119
Keterangan :
ROP : Reorder Point d
: permintaan harian L
: Lead Time waktu tunggu SS
: Persediaan Pengaman safety stock Dalam perhitungan ROP perlu dilakukan perhitungan mengenai
buffer stocksafety stock terlebih dahulu. Selama ini penentuan buffer stock di gudang farmasi RSUD Kota Bekasi hanya berdasarkan perkiraan saja,
tidak ada perhitungan khusus. Berikut rumus untuk menentukan safety stock, yaitu :
Rumus :
Keterangan :
SS : Safety stock
Z : Service level
d : Rata- rata pemakaian
L : Lead time
Menurut Rangkuti 2002 dan Assauri 2004, untuk buffer stock dengan service level 98 nilai Z adalah 2,05. Sedangkan lead time waktu
tunggu obat paling lama menurut informan adalah 3 hari. Berikut merupakan hasil wawancara dengan informan :
“kalau waktu tunggu bisa sampai 2-3 hari paling” Inf-2 “kalau sampai obat datang 3 hari paling lama ..”Inf-3
Berikut ini adalah perhitungan safety stock untuk obat Meiact
200mg Tab : Jumlah Pemakaian rata-rata d = Total Pemakaian90 hari
= 76090 = 8, 45 = 8 tablet
SS = Z x d x L
120
Service level Z = 98 = 2, 05
Lead time = 3 hari
Buffer Stock = Z
d L = 2,05
8 3 = 51, 96 = 52 tablet
Setelah menghitung Buffer Stock, maka dilakukan perhitungan ROP Reorder Point. Berikut adalah perhitungan ROP untuk obat Meiact
200mg Tab : Jumlah Pemakaian rata-rata d = 8, 45
Lead Time = 3 hari
SS = 52 tablet
ROP = d
L + SS = 8,45
3 + 52 = 77, 35 = 77 tablet
Jadi, Reorder Point ROP untuk obat Meiact 200mg Tab adalah 77 tablet. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah
safetybuffer stock yaitu sebesar 52 tablet. Dimana artinya pada lead timewaktu tunggu selama 3 hari dengan pemakaian rata-rata 8 tablet, obat
Meiact 200mg Tab dapat dilakukan pemesanan kembali ketika stok obat sudah mencapai 77 tablet. Jumlah tersebut merupakan titik dimana harus
dilakukannya pemesanan ulang agar terhindar dari adanya kekurangan stok.
121
BAB VI PEMBAHASAN
6.1.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Kota Bekasi pada bulan Januari 2015 hingga Maret 2015 di Gudang Medis Instalasi Farmasi RSUD Kota Bekasi.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan gambaran penyebab kekosongan obat di gudang farmasi rumah sakit dan melakukan upaya pengendalian
persediaan obat paten menggunakan data terkait obat paten. Pada saat melakukan penelitian, peneliti menemukan beberapa hal yang menjadi
keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah : 1.
Komponen biaya penyimpanan yang terdiri dari biaya gedung, biaya pemeliharaan, biaya pencegahan kerusakan, biaya pekerja, dan biaya
investasi. Komponen ini tidak dihitung secara rinci karena data yang tidak tersedia sehingga perhitungan biaya penyimpanan menggunakan teori
Heizer dan Render 2010 yaitu 26 dari harga barang. 2.
Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa informan di waktu pulang kerja. Hal ini mengakibatkan selama proses wawancara terdapat beberapa
informan yang terkadang telah lelah setelah bekerja. Oleh karena itu, hal ini sedikit banyak dapat berpengaruh terhadap proses wawancara karena dapat
mempengaruhi konsentrasi informan dalam menjawab pertanyaan. 3.
Untuk proses pengadaan, peneliti tidak dapat melakukan observasi untuk kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan, rumah sakit telah menggunakan
122
sistem e-purchasing dimana proses pengadaan hampir seluruhnya melalui sistem komputer. Jadi, peneliti mengetahui proses pengadaan yang ada di
rumah sakit berdasarkan hasil wawancara mendalam dan data sekunder.
6.2. Gambaran Kekosongan Stok Obat
Kekosongan stok stock out atau stok kosong merupakan jumlah akhir obat sama dengan nol. Stok obat digudang mengalami kekosongan dalam
persediaannya sehingga bila ada permintaan tidak bisa terpenuhi. Apabila jumlah permintaan atau kebutuhan lebih besar dari tingkat persediaan yang
ada, maka akan terjadi kekurangan persediaan atau disebut Stock Out. Kekosongan stok menjadi salah satu kendala yang dapat menurunkan kepuasan
pasien terhadap pelayanan kefarmasian dirumah sakit. Kekosongan stok yang terjadi di gudang farmasi RSUD Kota Bekasi
pada triwulan I tahun 2015 terdapat 35 jenis obat dari 1326 jenis obat atau 2,6 dari seluruh jumlah obat yang dilakukan pemesanan cito karena tidak
tersedianya obat yang dibutuhkan. Pada bulan Januari – Maret tahun 2015
terdapat 16 obat paten, 11 obat JKN, dan 8 obat generik yang dilakukan pemesanan cito ke apotik luar dirumah sakit dengan nilai investasi mencapai
Rp. 77.933.107. Dalam pelayanan JKN, rumah sakit pemerintah diwajibkan menyediakan
dan memberikan obat generik kepada pasien Kemenkes, 2014. Oleh karena itu, penggunaan obat generik terus meningkat hingga mengakibatkan
kekosongan stok. Dalam menyiasati kekosongan itu, maka rumah sakit diberi
123
kewenangan untuk mengganti obat generik dengan obat paten yang sama komponennya.
Obat paten merupakan obat pengganti dari adanya kekosongan obat generik dirumah sakit. Oleh karena itu, penggunaan tehadap obat paten juga
kian meningkat hingga petugas melakukan pembelian cito diluar rumah sakit. Hal ini dikarenakan persediaan obat paten yang tidak mencukupi digudang
farmasi. Proses awal terjadi stock out terhadap obat paten yaitu dimana terdapat permintaan obat dari pasien ke petugas farmasi yang tidak dapat dipenuhi oleh
gudang farmasi rumah sakit. Hal ini dikarenakan, persediaan obat yang diminta tidak tersedia secara kuantitas untuk memenuhi permintaan atau barang tidak
tersedia sama sekali. Kekosongan obat yang terjadi tidak hanya dikarenakan persediaan obat
yang tidak mencukupi, namun juga terhadap permintaan obat baru yang sebelumnya tidak ada riwayat penggunaannya digudang farmasi. Dalam
mengatasi kekosongan, petugas terlebih dahulu menanyakan kepada user dokter terhadap permintaan obat yang tidak tersedia digudang farmasi untuk
dapat mengganti obat tersebut dengan obat yang jenisnya sama namun dengan merk dagang yang berbeda. Apabila tidak terdapat substitusi pengganti obat
tersebut maka petugas gudang farmasi dan bagian pengadaan akan melakukan pembelian cito ke apotik luar rumah sakit.
Kekosongan obat yang terjadi dirumah sakit menurut penelitian Academy of Managed Care Pharmacy AMCP tentang The Reality of Drug Shortages
2010 dapat mengakibatkan 55,5 kelalaian, 54,8 kesalahan dosis, 34,8