karena keterlambatan barang yang dipesan sampai digudang penyimpanan lead time yang lebih lama dari perkiraan semula dengan menentukan besarnya persediaan pengaman yang kemudian diikuti dengan jumlah pesanan tetap atau EOQ Seto dkk, 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya safety stock, adalah sebagai berikut Ristono, 2009: 36 a. Resiko kehabisan persediaan, yang biasanya ditentukan oleh : 1. Kebiasaan pihak supplier dalam pengiriman barang yang dipesan, apakah tepat waktu atau sering kali terlambat dari waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak pembelian. 2. Dapat diduga atau tidaknya kebutuhan bahan bakupenolong untuk produksi. Apabila kebutuhan bahan penolong setiap kali proses produksi dapat diduga atau diperhitungkan secara tepat, maka perusahaan tidak perlu memiliki persediaan yang besar. b. Biaya simpan digudang dan biaya ekstra bila kehabisan persediaan. Apabila dibandingkan, biaya penyimpanan digudang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan seandainya melakukan pesanan ekstra bila persediaan habis,maka perusahaan tidak perlu memiliki persediaan besar. c. Sifat persaingan. Persaingan yang terjadi antara perusahaan dapat ditentukan dari kecepatan pelayanan pemenuhan permintaan konsumen, maka perusahaan perlu memiliki persediaan yang besar. Namun bila yang menjadi sifat persaingan adalah hal lain kualitas dan harga, maka tidak mendesak untuk memiliki persediaan yang besar. Oleh karena itu, mengapa diperlukan perhitungan terhadap safety stock untuk menentukan jumlah persediaan pengamanan dalam menjaga kendali persediaan obat dirumah sakit. Persediaan pengaman safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan stockout Bowersox, 2002. Berikut perhitungan dalam 37 menentukan persediaan pengaman obat dirumah sakit dengan lead time yang diketahui, permintaan bersifat konstan sehingga service level sebesar 98 Z = 2,05 Rangkuti, 2002 : Rumus : Keterangan : SS : Safety stock Z : Service level d : Rata- rata pemakaian L : Lead time Tingkat pelayanan Service level dapat didefinisikan sebagai probabilitas permintaan tidak akan melebihi persediaan selama waktu tenggang. Tingkat pelayanan 98 menunjukkan bahwa besarnya kemungkinan permintaan tidak akan melebihi persediaan selama waktu tenggang ialah 98. Dengan kata lain, risiko terjadinya kekosongan stok stockout risk hanya 2 Herjanto, 2008.

2.2.4.4. Pengendalian Persediaan Dengan Metode ROP Reorder Point

Pemesanan terhadap persediaan obat dirumah sakit dilakukan berulang-ulang setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan maka perlu dipertimbangkan persediaan pengaman safety stock dan kapan waktu pemesanan kembali ROP untuk menghindari kekosongan obat. SS = Z x d x L 38 ROP adalah batastitik jumlah pemesanan kembali termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang Rangkuti, 2002. Dimana dengan metode ini dapat diketahui kapan sebaiknya waktu bagi petugas kefarmasian dalam melakukan pemesanan kembali barang yang hampir habis ke distributor. Pendekatan ROP menghendaki jumlah persediaan yang tetap setiap kali melakukan pemesanan. Apabila pemesanan mencapai jumlah tertentu maka harus dilakukan pemesanan kembali dengan segera untuk menghindari kekosongan obat. Pendekatan ROP ini mempunyai resiko terjadi stock out jika jumlah permintaan selama waktu lead time melebihi jumlah persediaan pengaman buffer stock. Pendekatan ini mengharuskan dilakukannya pengecekan kartu stok secara teratur untuk menentukan apakah pemesanan kembali harus dilakukan Priyambodo, 2007. Berikut adalah rumus untuk menentukan titik pemesanan kembali menurut Heizer dan Render 2010 dan Rangkuti 2002, yaitu : Rumus : Keterangan : ROP : Reorder Point d : permintaan harian L : Lead Time waktu tunggu SS : Persediaan Pengaman safety stock ROP model terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat dalam stok berkurang terus sehingga kita harus menentukan berapa banyak batas ROP = d x L + SS 39 minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekosongan obat stock out Rangkuti, 2002.

2.3. Stock Out

Menurut Waluyo 2006, sisa obat akhir kurang dari jumlah pemakaian rata- rata tiap bulan selama satu bulan disebut stockout. Sedangkan menurut Gazali 2002 dalam Pratiwi 2009 mendefinisikan stock out adalah keadaan persediaan obat kosong yang dibutuhkan. Stok kosong adalah jumlah akhir obat sama dengan nol. Stok obat digudang mengalami kekosongan dalam persediaannya sehingga bila ada permintaan tidak bisa terpenuhi. Apabila jumlah permintaan atau kebutuhan lebih besar dari tingkat persediaan yang ada, maka akan terjadi kekurangan persediaan atau disebut Stock Out. Pada situasi terjadinya kekurangan persediaan, seorang pengusaha akan menghadapi dua kemungkinan diantaranya permintaan akan dibatalkan sama sekali dan barang yang masih kurang akan dipenuhi kemudian Rangkuti, 2004. Stock out disebabkan beberapa faktor antara lain demand yang fluktuasi, peramalan yang tidak akurat, dan lead time yang bervariasi lead time supplier maupun lead time manufacturing. Nova, 2013 Menurut Prawirosentono 2000, Stock out berakibat pada kerugian berupa tidak efisien dan terputusnya hubungan dengan konsumen. Upaya-upaya untuk menghindari terjadinya kehabisan bahan, yaitu bisa dilakukan sebagai berikut : a. Pembelian secara darurat, pembelian mendadak ini harus dilakukan hanya dalam keadaan dimana persediaan bahan yang ada dalam keadaan kritis. 40 b. Mengadakan cadangan persediaan safety stock, salah satu upaya selain pembelian darurat yaitu mengadakan safety stock.

2.4. OBAT

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua mahluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan dan menyembuhkan penyakit. Obat paten yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama pembuat yang diberi kuasa dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya. Sedangkan obat generik yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam formularium untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat menurut bentuk sediaan obat dikelompokkan menjadi bentuk padat serbuk, tablet, pil, dan kapsul, bentuk setengah padat salep, krim, gel dan salep mata, bentuk cair injeksi, infus, obat tetes dan sirup serta bentuk gas inhalasi, sprayaerosol Syamsuni, 2006.

2.5. PENGERTIAN SISTEM

Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sistem mempunyai tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, pada dasarnya tercapainya tujuan atau sasaran ini adalah sebagai kerjasama dari berbagai subsistem yang terdapat dalam sistem Azwar, 1996. Sedangkan sistem menurut Indrajit 2001 yaitu kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki unsur dan memiliki keterkaitan antara satu