Gambaran Kekosongan Stok Obat

123 kewenangan untuk mengganti obat generik dengan obat paten yang sama komponennya. Obat paten merupakan obat pengganti dari adanya kekosongan obat generik dirumah sakit. Oleh karena itu, penggunaan tehadap obat paten juga kian meningkat hingga petugas melakukan pembelian cito diluar rumah sakit. Hal ini dikarenakan persediaan obat paten yang tidak mencukupi digudang farmasi. Proses awal terjadi stock out terhadap obat paten yaitu dimana terdapat permintaan obat dari pasien ke petugas farmasi yang tidak dapat dipenuhi oleh gudang farmasi rumah sakit. Hal ini dikarenakan, persediaan obat yang diminta tidak tersedia secara kuantitas untuk memenuhi permintaan atau barang tidak tersedia sama sekali. Kekosongan obat yang terjadi tidak hanya dikarenakan persediaan obat yang tidak mencukupi, namun juga terhadap permintaan obat baru yang sebelumnya tidak ada riwayat penggunaannya digudang farmasi. Dalam mengatasi kekosongan, petugas terlebih dahulu menanyakan kepada user dokter terhadap permintaan obat yang tidak tersedia digudang farmasi untuk dapat mengganti obat tersebut dengan obat yang jenisnya sama namun dengan merk dagang yang berbeda. Apabila tidak terdapat substitusi pengganti obat tersebut maka petugas gudang farmasi dan bagian pengadaan akan melakukan pembelian cito ke apotik luar rumah sakit. Kekosongan obat yang terjadi dirumah sakit menurut penelitian Academy of Managed Care Pharmacy AMCP tentang The Reality of Drug Shortages 2010 dapat mengakibatkan 55,5 kelalaian, 54,8 kesalahan dosis, 34,8 124 kesalahan obat, 70,8 perawatan tertunda dan 38 mengakibatkan keluhan pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan persentase terbesar terhadap kekosongan obat yaitu dapat menghambat dan mengakibatkan perawatan terhadap pasien tertunda. Dari penelitian tersebut juga diketahui rumah sakit yang mengalami kekurangan obat melaporkan bahwa kenaikan biaya yang dikeluarkan rumah sakit dapat terjadi akibat adanya kekurangan obat. Menurut penelitian Renie dan Widodo 2013 bahwa kekosongan stok obat juga dapat menimbulkan kerugian bagi rumah sakit. Kerugian yang ditanggung sebagai akibat stock out obat diperhitungkan dengan hilangnya biaya kesempatan yang harusnya diperoleh rumah sakit. Keadaan kehabisan stok harus dihindari karena dapat mengakibatkan biaya yang tinggi, baik biaya eksternal maupun biaya internal. Biaya eksternal misalnya pelanggan yang tidak puas sehingga dapat mengakibatkan penurunan penjualan. Biaya internal misalnya pekerja yang menganggur, sedangkan gajinya harus tetap dibayar. Kehabisan stok bisa terjadi karena kenaikan dalam pemakaian barang atau keterlambatan kedatangan barang atau keduanya sekaligus Indrajit, 2005. Menurut Fien Zulfikarijah 2005 bahwa dimana adanya stock out akan berakibat terganggunya pelayanan sedangkan adanya over stock akan membengkakkan biaya persediaan Maimun, 2008. Pentingnya sebuah rumah sakit memiliki suatu pengendalian obat yang baik sehingga perbekalan farmasi tidak berlebihan atau kekurangan. Kelebihan persediaan mengakibatkan banyaknya modal yang tertanam dan tingginya biaya yang ditimbulkan oleh persediaan. Sebaliknya jika terjadi kekurangan 125 persediaan akan mengakibatkan arus pelayanan rumah sakit terganggu antara lain bila stok kurang sehingga membuat pasien menunggu lebih lama Agustina, 2011. Persediaan yang tidak mencukupi dapat menyebabkan biaya kekurangan bahan, tertundanya keuntungan atau bahkan dapat mengakibatkan hilangnya pelanggan Rangkuti, 2002.

6.3. Gambaran Faktor Penyebab Kekosongan Stok Obat

Kekosongan stok menjadi salah satu kendala yang dapat menurunkan kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian dirumah sakit. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor yang menjadi penyebab kekosongan obat untuk memberikan informasi bagi rumah sakit dalam mengendalikan stock out di gudang medis instalasi farmasi. Untuk mengetahui gambaran faktor penyebab terjadinya kekosongan obat paten di rumah sakit digunakan pendekatan sistem berupa input, proses dan output. Komponen input dalam manajemen persediaan obat merupakan sumber- sumber daya yang diperlukan dalam kegiatan pengelolaan obat dirumah sakit, diantaranya SDM, dana, prosedur, kebijakan, dan distributor. Hasil penelitian pada input pengelolaan obat di gudang medis Instalasi Farmasi RSUD Kota Bekasi tahun 2015, secara keseluruhan diketahui masih belum mencukupi dengan standar kefarmasian di rumah sakit menurut Permenkes no.58 th 2014. Hal ini dikarenakan terdapat kurangnya dana dalam pengadaan obat dirumah sakit, adanya kebijakan BPJS dan BPOM yang membatasi obat poli jiwa, 126 adanya kekosongan pada distributor, dan adanya keterlambatan pengiriman dari distributor ke gudang farmasi. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa faktor input yang belum mencukupi dapat mempengaruhi berjalannya proses kegiatan yang akan menghasilkan kurangnya pencapaian pada output. Berdasarkan faktor input diketahui bahwa faktor penyebab kekosongan obat yaitu faktor dana, kebijakan, dan distributor. Ketiga faktor tersebut merupakan penyebab dari kekosongan stok yang dapat merugikan dan menurunkan kepuasan pasien dirumah sakit.

6.3.1. Faktor Dana

Faktor dana yaitu dimana adanya ketidaklancaran dalam pembayaran ke distributor yang akan mengirimkan barang. Diketahui bahwa terdapat 2 distributor yang menolak untuk mengirimkan obat karena ketidaklancaran pembayaran RSUD ke distributor. Hal ini juga terjadi dalam penelitian Rahmi 2009 di RS As-shobirrin bahwa kekosongan obat dapat terjadi karena keterlambatan dalam pembayaran ke distributor. Berdasarkan penelitian Dumbi 2012 bahwa faktor yang mempengaruhi kekosongan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato yaitu dana yang tersedia tidak mencukupi untuk melakukan perencanaan pengadaan obat dan keterlambatan dalam pembayaran tagihan dimana pemesanan barang sudah melebihi dana yang tersedia dirumah sakit. Hal ini juga didukung dengan penelitian oleh Mustika dan Sulanto 2004 mereka