Stock Opname Obat Gambaran Faktor Penyebab Kekosongan Stok Obat

153 ulang data penerimaan maupun pengeluaran perbekalan kesehatan tersebut, mengingat-ingat jumlah perbekalan kesehatan yang sudah didistribusikan dan segera memeriksa history data perbekalan kesehatan tersebut. Namun pada pelaksanaan stock opname, petugas kefarmasian tidak didampingi oleh pengawas dari instalasibagian lain maupun dari bagian keuangan yang dapat mengawasi jalannya stock opname. Bagian keuangan hanya menerima laporan stock opname setiap bulannya. Hal ini dapat terjadi kecurangan maupun manipulasi data yang ada di gudang farmasi. Menurut Permenkes no.58 tahun 2014 bahwa pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi TFT di Rumah Sakit. Stock Opname merupakan salah satu cara dalam mengendalikan persediaan di gudang farmasi. Oleh karena itu, hasil stock opname harus seimbang antara data pencatatan dengan jumlah stok fisik yang ada. Jika terdapat ketidaksesuaian harus segera dilakukan analisis untuk mengetahui penyebab dan kerugiannya Febriwati, 2013. Hal ini dilakukan agar tercapai pengendalian persediaan yang efektif dan efisien.

6.5. Upaya Pengendalian Persediaan

Teknik pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan yang diharuskan 154 EOQ serta kapan saatnya mulai mengadakan pemesanan kembali ROP Rangkuti, 2002.

6.5.1. Klasifikasi Obat Paten dengan ABC Investasi

Menurut Rangkuti 2002, analisis ABC ini sangat berguna didalam memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang yang paling penting dalam sistem inventori. Sehingga untuk mengetahui jenis-jenis barang mana saja yang perlu mendapat prioritas, dapat menggunakan analisis ABC. Analisis ABC ini dapat mengklasifikasikan seluruh jenis barang berdasarkan tingkat kepentingannya. Dari analisis ABC terhadap kelompok obat paten di gudang farmasi dapat diketahui bahwa nilai investasi terhadap kelompok A sebesar Rp. 756.726.230 atau 69,89 dari total investasi obat paten di gudang farmasi RSUD Kota Bekasi. Nilai investasi terhadap kelompok B sebesar Rp. 216.708.576 atau 20,01 dari total investasi obat paten. Sedangkan nilai investasi obat paten kelompok C sebesar Rp. 109.259.820 atau 10,09 dari total investasi obat paten di gudang farmasi RSUD Kota Bekasi. Penggunaan analisis ABC ini memungkinkan teridentifikasinya barang yang benar-benar berpengaruh pada kinerja sediaan, sehingga manajemen yang efektif dapat berkonsentrasi pada barang yang itemnya sedikit tanpa mengabaikan yang lain Johns dan Harding, 2001. Oleh karena itu pengendalian yang dapat dilakukan untuk masing-masing kelompok adalah :